Mencari anggrek raksasa di Kebun Raya Bogor itu melelahkan hahaha!
Padahal kami sudah bertanya, lho. Jadi kalau ada pepatah "Malu Bertanya,
Sesat di Jalan", saat itu gak berlaku untuk kami. Karena kenyataannya,
kami "Tidak Malu Bertanya, Tapi Tetap Tersesat di Jalan" hehehe.
Siang itu, Sabtu (6 Februari 2016), kami sedang makan siang yang
kesorean di Lemongrass *Soalnya baru makan siang pukul 3 sore
hehehe*
Nai: "Bunda, habis makan, kita mau kemana?"
Bunda: "Kayaknya istirahat dulu aja di hotel, ya. Atau berenang di hotel juga boleh. Jalan-jalannya besok aja."
Nai: "Besok, mau jalan-jalan kemana?"
Bunda: "Terserah. Ke kebun raya mau, gak?"
Nai: "Kenapa ke kebun raya?"
Bunda: "Kan, Ima pernah bilang mau ke kebun raya. Lagian, kemaren Bunda baca berita di salah satu media online, katanya di kebun raya lagi mekar bunga anggrek raksasa. Anggreknya itu cuma mekar 2 tahun sekali. Sekali mekar bisa 2 bulan, sih. Tapi, mumpung lagi di Bogor, kita lihat anggrek raksasa aja, gimana?"
[Silakan baca: Menikmati Lemongrass, Kopitiam Modern di Bogor]
Keesokan harinya ...
Kami menginap di Padjadjaran Suites Hotel, Bogor. Keluar dari hotel pukul 10.30 wib. Memutuskan untuk naik angkot saja menuju Kebun Raya.
[Silakan baca: Keliling Bogor, Menginapnya di Padjadjaran Suites Hotel & Conference]
Dari hotel menuju Kebun Raya tidak sulit, cukup menyebrang dan tunggu angkot 09 *Lupa jurusan mana. Pokoknya nomor angkotnya 09.* Sekitar 10 menit (kalau lancar) kami sudah tiba di pintu 3 Kebun Raya, Bogor.
Ini kali pertama Keke dan Nai jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor (KRB). Kalau buat saya, ke KRB bisa jadi semacam perjalanan nostalgia. Waktu kecil, KRB adalah salah satu tempat yang paling sering didatangi untuk piknik keluarga. Setelah besar, saya gak pernah ke KRB lagi selama bertahun-tahun. Baru tahun 2016 ini saya ke KRB lagi.
[Silakan baca: Mendadak ke Kebun Raya Bogor]
Setelah membayar tiket masuk seharga IDR14K, saya lalu bertanya ke salah seorang petugas yang berada di loket. Abis gak ada papan petunjuk di mana anggrek raksasa berada.
Saya: "Permisi, Mbak. Kalau anggrek raksasa yang sedang mekar ada di area mana, ya?"
Mbak yang saya tanya tidak menjawab sama sekali, dia hanya memalingkan muka ke arah teman di sampingnya.
Mbak A: "Ada perlu apa, Bu?"
Saya: "Kalau anggrek raksasa yang sedang mekar ada di area mana?"
Mbak A: "Anggrek raksasa?"
Saya: "Kemarin saya baca di internet, katanya ada anggrek raksasa yang sedang mekar di sini. Kejadian yang hanya terjadi antara 2-3 tahun sekali. Dimana lokasinya, ya?"
Mbak A: "Oh, mungkin di jalan Astrid, Bu."
Saya: "Dimana itu jalan Astrid? Jauh?"
Mbak A: "Enggak, kok. Dari sini, ibu tinggal belok kiri trus lurus aja. Gak jauh udah jalan Astrid. Tapi tunggu sebentar, ya, Bu."
Mbak A lalu menghampiri seorang petugas laki-laki yang berdiri di luar loket.
Bapak B: "Ibu mau lihat anggrek raksasa?"
Saya: "Iya, Pak."
Bapak B: "Mungkin ada di jalan Atrid, Bu. Dari sini belok kiri trus lurus aja. Gak jauh, kok."
Saya: "Baik, Pak."
Bapak B: "Tapi, kalau Ibu mau lihat anggrek mendingan di Griya Anggrek aja, Bu."
Saya: "Lokasinya dimana, Pak?"
Bapak: Dari sini lurus. Itu yang atap kacanya dari sini kelihatan. Di rumah kaca itu ada berbagai jenis anggrek."
Saya: "Saya gak mau lihat berbagai jenis anggrek, Pak. Saya cuma mau lihat anggrek raksasa. Kalau saya lihat foto yang di internet itu, kayaknya lokasinya di area terbuka. Menempel di salah satu pohon besar, bukan di rumah kaca."
Bapak: "Kalau begitu, Ibu coba aja dulu ke jalan Astrid. Tapi, saya gak tau pasti di sana ada atau enggak."
Saya: "Begitu, ya?"
Bapak: "Iya, Bu. Karena kalau di sini setiap petugas sudah punya pegangan masing-masing. Saya pegangannya area atas sini. Jadi gak tau area lain, Bu. Maaf, ya."
Saya: "Gak apa-apa, Pak. Terima kasih banyak, ya."
Saya mengerti kalau setiap petugas di sana sudah ada tugas masing-masing. Apalagi Kebun Raya Bogor itu luas. Tapi, saran saya, untuk sesuatu yang tidak terjadi setiap saat dan berpotensi mengundang banyak pengunjung untuk tertarik datang, ada baiknya semua petugas tau lokasinya. Contohnya kayak anggrek raksasa ini. Kan, katanya hanya mekar setiap 2 tahun sekali saja. Tentu ini akan sangat menarik untuk dilihat banyak pengunjung.
Tapi, yang saya rasakan saat di KRB, infonya minim sekali. Tidak ada banner bahkan petugas pun tidak tahu. Coba lihat web KRB pun tidak ada infonya. Sampai saya sempat berpikir apa jangan-jangan berita itu media online itu hoax?
Dari loket masuk, sesuai dengan arahan mereka, kami belok kiri. Berjalan lurus terus hingga sampai di persimpangan pertama. Ada papan petunjuk, ke kiri itu jalan menuju Grand Garden Cafe. Jalan ke kiri sepi dan agak gelap karena rimbunnya pepohonan. Semua pengunjung berjalan terus. Kami pun mengikuti.
Di persimpangan kedua, kami kembali melihat papan petunjuk jalan. Ke sebelah kiri masih arah menuju Grand Garden Cafe tapi jalannya lebih terang. Cafenya juga terlihat jelas dari tempat kami berdiri. Di sebelah kanan adalah jalan menuju masjid yang juga terlihat jelas masjidnya dari tempat kami berdiri. Jalan lurus, kami akan bertemu dengan kolam teratai raksasa.
[Silakan baca: Melepas Lelah di Grand Garden Resto & Cafe]
Banyak pengunjung lebih memilih ambil jalan lurus. Di pinggir kolam teratai, ada taman yang luas. Banyak yang piknik di sana. Ada juga yang terus melanjutkan perjalanan ke area lain. Kami pun memilih untuk berjalan lurus. Sempat foto-foto sejenak di kolam teratai raksasa sebelum melanjutkan perjalanan.
15 menit ... 30 menit ... 1 jam ... Mana jalan Astrid, sih? Kata petugas di loket 3 jalan Astrid itu dekat, tinggal lurus aja. Tapi kami sudah berjalan sekian lama, entah udah berapa kali belokan kami lewati, gak ketemu juga dengan jalan Astrid. Kami pun akhirnya melihat papan penunjuk jalan. Lho, lokasinya dekat sama Pintu 3 tempat kami masuk? Tapi, perasaan gak lihat jalan Astrid?
Ketika berada di pintu 1 yang juga menjadi pintu utama, saya ingin bertanya ke petugas yang ada di sana. Tapi dilarang suami. Alasannya, paling sama aja jawabannya sama petugas di pintu 3. Suami menyarankan saya untuk bertanya ke salah seorang supir mobil wisata. Menurutnya, supir mobil wisata kemungkinan besar tau karena kerjaannya keliling KRB membawa para pengunjung.
Supir Wisata: "Oh, anggrek raksasa ada di jalan Astrid, Bu."
Saya: "Yakin, Pak?"
Supir Wisata: "Yakin, Bu. Nanti dari sini Ibu belok ke kanan. Ikutin terus jalannya, nanti ketemu jalan Astrid."
Saya: "Terima kasih banyak, Pak."
Tapi, kami memilih belok kiri dulu. Kalau lihat dari papan petunjuk jalan, gak jauh dari lokasi kami berdiri ada museum Zoologi. Kemudian kami ingin melanjutkan melihat istana dari KRB.
Batang-batang anggrek yang cukup rendah
Suami: "Ini jalan Astrid, Bun."
Saya: "Iya, tapi mana anggrek Raksasanya?"Suami: "Itu kali di pohon besar yang di depan."
Saya: "Kalau lihat sulur-sulurnya, sih, mirip kayak yang di berita itu. Tapi mana anggreknya?"
Keke: "Iya, gak ada anggreknya."
Suami: "Coba lihatnya ke atas."
Anggrek raksasa yang dicari ada di ketinggiar sekitar 3 meteran dari permukaan tanah. Saya juga sedikit salah mengira. Tadinya dalam bayangan saya akan melihat anggrek dengan kelopak segede
Saya: "Trus, yang dimaksud raksasanya apanya? Kayaknya kecil-kecil kelopaknya?"
Suami: "Keseluruhannya kayaknya. Biasanya anggrek kalau nempel di pohon, kan, gak sampe sepanjang gini batang-batangnya. Bunga juga gak sebanyak itu ngegerombolnya. Mungkin itu yang dibilang raksasanya."
Saya: "Iya, juga kayaknya."
Anggrek raksasa atau dikenal juga dengan nama anggrek tebu karena batangnya
yang mirip tebu. Ciri-ciri anggrek terbesar di dunia ini adalah
- Rangkaian bunga bisa panjang hingga mencapai 2 meter
- Rangkaian bunga disetiap tangkai berjumlah 50-100 kuntum
- Panjang batang bisa mencapai 3 meter, menjuntai ke bawah
- Daunnya tipis dengan panjang 50-100 cm dan lebar 3-4 cm
- Berbunga serempak setiap 2 tahun dan bertahan mekarnya hingga 2 bulan
Alhasil, kami menghabiskan waktu hingga 2 jam berjalan kaki untuk mencari anggrek raksasa di Kebun Raya Bogor. Yang bikin ngikik adalah pohon anggrek itu ada di dekat masjid yang saya lihat! Yang di persimpangan dekat kolam teratai dan cafe. Trus, saya buka lagi portal berita yang menulis tentang anggrek raksasa itu. Di sana juga disebutkan lokasinya. Eyaampuun! Inilah kalau gak teliti membacanya hahaha.
Nai: "Coba tadi langsung tau, ya. Pasti udah pulang dari tadi. Kan, rencananya cuma mau lihat anggrek raksasa aja."
Saya: "Iya, mungkin kita memang harus keliling KRB dulu, Nak hehehe."
Jam sudah menunjukkan hampir pukul 13.00 wib. Perut sudah lapar, mau keluar untuk cari makan lagi udah males. Pegel kakinya hehehe. Apalagi, di langit udah menunjukkan tanda-tanda akan hujan deras. Kami memutuskan untuk makan siang di Green Garden Cafe aja.
Saya gak tau sejak kapan anggrek raksasa ini mekar. Tapi, kabarnya baru-baru ini dan akan bertahan selama 2 bulan kalau sedang mekar. Kalau Sahabat Jalan-Jalan KeNai berencana mau ke Bogor dalam waktu dekat ini, coba mampir ke KRB. Siapa tau masih mekar. Ya, daripada menunggu 2 tahun lagi.
Berdasarkan pengalaman kami yang sempat nyasar itu, pohon anggrek raksasa paling gampang ditemui kalau masuk dari pintu 3. Paling dari pintu 3 cuma butuh jalan santai selama 10 menit saja. Atau kalau masuk dari pintu lain, patokannya kolam teratai raksasa atau cafe Green Garden. Dari situ, akan kelihatan masjid. Semoga aja gak ada Sahabat Jalan-Jalan KeNai yang nyasar kayak kami, ya hehehe.
Cerita lengkap jalan-jalan di KRB dan kulineran di Green Garden Cafe, di postingan berikutnya, ya.
Kebun Raya Bogor
Jl. Ir. H. Djuanda no. 13
Paledang, Bogor
Jawa Barat 16122
Paledang, Bogor
Jawa Barat 16122
23 Comments
Tgl 6 kesitunya? Ahahaha.. Saya tgl 7 kesitunya.. Rame bgt.. Tapi cuma jalan2 kejembatan sama keliling2 gtu.. Gatau kalo ada anggrek itu. Hmm
ReplyDeleteiya, memang infonya minim banget. Malah gak ada. Kalau saya gak sengaja baca salah satu portal berita, mungkin gak akan tau anggrek raksasa ini
DeleteWah ini gara - gara Astrid mbak, jadi mbak sekeluarga harus muter - muter terlebih dahulu. Tapi perjuangan sekeluarga keren loh mbak, pokoknya nggak mau menyerah begitu saja. Nah dengan begini kan mbak sekeluarga jadi saling berkomunikasi, iya kan? jadi serasa merasakan petualangan sesungguhnya. Keren! :-)
ReplyDeleteMumpung lagi di Bogor hehehe
Deletebener-bener raksasa ya mba..anggreknya besar aja :)
ReplyDeleteGak seperti anggrek pada umumnya :)
DeleteAku aja blm prnh mba sekalipun k krb :D. Palingan lewatin ya, tp masuk ga prnh.. So, trnyata anggreknya bgitu yaa.. Bkn pecinta tanaman sih, makanya sbnrnya aku bingung beda ama anggrek biasa :p.. Sama lah, aku pikir raksasa gede bgt gt :D
ReplyDeleteSebetulnya gak harus pecinta tanaman aja yang ke KRB. Tapi piknik di KRB juga enak, lho
DeleteKeren semangatnya sekeluarga, pantang menyerah. Hehee.
ReplyDeleteSaya malah belum pernah ke Kebun Raya Bogor, eh ke Bogor aja belum pernah. Kapan ya? :D
Wkwkwk nanggung, Mbak. Mumpung lagi di Bogor :D
DeleteAhaja
ReplyDeleteitu pohon yang ditumpangi oleh anggrek masih kuat ya :) hehe
ReplyDeleteMasih, dong :)
DeletePernah ke sana dua kali. Anak-anak seneng bisa lari-larian. :)
ReplyDeleteSebetulnya memang asik piknik di sana. Orang tua saya sering mengajak kami piknik di sana :)
DeleteWaah lumayan gempor juga ya Mba 2 jam keliling KRB cari si anggrek.. :)
ReplyDeleteUntung cuaca lagi adem hehehe
DeleteTipikal tempat wisata di Indonesia, selalu masalah penunjuk arah. Di dalam Ancol saja penunjuk jalan ada tapi tidak jelas.... hadeh..
ReplyDeleteTapi saya harus ke sana nih, ingin tahu di mana jalan astrid itu, mencari jalan sesuai dengan nama sendiri... :))
Memang masalah deh kalau petunjuk jalan udah gak jelas begitu :)
DeleteSebesar-besarnya suatu arena, bukannya mereka selalu ada briefing ya? Kalau obyek wisata lama sukanya begitu, belum terbuka jalan pikirannya bhw penting banget utk informatif dimanapun pengunjung berada. Biasanya kan mereka bisa berkomunikasi via HT atau telpon ke pusat informasinya ya, bantu nanyain gitu. Kalau obyek2 wisata baru biasanya sangat ramah & informatif.
ReplyDeleteItulah, Mbak. Untung lokasinya nyaman buat wisata anak. Ya jadi sekalian aja lah jalan-jalan. Walaupun tetap aja ada rasa kesal sedikit :D
Deleteaku dah ga kuwatt muterin kebun raya. mending pake sepedah aja :D
ReplyDeleteKalau kami jalan santa aja biar hemat tenaga :)
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)