Nyobain Nasi Uduk OK yang FYP di Tiktok
- Karena sudah mulai libur sekolah, kami pun kembali berduaan di rumah.
Keke dan Nai memilih menginap di rumah neneknya. Nah, enaknya ngapain
saat berduaan di malam minggu?
Suami: "Makan nasi uduk yuk, Bun!"
Saya: "Di mana?"
Suami: "Nasi uduk di Rawamangun yang waktu itu kita lihat di Tiktok.
Kan, katanya viral sampai rame banget."
Saya: "Hah? Enggak, deh! Enggak!"
Suami: "Lho, kenapa?"
Saya: "Ah, elah! Ayah pake nanya. Kan, kita samaaaa hehehe ..."
Suami: "Dibungkus aja."
Saya: "Enggak mauuuu ...!"
Saya tau suami cuma ngegodain. Karena kami sama-sama gak suka antre
buat cari makan. Prinsip kami, "kalau masih ada resto yang sepi, ngapain
juga harus antre". 😂
Semakin ramai pembeli, semakin banyak alas yang digelar
Selain antre banget, makannya juga sampai ngemper di jalan. Mana
mau suami makan kayak gitu hehehe. Bukan anti makanan kaki lima,
lho. Dia cuma gak mau makan lesehan di pinggir jalan. Kalau duduk
di dalam tenda masih mau atau bungkus sekalian. Nai pun persiiis kayak
begini.
Singkat cerita, kami pun berkeliling naik motor. Malam mingguan, lah.
Berduaan ala
muda-mudi. Kembali berpacaran hehehe ...
Ketika melewati Nasi Uduk OK yang viral itu ... Sekitar pukul setengah
delapan malam.
Lho, tumben sepi? Padahal waktu kami lihat salah satu konten di Tiktok,
katanya dari sebelum pukul 5 sore udah antre. Pedagangnya aja masih
beberes, udah ramai pembeli.
Mungkin karena hujan baru aja reda. Suasananya jadi gak terlalu ramai.
Kami lihat gak perlu antre, Makanya kami pun memutuskan untuk makan di
Nasi Uduk OK.
Pas banget masih dapat 2 bangku kosong di dalam tenda. Gak jadi deh ngebungkus. Lumayan lah gak perlu cuci piring kalau makannya di tempat hehehe.
Pas banget masih dapat 2 bangku kosong di dalam tenda. Gak jadi deh ngebungkus. Lumayan lah gak perlu cuci piring kalau makannya di tempat hehehe.
Mau makan di tempat atau dibungkus, pesan makanan/minumannya di tempat yang
orang pada berdiri itu, ya
Saya memesan ayam goreng. Pengen ayam bakar juga. Tetapi, jadinya pilih
yang digoreng. Karena udah sehari sebelumnya baru makan ayam bakar.
Suami memesan ati ampela goreng. Untuk nasinya dan minumnya, kami
sama-sama memilih nasi uduk dan es teh manis.
Sahabat KeNai harus memesan di meja pemesanan. Setelah dicatat termasuk
nama pemesannnya, tinggal menunggu makanan dan minumannya diantar ke
meja.
Untuk suasana yang saat itu tidak terlalu ramai, menurut saya waktu
untuk menunggunya lumayan lama. Kayaknya ada sekitar 20-30 menitan.
Padahal biasanya kalau makan ayam goreng atau pecel lele di kaki lima
lainnya gak selama itu. Gimana kalau suasananya lagi rame banget, ya?
Harus berapa lama menunggunya?
Pengamen datang silih berganti saat makan di kaki lima bukanlah hal
aneh. Tetapi, menurut saya, suara pengamen saat sedang bernyanyi ini
juga yang bikin makanan agak lama datangnya.
Setiap kali 1 pesanan selesai, ada pramusaji yang berkeliling sambil
memanggil nama pemesan. Suara para pramusaji ini seringkali tenggelam.
Kalah keras dengan suara nyanyian pengamen. Makanya terkadang makanan
gak bisa segera datang ke pemesan.
Saya: "Itu yang dipanggil nama Ayah bukan, sih?"
Suami: "Bukan kayaknya."
Saya: "Iya, ya? Coba dengerin lagi."
Seorang pramusaji berkeliling membawa piring makanan sambil memanggil
nama pemesan. Suaranya memang seringkali kalah dengan volume nyanyian
pengamen. Setelah kami mendengar dengan saksama, ternyata nama Murti
yang dari tadi dipanggil. Entah itu mbak Murti duduk di sebelah mana.
Karena masih pramusajinya berkeliling beberapa menit sampai kami gak
perhatiin lagi.
Di Nasi Uduk OK tidak disediakan kobokan. Tetapi, ada tempat cuci
tangan. Karena cuma disediakan 1, jadinya lumayan panjang antrean yang
mau mencuci tangan. Saya bergantian dengan suami. Supaya tempat duduk
kami gak diambil orang lain.
Ada bagian yang bikin saya kurang sreg ketika makan di sini. Gak ada
pramusaji yang beresin meja! Setiap kali ada yang selesai makan, piring
dan gelasnya dibiarin aja gitu tetap di meja.
Ketika pesanan kami datang, suami minta tolong untuk sekalian diangkat
piring, gelas, hingga tissue bekas pembeli sebelumnya. Tetapi, gak
dilakukan, tuh. Meja pun gak dilap sama sekali. Pramusajinya hanya
menaruh makanan dan minuman.
Akhirnya, suami menaruh semua piring dan gelas kotor itu di bawah meja.
Abisnya gak enak banget makan dengan piring dan gelas kotor di depan
mata. Penting banget bawa hand sanitizer dan tissue basah kalau makan di
sini. Ya buat ngelap-ngelap meja, naro bekas makan orang lain, dan
bersihin tangan lagi. Meskipun di setiap meja disediakan tissue.
Sampai kami selesai makan, piring hingga sampah makanan bekas pembeli
sebelumnya gak diangkat juga, lho. Sampai suami bilang, "Ini kalau yang
makan lagi banyak banget, sampah di sekitaran meja bakal berserakan
kali, ya?"
Ok, sekarang review rasa makanannya. Saya suka dengan rasa asin ayam
gorengnya. Tekstur luarnya berasa garing dan gak terlalu berminyak.
Jadi, gak berasa kayak makan minyak. Tapi, rasa dagingnya biasa aja.
Mungkin karena saya dapatnya dada ayam. Dagingnya kan lumayan
tebel.
Suami saya bilang ati ampelanya enak. Gurih asinnya pas dan meresap.
Jadi kayaknya lain kali kalau ke sana lagi, saya mau cobain pilih paha.
Mungkin bisa lebih meresap sampai ke daging.
Meskipun enak, tetapi belum sampai level 'banget' atau spesial. Maksud
kami, di penjual kaki lima lain yang menyajikan menu seperti ini juga
banyak yang rasanya mirip. Tanpa kami perlu antre lama membelinya.
Suami pernah bilang, kalau lauknya punya rasa yang sama, biasanya
sambal yang menjadi pembeda.
Sambalnya dikasih 2 macam. Kata suami, enakan yang kacang. Saya pun
setuju. Tetapi, menurut saya lebih cocok disebut saus kacang. Karena
gak ada rasa pedasnya sama sekali.
Sambal yang berwarna merah lebih pedas. Tapi, memang kayak cuma
berasa pedas dan asin. Memang kedua sambal ini harus digabungin kalau
mau dapat rasa sambal kacang yang pedas.
Dan kami pun sepakat kalau yang spesial dari rasanya adalah nasi
uduknya. Nasinya lumayan ngeprul. Santannya berasa, tapi dengan
takaran yang pas. Gak bikin enek.
Karena ada kan nasi uduk teksturnya terlalu pulen. Trus, rasa
santannya kebanyakan atau malah gak berasa sama sekali. Kalau di Nasi
Uduk OK, cocok dengan selera kami.
Untuk nasi dan minum boleh nambah 1x. Tapi, hanya untuk makan di tempat, ya. Kami gak nambah nasi. Porsinya udah cukup mengenyangkan. Lagian nambah nasi kalau sambalnya udah abis mah gak puaaaas. Nanti berasa ada yang kurang hehehe.
Kalau baca beberapa review, katanya sambal juga bisa nambah. Tapi, gak
ada satupun tempat sambal di meja. Jadi kayaknya harus datang ke meja
pemesanan kalau mau nambah sambal. Ya, males deh saya kalau harus jalan
dulu.
Kami gak berlama-lama makan di sana. Saat pandemi begini, kami sangat
mengurangi mengobrol ketika makan di luar. Fokus ke makan dan minum
aja.
Apalagi ketika makanan dan minuman kami datang, ternyata suasana mulai
ramai. Bahkan semakin ramai. Alas-alas buat makan di emperan pun
ditambah karena pembeli berdatangan dan mulai terjadi antrean panjang.
Saatnya kami cabuuuut ...!
Begitu sampai rumah ...
Saya: "Yah, tadi semua orang pada pesennya es teh tawar, ya?"
Suami: "Gak tau, deh. Memangnya kenapa?"
Saya: "Tadi, kan, Bunda celingukan pas pesanan kita datang. Ya, abisnya
semua orang, gelas es tehnya pada gede-gede. Kenapa cuma kita berdua
doang yang dikasih gelas plastik dengan ukuran lebih kecil?"
Suami: "Mungkin tampang kita berdua gak kelihatan haus kali, Bun.
Jadinya dikasih gelas kecil."
Saya: "HAHAHAHAHA!"
Trus, saya iseng dong baca komen-komen netizen, termasuk di
Zomato. Lha, beberapa netizen bilang kalau ukuran gelas es teh manisnya
jumbo. Bahkan ada yang bilang sampai kembung.
Enggak. Kami gak kecewa, kok. Dikasih segelas plastik itu aja, saya
udah berasa kenyang. Boro-boro pengen nambah lagi. Tapi, masih penasaran
aja. Kenapa kami berbeda? Huahahaha!
Akhirnya nyobain juga nasi uduk OK yang FYP di Tiktok. Sepertinya kami
memang sedang beruntung karena saat lewat sana sedang gak ramai.
😊
Kami membayar Rp55 ribu untuk makanan dan minuman yang kami pesan. Kami
gak tau apakah harga segitu standar makanan kaki lima atau enggak.
Karena belum pernah makan nasi uduk kaki lima lagi sejak pandemi. Jadi
ceritanya ini pengalaman pertama lagi.
Bayarnya pakai uang tunai, ya
Meskipun ibu yang di kasir menggunakan komputer dan mesin kas yang
terlihat jadul untuk pembayaran. Tetapi, bayarnya harus tunai, ya. Saya
gak melihat bisa membayar pakai kartu debit.
Setelah saya melihat foto yang di atas, kayak ada benda di atas
komputer. Apakah itu mesin EDC? Saya kurang yakin, tetapi memang gak
merhatiin juga waktu itu. Hanya yang saya lihat memang pada bayarnya
pakai uang tunai.
Lokasi Nasi Uduk OK ada di jalan Paus, Rawamangun, Jakarta Timur. Saya
lupa nomor berapa. Pokoknya sederetan sama BCA. Lagipula hanya Nasi Uduk
OK ini yang pembelinya sampai luber ke emperan.
Bukanya mulai pukul 5 sore. Di sepanjang jalan Paus memang banyak
makanan kaki lima, tetapi bukanya sore ke malam hari. Karena kalau
siang, kan, areanya dipakai sama ruko.
Nah, seperti yang saya tulis di awal, karena banyak pembelinya biasanya sebelum pukul 5 juga udah mulai banyak yang datang. Kecuali ada penyebab lain, seperti kami saat itu. Karena sempat hujan deras, sampai lewat Isya masih agak sepi. Tetapi, semakin malam semakin ramai.
Jl. Paus No.1, Rawamangun
Jakarta Timur
Open hours 16.00 - 23.00 WIB (sebaiknya datang sekitar pukul 5 sore atau menjelang Maghgrib. Biasanya pukul 4 penjualnya masih beberes)
Ph: 081806663067
Nasi Uduk OK
Jl. Paus No.1, Rawamangun
Jakarta Timur
Open hours 16.00 - 23.00 WIB (sebaiknya datang sekitar pukul 5 sore atau menjelang Maghgrib. Biasanya pukul 4 penjualnya masih beberes)
Ph: 081806663067
52 Comments
Waah boleh nih di coba nanti kalau pas ke rabbani rawamangun bisa mampir nih
ReplyDeletecuzz! Silakan mencoba ^_^
Deleteduh kangen makan nasi uduk akutuh. rame banget ya ternyata, ya jelas sih secara ramai di Tiktok ya..
ReplyDeletemenunya mayan komplit juga tuh
Sebetulnya dari sebelum ada Tiktok pun Nasi Uduk OK yang di Rawamangun ini selalu ramai
Deleteakutuh taunya nasi uduk kebon kacang, kalo nasi uduk ok boleh juga nih dicobain karena keliatannya enak
ReplyDeleteUdah legend kalau Nasi Uduk Kebon Kacang, ya hehehe
DeleteAku suka makan jajanan kaki lima, tapi biasanya bawa pulang. Suka males kalau seramai itu. Btw, masih penasaran kenapa dikasih gelas plastik. Jangan-jangan gelasnya lagi habis ya belum dicuci
ReplyDeleteKalau udah rame banget, dibawa pulang pun saya malas. Malas antrenya hihihi.
DeleteNah, saya sempat mikir begitu. Jangan-jangan karena belum diambilin gelasnya. Jadi habis gelas yang bersih
Wah, nasi uduk OK ini harganya ramah di kantong ya. Beruntung mbak Myra pas datang ke sana pas ga terlalu ramai seperti biasanya. AKu udah lama ga mamam nasi uduk juga wkwkwkwkwk :) Oh, rasa asin ayam gorengnya mayan ok ya walaupun overall rasanya ga termasuk istimewa hihihi. Kapan2 kudu dicoba nih.
ReplyDeleteIya, pas bener. Kalau rame gak akan saya datangin dan gak dijadiin konten wkwkw
DeleteWah kita masuk tim yang sama yaa.. paling males kalau makan ditempat ramai. Apalagi tempat viral. Saya pasti nunggu ga viral lagi buat nyobain makanannya.. hahaha... yang penting udah ngerasain. Ga kepo2 banget ya, Mba
ReplyDeleteiya, Mbak. Udah tuntas deh rasa penasaran, ya
DeleteJadi rasa makanannya lumayan yaa nggak mengecewakan keren bisa fyp mulu, sayang kebersihan kurang terjaga masa sampah dibiarkan saja huhu jorok
ReplyDeleteRasa makanannya lumayan enak. Cuma saya kurang sreg sama kebersihannya
DeleteRada aneh sih ya masa sih udah duduk meja madih brantakan dan Sang Pangeran yg narok semua di kolong meja. KZL juga ya ml pesen kudu datang ke meja kasir: Customers kan raja kudu disamperin donk dan ditanya mau pesen apa. Iya gak diiih, Chi? Trus lucu ah minumnya disuguhin di gelas plastik gituuu. Tp kan ada yg lbh mengasyikkan tuh: suasana pacarannya. Suit, suiiiit....Chj ngerasain gak pengen pulang cepet2. Ngaku Chi!!???
ReplyDeleteKalau pesan harus di meja kasir gak bikin kesel, Bun. Banyak kan ya resto atau pedagang kaki lima yang konsepnya begitu. Jadi gak masalah untuk kami. Hanya gak sreg di bagian kebersihannya aja.
Deletewah menunya banyak sekali
ReplyDeletewarung yang rame itu biasanya bumbu makanannya meresap dan khas
aduh aku penasaran sama ati ampelanya
favorit soalnya ini mbak kalau makan sama nasi uduk
kalau udah mulai rame aku juga sering langsung cabut mbak
masih parno coronces huhu
Kata suami saya rasa ati ampelanya memang enak. Meresap dan rasanya pas.
DeleteIya saya juga masih belum nyaman kalau terlalu ramai. Dari sebelum pandemi pun kurang suka makan di tempat yang terlalu ramai
Wah iya ramai sampai di emperan gitu ya mba. Penasraan mau nyobain juga dan nasi uduk itu termasuk makanan kesukaan aku. Dan kayaknya kalau kesana baiknya bayar cash ya mba jadi memudahkan ya
ReplyDeleteiya, Mbak. Semakin rame, makin penuh yang duduk di emperan. Sebaiknya memang cash. Karena saya gak melihat cara pembaran lain
Deletewah nasi uduknya sampai viral gitu ya, mbak? sayang banget ya tapinya pramusajinya nggak bersihin mejanya kasihan dong pembeli yang kebagian meja bekas orang karena harus beresin sendiri
ReplyDeleteTapi, sebelum viral di medsos, memang udah rame banget yang makan di sini. Nah bagian kebersihannya aja yang bikin saya kurang sreg
DeleteHihii...seru banget makan di pinggir jalan ini.
ReplyDeleteKalau sudah kadung ramai yaa..jadi pelayanannya sedikit terabaikan dan biasanya jadi self service. Seneng banget uda nyobain lokasi makan yang jadi FYP di Tiktok, Nasi Uduk OK.
Iya makanya mendingan bawa tissue basah buat ngelap. Padahal piring dan gelas bakal dipake lagi ya buat pembeli lainnya
Deletewahh senangnya bisa quality time berdua ya mbak
ReplyDeleteemang paling enak menghabiskan waktu bersama pasangan ya dengan kulineran seperti ini ya
Yup! Mumpung anak-anak udah pada bisa ditinggal :)
DeleteAku dulu sering beli nasi uduk. Tapi sejak beberapa bulan ini hampir ga pernah makan nasi uduk. Liat postingan ini jadi pengen nasi uduk lagi hahaha. Oke fix besok pesen nasi uduk di goput
ReplyDeleteCuzz beli lagi, Mak :D
DeletePengalaman yang mengesankan ya mbak, bisa makan nasi uduk viral hehee memang nasi uduk di mana mana sama aja yaa, ayam goreng juga. yang ngebedain biasanya sih sambelnya. Btw iya, ih aku perhatikan juga kenapa gelasnya beda ya? janga-jangan karena pengen es teh manis kali yaa .. bener bener misteri hehe
ReplyDeleteTapi, saya lihat di Zomato, ada yang pesan teh manis juga dapat gelasnya gede hahaha
DeleteEnak banget liburan seolah anak2 diungsikan ke rumah nenek, hahaha jd pacaran lagi deh.
ReplyDeleteWuaahh "korban iklan" Tiktok nih ceritanya yaaa
Pramusajinya mungkin pas ada masalah berat jd gak konsen kerja kali ya jd males angkat2 piring kotor hehehe :P
Untung nasi uduknya bisa dinikmati dengan enak yaa, walau es tehnya kok jd pelit haha. Aku curiga pas mbak Mira datang tu gelasnya blm pd dicuci hehe :P
Udah pada gede, Pril. Jadi orangtua udah bebas pacaran hahaha
DeleteNah, saya sempat mikir gitu juga. Jangan-jangan gelas bersihnya abis
Samaan nih kak..paling males antri lama..haha. Kayak gak ada makanan lain aja..gitu pikirku kak..Jadi mending cari tepat lain..atau kalau memang mau yang itu ya kalo pas sepi...Ternyata meski viral gak selalu istimewa ya rasanya..
ReplyDeleteToss! Makanya pas lewat sana ternyata agak sepi. Baru deh saya mau samperin :D
DeleteBaru tau nasi uduk sambelnya ada 2, sambel kacang pula hehe. Kebayang ramenya jadi pas minta tolong buat angkat piring kotor nggak diladenin ya mak hehe
ReplyDeleteTergantung penjual. Ada yang hanya menyediakan 1 sambal, ada juga yang 2. Padahal pas saya di sana belum terlalu rame. Seharusnya sih masih bisa lah diangkat piring dan gelas kotornya
DeleteWah, jadi laper liat tampilan nasinya.
ReplyDeleteSamaan mbak, saya juga paling engga, kalo harus ngantri panjang, bisa pingsan nahan laper....
Jadi suka bingung juga. Kalau doyan ma makanannya karena memang enak atau laper hahaha
DeleteBerarti just so so aja ya dari segi rasa Chi? Apalagi dengan harus nungguin sekitar 20 mpe 30 menit gitu, lamanyaaa... Aku ya gatel loh kalau lihat bekas makanan orang sebelumnya ga diangkat2 gitu. Harus jadi masukan ke penjualnya nih.
ReplyDeleteSebetulnya enak rasanya. Tapi, bukan enak yang bikin saya pengen balik lagi. Karena di tempat nasi uduk lain juga menawarkan rasa yang sama enaknya tanpa harus antre.
DeletePaling males kalo jajan viral tapi lantas rasanya tidak terlalu seperti yang diberitakan (nyengir)
ReplyDeleteTapi nasi uduk emang susah susah gampang loh, beneran banyak nasi uduk viral tapi ga semua sesuai ekspektasi
Sebetulnya rasa gak bisa didebat. Selera orang bisa berbeda-beda. Makanya saya jarang berekspektasi udah pasti bakal suka juga sama makanan yang viral.
DeleteNah, bener untuk nasi uduknya. Kalau untuk lauknya banyak pedagang kaki lima yang bisa bikin rasanya enak. Tapi, agak susah nemuin nasi uduk yang pas. Buat saya di Nasi Uduk OK termasuk yang pas
55rb berdua untuk makan dan minum itu sudah harga standar kaki Lima, Kak. Nunggu pesanan lama juga ya 20-30 menit meski gak begitu ramai.
ReplyDeleteAku juga males kalau beli makan harus antri lama. Mending cari tempat yang sepi aja hehe.
iya, capek antrenya hehehe
Deletewainiiiii sayangnya jauh kalau pengen nyobain yaa... aku kalau ada makanan yang viral jg pengennya langsung nyobain pengen buktikan juga..
ReplyDeleteBerarti termasuk mau sabar dengan antreannya juga, ya? ^_^
DeleteAaaak deket banget ini mah yaaaa.. kujuga mau mampir aaaaah.. menggoda banget nasi uduk dan es teh manisnya niiih, karena deket, langsung pengen mampir rasanyaaa
ReplyDeleteCuzz mampirin hehehe
Deleterame bangetttt yang beliiii
ReplyDeleteaku itu juga pengen bisa viralin jualanku tapi susah juga huhuhu
harganya terjangkau sih ya mba jadi banyakk. cuma aku tipe orang yang kalau viral nyobain aja wes tau yang penting xixixi
Iya, ya. Terkadang suka penasaran kenapa jadi viral :)
Deletewah sama aku juga paling gak suka kalau hrs anter, belum2 sdh jengkel duluan
ReplyDeletecapek nunggunya ya, Mbak
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)