Drama di Kedai Kita, Bogor

 drama di kedai kita bogor

Rencananya, kami akan makan malam di Kedai Kita, Bogor, di hari hari kedua liburan. Saya tau tempat ini dari beberapa review dan banyak yang bilang makanannya enak. Terutama Pizza Bakar nya yang memang andalan resto ini.

Lho, semua pizza bukannya dibakar? Iya, tapi ini katanya masih pakai tungku tradisional. Makanya, saya penasaran sama rasanya.

Hal lain yang saya catat adalah tempatnya rame banget. Saya sekeluarga memang tidak begitu tertarik datang ke resto yang ramai banget. Lebih baik cari resto lain yang biasa aja keramaiannya. Tapi, saking pengen cobain pizza bakarnya, makanya menyingkirkan prinsip sejenak hehehe.


Waiting List yang Panjang, Tetapi Tertib


Dari hotel, kami memilih untuk naik angkot. Kedai Kita lokasinya tepat di seberang Pia Apel. Sekitar pukul 7 malam kami sampai di sana. Suasana udah rame banget. Memang pas jam makan malam.

Saya pun langsung berdiri di salah satu meja yang kelihatannya udah mau selesai. Tapi, saya lihat suami dan Keke berjalan ke arah lain. Oh, ternyata kami harus ambil nomor antrean.

Antreannya di samping resto. Rasanya kami juga gak melihat petunjuk untuk mengantre. Makanya saya sempat salah sangka. Bahkan gak hanya saya aja yang salah. Beberapa pengunjung terlihat melakukan hal sama. Ketahuan, nih, sama-sama baru makan di Kedai Kita hehehe.

[Silakan baca: Keliling Bogor, Menginapnya di Padjadjaran Suites Hotel and Coference]

Agak ciut waktu lihat antreannya yang panjang. Tapi, sebetulnya suka juga dengan sistem antrean begini. Karena gak perlu rebutan meja. Semua duduk sesuai nomor. Akan dipanggil oleh staff Kedai Kita.

waiting list di kedai kita
Antreanya panjang. Tapi, sabar menunggu, kok


Saya lupa dapat nomor antrean berapa, yang pasti udah urutan puluhan. Sambil menunggu, saya pun melihat keadaan. Restonya lumayan luas. Ada yang di lantai atas, bawah, dan teras. Suasanya agak remang dan terkesan sedikit kusam. Rasanya susah dapat foto bagus dengan pencahayaan seperti itu.

Kusam bukan berarti kotor, ya. Menurut saya, termasuk bersih restonya. Mungkin karena pencahayaannya aja yang temaram. Bangunannya juga kayak bukan bangunan baru. Makanya jadi terkesan agak kusam.

Gak ada ruang tunggu khusus di tempat antrean. Hanya di parkiran. Tempat duduk pun seuprit. Sebagian besar harus menunggu sambil berdiri.

Saya berharap jangan sampai hujan turun. Gak tau harus berteduh di mana kalau hujan sampai turun. Resto sangat ramai. Kalau berteduh di dalam kayaknya bakal sumpek. Gak hujan aja berasa sedikit sumpek kalau sampai dapat tempat di dalam karena gak ada AC.

Saya acungin jempol untuk urusan antrean. Berjalan dengan tertib dan petugasnya juga tegas. Beberapa kali ada pengunjung yang minta didulukan dengan berbagai alasan. Biasanya, anak yang dijadikan alasan. Tapi, dengan tegas permintaan itu tidak dituruti.

Sip! Memang harus begitu. Menunggu memang gak enak. Tapi, tetap harus tertib, dong. Lagipula risiko makan di resto yang sangat ramai ya harus mau antre.


Pelayanan Makanannya Mengecewakan


Setelah menunggu sekitar 45 menitan, nomor kami pun dipanggil. Kami diantar ke meja yang posisinya dekat dapur. Lega ... akhirnya dapat giliran juga.

Kami memilih dengan cepat. Sebetulnya sebelum dapat meja pun kami sudah tau apa yang akan dipesan. Di tempat antrean kan ada daftar menu. Jadi, sambil menunggu kami baca dulu menunya. Maksudnya, biar gak usah buang waktu lagi untuk pesan menu. Kasihan dengan pengunjung lainnya.


Etapi, justru dramanya di mulai di sini. Gak ada satupun pramusaji yang menghampiri. Padahal saya sudah berkali-kali mengangkat tangan. Tapi, hanya mendapat lambaian balasan yang berarti diminta menunggu. Sebagian pramusaji malah cuma lewat aja. 

Saya gak yakin gak ada yang melihat lambaian tangan. Karena meja kami dekat sekali dengan dapur. Pastinya banyak pramusaji yang mondar-mandir ke sana. Sekitar 20 menit lho kami coba memanggil. Gak ada satu pun yang nyamperin.

Saya masih bisa bersabar menunggu 45 menit untuk dapat meja. Karena sistemnya jelas. Berdasarkan nomor urut. Tapi, ini berdasarkan apa, ya? Apalagi saya lihat ada beberapa meja yang disamperin, padahal baru datang. Saya pun berinisiatif mendekati salah seorang pramusaji yang sedang berdiri di dapur.

Pramusaji tersebut langsung mengikuti saya ke meja dan mencatat pesanan. Terkesan sekali seperti yang terburu-buru dan tanpa senyum. Bahkan tidak mengulangi apa yang kami pesan. Langsung pergi ke dapur lagi. Saya gak mempermasalahkan. Asalkan jangan sampai salah nyatet aja.

lama menunggu pesanan di kedai kita
Nai mulai lelah dan ketiduran


Butuh sekian menitan lagi yang lumayan lama untuk minuman kami datang. Itu pun harus saya samperin dulu. Herannya, rombongan keluarga yang duduk di samping meja kami sudah lebih dulu datang pesanannya. Padahal kami sudah duluan pesan.

Nai sampe ketiduran karena lelah menunggu. Pramusaji yang saya samperin berdalih kalau mereka lagi banyak orderan. Kalau alasannya seperti itu, kenapa orang lain yang belakangan datang malah datang duluan pesanannya?

Bukan menjawab pertanyaan, pramusaji tersebut tetap bersikeras dengan jawabannya. Ya sudah, saya langsung mengatakan batal order bila tidak segera datang. Saya minta uangnya dikembalikan.

Yup! Kalau makan di sini memang harus bayar dulu. Gak lama kemudian minuman kami pun datang. Tapi tanpa makanan. Drama masih berlanjut ceritanya. :D



Kalau gak inget untuk minum aja lama datangnya, kayaknya minuman udah habis duluan kali. Cuma males aja nunggu lama untuk minuman baru datang kalau harus order lagi. Setelah (lagi-lagi) menunggu lumayan lama, makanan kami pun datang, kecuali pesanan Keke.

Suami: "Ngapain makanan dicium-cium, Bun?"
Saya: "Katanya kan pizzanya dibakar ditungku pakai kayu. Biasanya makanan yang dibakar ditungku kan wangi."


nasi sapi lada hitam kedai kita
Nasi Sapi Lada Hitam, IDR36K
pizza bakar kedai kita
Pizza Bakar, IDR75K
nasi goreng kambing kedai kita
Nasi Goreng Kambing, IDR35K


Entah, karena lagi lelah atau apa, pastinya kami tidak mencium wangi apapun. Tapi, untuk rasa sih saya sependapat dengan banyak review. Semua pesanan terutama pizza bakar dan sapi lada hitamnya memang enak. Kalau bisa saran sih, lada hitamnya dikasih sayur sedikit lah. Biar gak cuma nasi ma daging aja.

Lama sekali menunggu pesanan Tom Yam untuk Keke. Ketika sedang menunggu, tau-tau kami mendengar seorang ibu berteriak-teriak karena marah. Intinya, ibu tersebut sangat kesal. Udah menunggu antrean masuk lama banget, begitu dapat meja gak juga ada yang nyamperin. Padahal udah sekitar setengah jam dia berkali-kali angkat tangan.

Sama banget kejadiannya kayak yang kami alami. Ya, walaupun saya tidak mendukung marah-marahnya ibu tersebut. Tetapi, memang menurut saya pun drama menunggu di Kedai Kita agak keterlaluan.

Apalagi menunggunya gak jelas. Beberapa
pelanggan yang datang duluan, bisa segera dilayani. Tapi, sebagian yang lain lama banget meskipun udah berkali-kali melambaikan tangan.

Ibu tersebut dan keluarganya langsung pergi meninggalkan Kedai Kita setelah marah-marah. Saya mendengar 2 orang pelayan berbisik-bisik. Mereka saling menyalahkan karena sampai ada kejadian seperti itu.


Saya pun langsung menghampiri mereka untuk menanyakan pesanan Tom Yam yang belum juga datang. Menurut mereka, orderan datang berdasarkan urutan. Siapa yang duluan order, berarti duluan disajikan. Rasanya pengen ketawa mendengar alasannya. Karena faktanya gak seperti itu.

Saya pun bertanya, kenapa pesanan saya yang lain sudah datang (bahkan sudah habis disantap) sedangkan seporsi Tom Yam belum juga datang? Salah seorang pramusaji bertanya menu apa aja yang saya pesan. Setelah saya sebutkan, dijawab kalau dari semua pesanan tadi memang Tom Yam yang paling lama prosesnya.


Hmmm ... saya kurang percaya, sih. Apalagi setelah dibilang kalau semua makanan disajikan berdasarkan urutan.

Semua makanan dan minuman yang dipesan pasti butuh diproses. Tapi, kan, bukan berarti dari nol. Misalnya, untuk pizza bakar. Pasti ada proses memberi topping dan membakar. Tapi, rasanya gak mungkin ya bikin doughnya dari nol ketika ada yang pesan?


Masa iya Tom Yam dibuat dulu dari awal? Gak mungkin deh kayaknya. Paling gak kuahnya udah jadi sebelum resto buka, dong.

Saya pun mengatakan kalau rombongan keluarga yang duduk di samping kami, semua pesanannya sudah beres. Kok, bisa kami yang lebih dulu datang gak juga beres? Saya pun (lagi-lagi) mengatakan untuk membatalkan pesanan saja. Dan, meminta uang seharga seporsi Tom Yam yang sudah dibayar dikembalikan.


tom yam seafood kedai kita
Tom Yam Seafood, IDR40K


Saya: "Lho, kok Tom Yam nya diantar, Mas? Saya udah bilang batal, lho."
Pelayan: "Batal? Gak ada laporan pembatalan, Bu."
Saya: "Begitu, ya? Kok, lucu ya begitu saya bilang batal, malah langsung dianter pesanannya."

Nah, itu juga salah satu kelucuan dari Kedai Kita. Setiap kali saya bilang mau batalin pesanan, dalam sekejap orderan langsung diantar.


Saya memang jadi agak sinis dan ketus di malam itu karena kesal. Hayati lelah, Baaang hahaha.

Tom Yam pun hanya disantap sedikit saja oleh Keke. Nasinya gak disentuh. Bukan karena gak enak. Tapi perutnya sudah kenyang makan Nasi Goreng Kambing yang seharusnya jadi pesanan saya. Sedangkan saya cuma icip sana-sini. Udah gak mood untuk makan.


Semua Makanan yng Dipesan Rasanya Enak


Meskipun saya udah keburu gak mood, tapi bisa dibilang menu yang kami order malam itu enak rasanya. Gak ada yang mengecewakan.

Kira-kira bakal ke sana lagi gak?

Mungkin karena rasa makanannya memang enak. Tapi, kayaknya gak bakal datang saat jam makan. Apalagi bawa anak kecil.

Terlalu lama menunggunya. Bahkan lebih lama menunggu dibanding makannya. Pukul 7 kami sampai sana, pulang pukul 10. Sekitar 3 jam dihabiskan di sana dan mayoritas dipakai untuk menunggu, jelas sangat melelahkan.


Saat kami makan di Pia Apel itu pas jam nanggung. Saya lihat Kedai Kita juga saat itu gak ramai. Oiya, Kedai Kita hanya menerima cash, ya. Jadi siapkan uang yang cukup kalau mau makan di sini :)

[Silakan baca: Special Menu di Pia Apple Pie]

Saya pernah baca reviewnya juga di Google Maps. Kalau baca komen-komennya, kayaknya banyak yang sama dengan pendapat kami. Banyak yang bilang kalau makanannya enak-enak. Tapi, servicenya memang yang paling sering dikritik.

Tips:


  1. Berpakaian casual yang menyerap keringat kalau makan di sini. Tempat gak ada AC, jadi gerah kalau pakaiannya ribet
  2. Sebaiknya, hindari jam makan. Mending datang di jam nanggung
  3. Stok sabar yang banyaaaaaaaaakk untuk menunggu :p 
  4. Kalau makan sama teman, mungkin menunggu lama gak terlalu masalah, ya. Apalagi kalau sama pacar *eh*. Tapi, kalau bawa anak-anak memang terlalu melelahkan


Kedai Kita










Post a Comment

14 Comments

  1. Wah, suami saya pasti ga mau kalau diajak makan di sini. Dia ga suka nunggu. Apalagi kalau lapar ya mbak. Bisa bikin emosi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kami pun sebetulnya gak suka makan di tempat yang antre. Cuma pas saat itu saya lagi pengen aja :D

      Delete
  2. Mbak Chi, aku pernah merasakan apa yang kau rasakan. Waktu itu malam minggu, aku dan suami ke Kedai Kita juga karena penasaran sama pizza bakarnya. Yaampun penuh banget, ngantri, dan nunggu pesanannya lama buangeeeett. Kejadiannya hampir sama, orang yang pesan dan datang belakangan lho kok dikasih duluan. Melayaninnya jadi nggak maksimal, minta tolong ambil saos aja lama banget sampai pizza kami habis. Makanannya sih aku akuin enak tapi pelayanannya nggak banget deh.

    ReplyDelete
  3. Beneeer Mba, aku 2x makan di kedai kita dua2nya memang riweuh bgt... cobain makan di di kedaikita yg di mall bellanova deh, itu rada mendingan sepinya daripada yg di bogor.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lain kali saya cobain, deh. Karena makanannya sebetulnya lumayan enak rasanya

      Delete
  4. Wiih... Tapi waktu liat di tv, kok cepet ya pesenannya dateng? Hihihihi. Maled ah ke tempat yang gitu. Saya mah orangnya gak sabaran dama makanan. Tskut keburu pingsan. :))))

    ReplyDelete
  5. udh lama sih ga ke bogor... pie apel aku tau tempatnya.. tp kok terakhir kesana ga ada liat kedai kita ini yaa.. apa pas aku dtg dulu, kedainya blm ada? memang udh lama trakhir kesana :D..

    aku sbnrnya jg kesel kalo hrs menunggu lama gitu mba.. tp selama blm coba makanannya, masih penasaran sih :D.. apa kalo kesana lbh bgs pas mereka baru2 buka kali yaa.. jd msh sepi ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan jam waktunya makan dan akhir pekan kayaknya kalau mau ke sana

      Delete
  6. Eeerrrr, aku bacanya gemes bgt deh mbaaa.. Mesti punya sabar berlipat2 kyaknya ya klo makan di sana. Suami sama anak sulung aku yg pernah k sana tp take away. Hampir 2 jam mba.. Memang lama nunggunya klo pas ramai apalgi weekend..

    ReplyDelete
    Replies
    1. take away aja 2 jam, ya. Keburu hilang laparnya hahaha

      Delete
  7. hahahaaa..drama banget ituh Chi..
    langsung bad mood ya

    Jadi inget di BAndung , cafe yang baru launching, hmm service timenya engga banget deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh sayang banget padahal baru launching. Semoga aja sekarang sudah lebih baik

      Delete

Terima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)