Suis Butcher Jl. Riau Bandung: Kisah Steak Legendaris, Kenangan Rasa yang Tak Terlupakan

Tampak depan restoran Suis Butcher di Jalan Riau Bandung dengan papan nama merah yang ikonik.

Bandung bukan hanya tentang fashion dan wisata alam, tetapi juga surga bagi para pecinta kuliner legendaris. Jika Sahabat KeNai mencari steak legendaris di Bandung yang menawarkan lebih dari sekadar makanan, jawabannya adalah Suis Butcher. Sejak berdiri puluhan tahun silam, tempat makan ini telah menjadi saksi bisu berbagai kenangan manis dan mempertahankan cita rasa khas yang tak lekang oleh waktu.

Desain interior klasik Suis Butcher menampilkan dinding dengan deretan siluet sapi yang menyala dan sofa kulit cokelat yang elegan.

Hiks! Aslinya sedih juga menulis artikel ini. Karena ketika sedang scrolling di IG, muncul konten terbaru Suis Butcher di mana ownernya bilang kalau yang di jl. Riau Bandung akan ditutup! Aaaaahhh tidaaaak! Banyak aja kenangan di resto ini dari anak-anak masih kecil hingga terakhir ke sana Juli 2024.


Saksi Bisu Waktu: Mengapa Suis Butcher Jl. Riau Selalu Menjadi Tempat Penuh Kenangan


Area koridor semi-outdoor Suis Butcher yang asri dengan tanaman gantung dan pemandangan ke arah Jalan Riau.

Suis Butcher gak total ditutup. Katanya yang di pusat yaitu jalan Setiabudi Bandung masih tetap ada. Tapi, sejak dulu kami selalu memilih yang di jalan Riau.

Alasan utama karena lokasi yang lebih dekat dengan tengah kota. Setiap kali ke Bandung, kami memang lebih sering berkeliling di tengah kota daripada ke daerah atas atau pinggir kota Bandung. Meskipun belum pernah ke Suis Butcher jalan Setiabudi, dari penampakan luar menurut kami lebih nyaman yang di jalan Riau. Parkirannya juga terlihat lebih luas.


Area makan outdoor yang nyaman dan asri dengan tanaman hijau di Suis Butcher Jl. Riau Bandung.

Dulu tuh selalu rame banget. Tapi, saking sukanya, kami rela aja waiting list. Makanya banyak kenangan di sini karena sejak anak-anak masih kecil, steakhouse ini udah jadi favorit kami sekeluarga.


Interior Klasik Suis Butcher: Mesin Waktu dengan Nuansa Hangat Penuh Kenangan

Barisan meja dengan taplak kotak-kotak merah putih yang menjadi ciri khas ruang makan Suis Butcher.

Saat kami ke sana, suasanya sangat sepi. Saya pikir mungkin karena kami ke sana di hari kerja dan jam nanggung. Udah lewat jam makan siang. Menjelang sore gitu.

Rasanya seperti tidak banyak perubahan. Bangunannya masih kelihatan sama. Interiornya mungkin agak berubah sedikit, tapi tetap berkesan klasik. Hal lain yang paling saya suka adalah restonya bersih dari mulai tempat makan hingga toilet. Disediakan mushola juga. Bener-bener nyaman makan di sana.


Steak Suis Butcher, Cita Rasa yang Legendaris


Buku menu yang menampilkan linimasa sejarah Suis Butcher dari tahun 1993 hingga 2022 beserta dokumentasi cabangnya.

Kalau lagi ingin makan steak, kami lebih suka ke steakhouse. Biasanya bener-bener puas dari segi rasa hingga tingkat kematangan. Suis Butcher ini termasuk salah satu steakhouse favorit kami. Apalagi dulu kami lumayan sering ke Bandung.

Usia Suis Butcher udah lebih dari 40 tahun. Kalau yang cabang di Riau usianya sekitar 18 tahun. Ya kira-kira usia yang di jalan Riau sepantaran ma anak saya hehehe.

Terakhir kami makan di sini Juni 2024. Senengnya lagi, kali ini bisa kumpul komplit. Ya, beberapa kali saya cerita sejak anak-anak besar, udah pada punya kegiatan masing-masing. Suka gak klop waktunya. Makanya seneng aja bisa jalan ke Bandung bareng dan sebelum pulang ke Jakarta, makan dulu di Suis Butcher.


Pilihan Menu Suis Butcher: Dari Steak Legendaris Klasik hingga Varian 'Koki Bertamu'

Area lounge melingkar dengan dinding yang memajang informasi sejarah "37 Tahun Suis Butcher Setia Menemani".

Sepertinya ada menu yang berbeda setelah sekian tahun gak ke sini yaitu "Koki Bertamu". Sepertinya ini menu-menu spesial yang dibuat para koki yang diundang. Waktu kami ke sana, terpampang jelas tulisan di tembok dan buku tamu "Koki Bertamu Level IV" lengkap denga nama chefnya.


Rib Eye Bone Marrow

Rib Eye Bone Marrow Steak yang juicy disajikan dengan vegetables sauteed (brokoli dan kembang kol) serta saus spesial di piring keramik khas Suis.
Rib Eye Bone Marrow 200gr, IDR187,5K


Steak pilihan Keke dengan tingkat kematangan medium rare. Sepintas penyajian di piring hanya daging dan sayur. Ternyata mashed potato ada di bagian bawah, kemudian atasnya ditutup sama steak.

Detail potongan steak medium rare dengan bagian tengah berwarna merah muda yang sempurna di piring Suis Butcher.
Steak dengan tingkat kematangan medium rare


Tingkat kematangannya sesuai dengan yang dipesan. Daging masih terlihat kemerahan di bagian dalam. Saya lupa saus apa yang Keke pesan. Kayaknya, saus jamur, tapi bagian yang bikin steak ini makin enak ada sumsumnya. Cuma dikasih sedikit, satu bulatan kecil gitu, jadi makannya dicocol dikit-dikit. Nah, sumsumnya ini yang menambah kenikmatan.


Coffee Butter Tenderloin Santori Beef

Coffee Butter Tenderloin Santori Beef dari Suis Butcher Bandung disajikan dengan mashed potato dan salad.

Sempat agak kaget ketika pesanannya datang. Steak sudah dipotong kotak-kotak. Memang jadi lebih memudahkan untuk makan, karena gak perlu dipotong lagi. Tapi, saya pernah menyimak diskusi kalau steak yang bentuk dagingnya rapi atau sudah dipotong-potong kemungkinan besar meltique. Saya belum pernah makan meltique. Ada rasa penasaran, tapi antara pengen dan gak pengen gitu.

Meltique adalah daging sapi biasa yang disuntik dengan lemak supaya memiliki pola marbling dan tekstur seperti wagyu. Meltique ada yang disuntik dengan canola oil. Ada juga yang menggunakan lemak wagyu supaya lebih mirip. Tentu aja yang disuntik dengan lemak wagyu lebih mahal harganya.

Saya langsung menyambar buku menu dan membaca lagi menu yang saya pilih, termasuk deskripsinya. Tertulis Santori Beef. Kalau saya gak salah, itu nama brand, tapi dagingnya memang meltique premium.

Saya memang kurang teliti membacanya. Karena udah langsung tertarik duluan dengan kata coffee. Penasaran aja gitu seperti apa kalau steak dikasih kopi. Pernah baca ulasan yang bilang rasanya enak. Tapi, pernah juga menyimak diskusi, katanya steak meltique bakal kurang pas rasanya kalau level kematangannya medium ke bawah. Harus well done. Sedangkan saya pesan tingkat kematangan medium.

Untungnya saya juga berprinsip selera orang bisa beda-beda hehehe. Meskipun seringkali membaca berbagai ulasan dan diskusi, tapi bisa aja punya pendapat berbeda. Makanya saya tetap mau mencoba. Alhamdulillah, rasanya enak dan unik karena ada hint kopi di dagingnya. Dibuat kematangan medium pun masih terasa enak. Saya menerka-nerka sendiri, apakah karena disuntik lemak wagyu?


Close-up serat daging steak medium yang juicy dengan saus pesto hijau di bagian belakang.
Tingkat kematangan medium


Sedikit kritikannya adalah dagingnya lebih oily. Kelihatan juga kan di foto, steak yang saya pilih lebih mengkilap dibandingkan steak pilihan Keke dan Nai. Memang katanya kalau meltique lebih berminyak karena dagingnya diinjeksi lemak. Ditambah lagi, steak saya pakai butter.

Untungnya tidak menimbulkan rasa yang aneh atau menempel di langit-langit seperti kayak memakan sesuatu yang kebanyakan minyak. Tapi, menurut saya, kalau minyaknya bisa dikurangi dan rasa kopinya agak kuat sedikit, kayaknya bakal naik level kenikmatan steak ini.


Sirloin Prime ala Suis Butcher

Sirloin Prime Steak dengan garis panggangan yang sempurna, disajikan bersama kentang wedges dan salad di atas piring bermotif Suis.


Selera tingkat kematangan steak di keluarga kami kayak ada 2 kubu hehehe. Saya dan Keke lebih menyukai tingkat kematangan medium rare. Paling mentok medium. SedangkanNai seperti ayahnya selalu memilih well done.

Close-up potongan steak dengan tingkat kematangan well done yang tetap terlihat juicy saat diangkat dengan garpu.
Tingkat kematangan Well Done


Tapi, tingkat kematangan well done untuk steak di Suis Butcher masih tetap enak menurut saya. Dagingnya masih tetap berasa lembut dan juicy. Steak yang Nai pilih termasuk klasik. Saya mencicipi sepotong, rasanya masih tetap konsisten enak.

Kalau Sahabat KeNai perhatikan, salad atau sauteed vegetables yang disajikan untuk tiap steak berbeda-beda. Bukan kami yang minta berbeda, tapi memang sudah seperti disajikannya. Mungkin disesuaikan dengan steaknya biar rasanya semakin enak. Dan, semua saladnya juga enak.


Apple Sringroll

Penutup manis Apple Springroll hangat dengan satu scoop es krim vanilla di Suis Butcher Bandung.
Apple Springroll, IDR35,5K


Hanya suami yang gak pesan steak sore itu. Bukan dia gak doyan, tapi kami akan lanjut pulang ke Jakarta setelah selesai makan di Suis Butcher. Suami selalu menolak makan berat kalau mau nyetir jarak jauh. Alasannya suka bikin ngantuk kalau perut udah kekenyangan. Makanya, dia pesan apple springroll. Cukup lah untuk bikin perut terisi tapi gak sampai kekenyangan.

Kelihatannya hanya 2 potong. Tapi, isian apelnya aja setebal itu dan rasanya gak kemanisan dan masih berasa segar apelnya. Semakin enak karena dikasih 1 scoop es krim vanilla.


Mushroom Soup

Semangkuk Mushroom Soup kental dengan topping jamur dan krim, disajikan bersama Garlic Bread di Suis Butcher Bandung.
Mushroom Soup, IDR32,5K


Suami juga pesan mushroom soup sebagai menu pembuka. Porsinya semangkuk kecil, tapi cukup mengenyangkan. Karena dikasih seiris garlic bread juga. Memang cocok buat mengawali makan utama.

Rasanya creamy, tapi gak bikin enek. Teksturnya halus dan jamurnya diblend. Paling ada sedikit kayak potongan jamur gitu di atasnya.


Go Go Green Juice, Pineapple Juice, dan Minuman Lainnya

Berbagai pilihan minuman segar mulai dari jus buah hingga iced tea di restoran Suis Butcher.
Go Go Green Juice, IDR32,5K
Pineapple Juice, IDR25,5K
Ice Lemon Tea, IDR19,5K
Ice Tea, IDR17,5K


Saya ceritakan minuman pesanan Keke dan Nai aja, ya. Kalau pesanan saya dan suami kan standar aja rasanya hehehe. Keke pesan Go Go Green Juice, jus campuran sayur dan buah. Saya lupa campurannya apa aja. Rasanya seger. Jadi, meskipun ukurannya segelas besar, gak bikin enek. Cocok juga di-pairing sama steak pesanan Keke.

Nai pesen Pineapple Juice. Ini juga segar jusnya. Kayaknya semua jus yang dipesan Keke dan Nai kandungannya beneran banyak buah dan sayur. Makanya seger. Udah gitu yang bikin makin enak tuh manisnya tips aja.


Tom N Jerry Choco

Potongan kue cokelat berbentuk keju ikonik (Tom & Jerry) dengan latar belakang bangunan luar Suis Butcher Jl. Riau.
Tom Jerry Choco, IDR32,5K


Nai minta kue coklat untuk dibawa pulang. Nama kuenya Tom N Jerry karena dibentuk seperti potongan keju gitu. Agak lupa saya ma rasanya. Tapi, seingat saya, semua makanan yang pernah kami pesan di Suis Butcher tuh enak.



Kangen Steak Suis Butcher? Ke Jalan Setiabudi Aja


Dekorasi dinding ikonik dengan siluet sapi dan lampu temaram di ruang makan Suis Butcher Jl. Riau.


Suis Butcher gak seluruhnya tutup. Resto yang di jalan Setiabudi masih aja. Kami bisa ke sana kalau kangen steak legendaris ini.

Yang hilang paling kenangannya. Karena seperti cerita di awal, kami selalu ke Suis Butcher jalan Riau. Jadi ada kenangan yang tak terlupakan.


Suis Butcher Steakhouse Setiabudi


Jl. Dr. Setiabudi No.174
Kota Bandung, Jawa Barat 40141

Jam buka: 10.00 s/d 23.00 WIB



Post a Comment

0 Comments