Serba Lavender Premier Inn Singapore

Serba Lavender Premier Inn Singapore
Serba Lavender di Premier Inn Singapore
Keterangan: foto dari rooftop Premier Inn


Kami berangkat dari rumah pukul 03.00 wib. Karena masih dinihari, jalanan Jakarta pun masih lengang. Tiba di bandara malah counter check in belum buka sama sekali. Adik saya cerita kalau sebelumnya sudah coba online check in tapi gak berhasil.

Ketika counter check in dibuka, saya pikir prosesnya akan cepat. Ternyata lumayan lama padahal suami ada di barisan paling depan. Malah papah saya yang antre agak belakang di counter sebelahnya udah selesai dari tadi. Setelah disamperin, kata suami yang dilayani duluan adalah penumpang umroh yang juga satu pesawat dengan kami.

Saya dan suami gak tau kenapa dan bagaimana ceritanya bisa penumpang umroh yag dilayani terlebih dahulu padahal suami udah di baris paling depan. Atau memang peraturannya seperti itu? Mana rombongannya banyak aja jumlahnya. Belum lagi barang-barang yang dibawa oleh mereka. Pastinya kami jadi menunggu lumayan lama. Mau pindah ke counter sebelah udah sama panjang antreannya. Jadi ya ditunggu saja.

Setelah proses check in selesai kami agak berlari kecil ke pemeriksaan imigrasi. Waktunya udah makin dekat ke jam penerbangan. Padahal bukan salah kami juga kan. Kami udah datang pagi bahkan sebelum counter check in buka, kok.

Antrean di imigrasi panjang ajah. Papah dan mamah sih enak karena pakai paspor elektronik sehingga cukup cepat prosesnya. Untungnya saat sedang mengantre ada pengumuman kalau penerbangan pukul 06.00 *saya lupa 6 lewat berapanya* dipersilakan buat barisan baru untuk didahulukan.

Masih agak berlari kecil, sempet-sempetnya mampir ke Starbuck dulu 😂 Padahal kan gak bisa dibawa ke pesawat juga. Nai juga pake mampir ke minimarket depannya minta beli Kinder Joy yang mana harganya bisa jauh lebih mahal kalau beli di bandara 😅

Tibalah di pemeriksaan terakhir di depan saya ada seorang nenek yang jadi peserta umroh. Saat diperiksa ternyata passpor nenek tersebut hilang. Udah pasti gak bisa masuk, lah. Kasihan banget saya lihat ekspresinya. Untung suaminya sangat sabar. Beliau terus bertanya ke istrinya dengan sangat perlahan. Mungkin kalau enggak itu istrinya udah makin gemeteran karena petugas di pemeriksaan pada pelit senyum 😜 Saya gak tau deh gimana akhir dari masalah itu karena sudah harus masuk ke ruang boarding. Duh semoga ketemu passpornya, ya.


Hujan Deras Hampir Sepanjang Perjalanan


Lion Air yang membawa kami menuju Singapore terbang tepat waktu. Tapi, hampir sepanjang perjalanan turun hujan cukup deras. Bikin saya ketar-ketir juga. Sampai mendarat pun masih hujan deras.

Premier Inn Singapore

Dari bandara Changi kami langsung naik MRT. Pertama sampai stasiun Tanah Merah kemudian lanjut MRT lain tujuan Joo Koon dan turun di stasiun Lavender. Hujan pun masih turun dengan lebatnya. Hanya mamah dan Femy yang membawa payung kecil serta suami saya memakai waterproof jacket.

Hujan gak juga ada tanda-tanda reda, kami pun gak bisa kemana-mana karena udah pasti bakal basah kuyup. Seketika saya kangen dengan suasana di Indonesia yang bakal dengan mudah mendapatkan ojek payung kalau lagi kayak gini. Papah dan adik saya pun turun lagi ke bawah, kali aja ada toko yang jual payung.


Tips 1: Jangan lupa bawa payung, waterproof jacket, atau jas hujan karena belum tentu di tempat yang kita datangi ada ojek payung 😂

Lumayan lama juga kami menunggu papah dan adik. Sementara tepat di seberang stasiun ada McDonald's. Perut saya mulai lapaaaarrr. Sayangnya gak bisa langsung nyebrang dan gak kelihatan ada jembatan penyebrangan ataupun zebra cross di dekat stasiun. *Tuh kan jadi kangen ma Indonesia lagi 😂*

Tips 2: Jangan coba-coba menyebrang sembarangan apalagi sampai loncat pagar pembatas meskipun kelihatannya pendek. Singapore termasuk negara yang tertib dan ketat dendanya. Gak asik lah kalau sampai kena denda apalagi di negeri orang

Dari pagi belum makan sama sekali. Di pesawat sih pramugari jualan roti tapi saya gak terlalu suka roti. Hanya kadang-kadang aja makan roti kalau lagi kepengen banget. Untung aja anak-anak masih mau makan roti. Setidaknya anak-anak bisa sarapan.


Ketika akhirnya papah dan adik datang, hujan mulai agak reda. Saya membiarkan Nai yang gak mau pakai payung dan memilih terkena sedikit hujan. Gak apa-apa lah udah gak deras juga hujannya.


Nuansa Lavender di Premier Inn Singapore


Nuansa Lavender di Premier Inn Singapore

Jalan kaki sekitar 15 menit dari stasiun ke hotel. Tadinya hanya ingin menitipkan tas ke resepsionis karena kami akan lanjut ke Sentosa. Tapi katanya kamar untuk kami sudah tersedia dan dipersilakan untuk early check in. Ya sudah sekalian aja simpan tas di kamar.

Awalnya, adik saya mau cari penginapan seperti apartmen di airbnb tapi katanya gak bisa dititipin tas kalau nanti udah check out tapi masih pengen jalan-jalan. Makanya adik saya akhirnya memilih hotel. Kalau saya sih kali ini ngikut aja, deh.


family standard Premier Inn Singapore
Family dan standar room memiliki luas yang sama. Bedanya kalau family ada tambahan kasur sehingga mentok sampe jendela.


Adik saya booking beberapa kamar tipe standar dan 1 tipe family untuk saya sekeluarga. Sengaja booking tipe family supaya saya dan suami bisa tidur satu kamar dengan anak-anak. 

Kirain saya tipe family ruangannya akan lebih besar dari yang standar. Ternyata sama aja. Perbedaannya hanya dijumlah kasur. Kalau family room kasurnya lebih banyak. Mungkin kalau di sini semacam extra bed, ya. Dari ujung ke ujung penuh sama kasur jadinya. Kalau toilet dan kamar mandinya sih standar, ya. Ukurannya gak terlalu besar dan menggunakan shower.



Saya suka dengan nuansa lavender di hotel ini. Dari mulai logo, masuk hotel, di dalam kamar, hingga toiletries bernuana lavender. Bahkan lampu kamarnya pun berwarna lavender. Toiletriesnya juga komplit dan lucu packagingnya *Sayang lupa difoto, euy* Tadinya saya pikir nuansa lavender ini karena dekat dengan stasiun Lavender. Tetapi kalau lihat webnya, Premier Inn di UEA dan Qatar pun memang bernuansa lavender.


Pool dan WiFi yang Terbatas


Kolam renang ada di rooftop. Kalau aja waktu kami lebih lama di hotel kayaknya pengen juga cobain berenang di sana.

Koneksi wifi cepat tapi terbatas hanya untuk 3 koneksi per kamar. Karena kami berempat masing-masing punya smartphone, salah satu harus ada yang mengalah. Atau kami harus bergantian wifi hotel karena memang hanya dibatasi 3.


Potato Hash Brown yang Enak Banget!

Beraneka roti, muffin, selai, dan butter yang (katanya) halal


Setelah pulang dari Marina Bay Sands, orang tua dan adik saya beli roti dulu di Sevel buat sarapan besok hari. Saya lagi-lagi galau karena gak terlalu minat sarapan roti. Suami pun bilang mending sarapan di hotel aja.

Pagi harinya, saya bertanya lebih dahulu ke bagian resto untuk harga sarapan. Adik saya booking kamarnya memang tanpa breakfast. Harga sarapan IDR250K per orang tapi untuk 16 tahun ke bawah gratis karena masih dianggap anak-anak.


Keke, Nai, dan Fabian masih belum dikenakan charge kalau sarapan di sini karena masih di bawah 16 tahun


Sebetulnya saya agak heran juga sih kenapa batasan umurnya lumayan banget. 16 tahun sih kayaknya udah bukan anak-anak lagi, ya. Seusia Keke yang saat itu 12 tahun aja porsi makannya udah sama kayak orang dewasa. Tapi saya bersyukur banget lah setidaknya jadi cuma bayar untuk 2 orang aja (saya dan suami). Sedangkan Keke, Nai, dan Fabian bisa makan gratis 😄


Mungkin karena melihat saya berhijab, setelah melakukan pembayaran, petugas restonya langsung mengajak kami ke tempat makanan dan menunjukkan makanan mana aja yang halal. Saya sempat agak sedikit menyesal karena harus membayar harga yang lumayan tapi pilihannya sangat sedikit untuk makanan halal.


Makanan yang pertama saya cobain adalah hash brown, sosis ayam, dan scrambled egg. Eyaampuuunnn enak banget hash brown-nya! Mungkin Sahabat KeNai ada yang heran kenapa saya sampai segitu senangnya menemukan hash brown yang enak. Apa bedanya dengan kentang goreng?

Tapi memang beberapa kali cobain hash brown, saya belum pernah dapat yang rasanya enak. Ada yang renyah di bagian luar tapi berasa mentah bagian dalamnya. Ada juga yang rasanya hambar. Kalau hash brown di Premier Inn enak banget. Bagian luarnya renyah, di dalamnya matang, trus gak hambar. Pokoknya bikin saya nambah berkali-kali.


Kalau anak-anak menyantap yogurt bersama buah. Kalau saya karena gak begitu suka buah, jaid yogurtnya dicangkirin aja dan nambah beberapa kali juga 😁


Selain hash brown, saya juga suka dengan pilihan rasa yogurtnya yang lumayan banyak dan rasanya enak. Jadi batal nyesel deh udah bayar segitu karena meskipun pilihannya sedikit tapi rasanya enak semua.


Sangat Dekat dengan Masjid

Foto dari rooftoop, terlihat jelas masjid tepat di seberang hotel.


Tepat di seberang hotel ada masjid besar. Saya lupa nama masjidnya. Pokoknya besar dan di depannya ada taman yang lumayan luas. Jembatan penyebrangan juga langsung terhubung dengan lobby hotel. Jadi Sahabat KeNai gak kesulitan bila ingin menyebrang jalan.

Awalnya saya tidak menyadari ada masjid yang lokasinya di seberang hotel. Apalagi di depannya adalah taman yang lumayan luas dan cukup rimbun. Di Singapore suara adzan pun hanya boleh dikumandangkan di dalam masjid, tidak terdengar ke luar. Saya justru baru sadar ada masjid saat sedang di rooftop dan pulang dari Mustafa Centre.

Agak bergeser beberapa meter juga ada masjid lagi meskipun gak sebesar yang di seberang hotel. Tapi setidaknya untuk Sahabat KeNai yang beragama islam dan tetap ingin sholat di masjid, mudah banget cari masjid kalau menginap di Premier Inn.

Lokasi juga strategis, lah. Tapi Singapore kan transportasi umumnya memang udah tertata banget, ya. Jadi mau kemana pun juga kayaknya masih nyaman aja. Insya Allah di postingan berikutnya, saya menulis tentang food court yang hanya menjual menu halal, ya.


Nyaris Terkunci di Tangga Darurat

"Bunda!! Tau gak tadi kita hampir kekunci di tangga darurat!"

Keke dan Nai berseru. Mereka berlomba-lomba cerita tentang kejadian yang baru saja dialami.

Ceritanya Keke dan Nai pengen ketemuan sama Fabian. Chi malas nganterin dan minta mereka untuk jalan sendiri aja. Setelah masuk lift dan tap kartu kamar, ternyata gak bisa ke lantai 10. Ya karena setiap kartu hanya disetting untuk lobby dan lantai tempat tamu menginap.

Keke dan Nai pun berinisiatif untuk naik ke lantai 10 menggunakan tangga darurat. Mereka pikir cuma naik 1 lantai aja. Untungnya sebelum menutup pintu tangga darurat, Keke baca tulisan di tembok kalau pintu sudah ditutup maka gak bisa dibuka dari dalam. Kalau sampai kejadian, mereka berdua terpaksa turun hingga lobby atau menunggu ada yang dari lantai 9 buka pintu ke tangga darurat.

Buru-buru lah mereka berdua keluar trus langsung turun ke lobby. Sampai lobby, Keke minta tolong resepsionis untuk telpon ke kamar Fabian. Singkat cerita, Fabian pun turun diantar om-nya. Kemudian mereka bertiga (Keke, Nai, dan Fabian) naik lagi ke lantai 9 buat main di kamar.

Hufff! Saya deg-degan plus lega mendengarnya. Kebayang kalau sampe terkunci di tangga darurat dan memaksa mereka turun dari lantai 9 hanya berdua. 😅


 View dari atas jembatan penyebrangan Premier Inn


Keterangan:

Ketika saya bikin postingan ini dan ingin upload petanya, kok ada info dari Google kalau hotel ini permanently closed? Padahal ini hotelnya nyaman dan saat saya di sana kelihatannya ramai juga tamunya. Di Tripadvisor pun ratingnya cukup bagus. Kalau baca info di website Premier Inn juga hanya ada di Uni Emirat Arab dan Qatar saja.

Saya gak tau apa benar-benar sudah tutup atau belum. Kalau sudah, sayang banget. Saya suka dengan hotelnya.


Premier Inn





+65 6679 2000



Post a Comment

26 Comments

  1. Wish me luck. Be there soon 😉. Hash brown bikin ngiler 😋

    ReplyDelete
  2. Waah serunya yang ke singapor..
    Ini persiapan emak2 kumplit ya,meski siap2 jaket waterproof ato jas ujan padahal mau ke kota, hihii..

    Btw kenapa mandeg bacanya di egg scramble dan sosis ya, hmm ujan gede banget bikin ngiler lhat makanan ntu.

    Ahh, itu hotelnya masa iya ko ditutup ya, ntar keke sama nai ga bisa mengulang kembali lewat tangga darurat donk hahhaaa, untung smart pisan keke niy langsung ke receptionis ya, ahh si ganteng niy..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, soalnya cuaca, Teh. Dan gak ada ojek payung pula wkwkwkw
      Hujan mah bawaannya laper melulu, ya
      Kayaknya sih memang udah gak ada. Hiks

      Delete
  3. Wah..k singapur gak pernah bosan ya mbak, aplagi saya yang di Batam, hanya 45 menit naik ferry nyampe deh di seberang. Weekend ama teman2, kongkow rame2, seru banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah iya asik yang di Batam, ya. Tapi saya suka mabok laut kalau naik kapal :D

      Delete
  4. pinter ya keke dan nai... jadi gak terkunci di tangga darurat :)

    wah iya sayang juga ya kalo hotelnya tutup... mungkin bakal ganti hotel lain kali...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya untung dia baca dulu tulisannya. Mungkin begitu kayaknya harus ke sana lagi buat lihat hehehe

      Delete
  5. ojek payung mana ada di singapur mbak heuheu
    eh aku kok penasaran yoghurtnya kayak slime
    enak itu sama buah seger

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya memang gak ada. Makanya saya tulis jadi kangen sama Indonesia :)
      Tekstur yogurt memang begitu, kan?

      Delete
  6. Kangen Indonesia untuk ketidaktertiban .. hihihi ... Mbak Chi, Mbak Chi :D

    ReplyDelete
  7. Wahhh asiknya jalan-jalan sama keluarga. Harus semangat nabung nih saya biar bisa jalan-jalan ke luar negeri juga :D

    ReplyDelete
  8. Wah serunya yang jalan-jalan ke Spore. Boleh juga nih hotel jadi referensi ya.

    ReplyDelete
  9. Bikin ngiler dan missing Singapore banget, Mbak. :)

    ReplyDelete
  10. aaaaaa itu hotelnya enak bangettttt. Aku klo ke SG pasti pilih yang dormitory hahahaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bawa orang tua, Shin. Kayaknya gak mungkin nginap di dormitory hahaha

      Delete
  11. Family room ini emang pas banget buat keluarga kecil yaa. Asyik juga itu tempat tidurnya mentok sampai jendela.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya karena kamarnya juga gak luas. Biasa aja luasnya

      Delete
  12. Serba lavender asyik banget. Apalagi lihat hotelnya nyaman begitu ya

    ReplyDelete
  13. ngakak pas baca bagian ojek payung... Kl lg pilek di jalan juga suka celingak celinguk nyari pedagang asongan...trus baru inget...oh iya itu mah di negeri sendiri :)))))

    ReplyDelete

Terima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)