The Road to Red Restaurant List, Perjalanan Mencari Restaurant Terbaik
yang Hampir Punah - Bila Sahabat KeNai melihat postingan tentang kuliner
di blog Jalan-Jalan KeNai akan jarang menemukan tulisan tentang resto yang
sedang viral. Alasannya hanya satu aja. Kami malas mengantre hehehe.
Resto/cafe yang sedang viral, kan, umumnya suka antre banget. Kalau baca
review banyak netizen, antreannya bisa sampai berjam-jam. Duh! Enggak,
deh. Kecuali memang diundang dan gak perlu mengantre baru kami mau.
Silakan baca: Nyobain Nasi Uduk OK yang FYP di Tiktok
Silakan baca: Nyobain Nasi Uduk OK yang FYP di Tiktok
The Road to Red Restaurant List, serial kuliner Jepang di Netflix. Saya
lebih dulu menonton serial ini sebelum Samurai Gourmet. Ketika membaca
reviewnya, kirain ini serial tentang mencari makanan Jepang yang sudah
hampir punah. Jadi lebih ke makanannya, bukan ke restonya.
Ternyata, serial ini tentang review resto-resto yang sudah berdiri sejak
lama. Tetapi, terancam akan segera tutup karena gak memiliki generasi
penerus. Padahal semua resto di setiap episodenya menawarkan makanan yang
sangat lezat.
Sama seperti Serial Gourmet, semua resto yang direview itu nyata. Tetapi,
dikemas dalam bentuk drama. Tokoh utamanya bernama Suda, seorang pria
berusia 40an yang berprofesi sebagai karyawan di salah satu perusahaan di
Tokyo.
Silakan baca: 7 Alasan Wajib Menonton Samurai Gourmet
Silakan baca: 7 Alasan Wajib Menonton Samurai Gourmet
Suda merupakan karyawan senior di kantornya. Tetapi, sikapnya yang
seringkali terlihat canggung dan gak enakan, membuatnya sering
dimanfaatkan oleh juniornya. Ditambah lagi sering mendapatkan kritik dari
atasannya karena ide-ide Suda sering dianggap kolot.
Melepas segala kepenatan dari dunia kerja, Suda memiliki rutinitas di
setiap akhir pekan. Selalu berjalan-jalan ke luar kota menggunakan
kendaraan pribadi. Dia punya 3 aturan untuk kegiatan akhir pekannya,
yaitu
- Selalu pergi sendirian
- Pergi setiap Jumat malam usai pulang kantor dan pulang Sabtu sore
- Menggunakan uang saku bulanan
Suda memiliki istri dan satu orang putri. Istri dan anaknya memiliki
idola boy band yang sama. Mereka berdua selalu mengikuti tour konser
setiap akhir pekan. Berangkat hari Jumat dan pulang Sabtu malam. Makanya
di rules #2, Suda selalu me time ketika keduanya sudah berangkat. Dan
sudah sampai rumah lagi sebelum anak dan istrinya pulang.
Suda selalu menggunakan uang saku bulanan ketika me time di akhir
pekan. Makanya dia harus irit. Caranya dengan memilih tidur di mobil
daripada sewa kamar di penginapan.
Rutinitas akhir pekannya adalah mengendarai mobil selama 2-3 jam. Tidur
di parkiran. Keesokan harinya menikmati pemandangan sekitar. Setelah itu
mencari makan siang yang referensinya dapat dari internet.
Suatu hari, dia disasarin sama maps. Tadinya mau ke salah satu
resto udon yang sedang banyak direview netizen. Tetapi,
maps malah mengarahkannya ke resto udon kecil di tempat yang sepi
banget.
Awalnya Suda sempat ragu untuk masuk. Sebelum akhirnya memutuskan untuk
makan di sana. Ternyata, rasa udon yang dia pesan di atas ekspektasi.
Enak banget! Udon terenak yang pernah dia makan.
Suda pun mengobrol sama anak pemilik resto tersebut. Diceritakan kalau
dulu restonya sempat ramai. Tetapi, kemudian mulai sepi karena semakin
banyak pesaing. Diceritakan pula kalau resto yang sudah berdiri sekian
puluh tahun tersebut kemungkinan gak akan bertahan lebih lama. Karena
ibunya yang selalu masak sudah sakit. Sedangkan anaknya kemungkinan gak
bisa meneruskan usaha orangtuanya.
Sejak itu rutinitas akhir pekan Suda mulai berubah. Dia tidak lagi
mencari rekomendasi makan siang melalui internet. Ketika waktunya makan,
dia selalu berkeliling mencari resto yang kelihatan sudah lama
berdiri.
Semua resto yang diceritakan di The Road to Red Restaurant List sudah
berdiri selama puluhan tahun. Pada masa jayanya pernah ramai, kemudian
menjadi sepi. Tetapi, ada juga yang masih agak ramai. Kebanyakan para
pelanggan setia yang masih makan di sana.
Awalnya, saya menyangka kalau series ini akan menceritakan tentang perjalanan Suda mencari kuliner yang mulai langka. Dalam artian udah gak banyak lagi yang jual makanan tersebut.
Awalnya, saya menyangka kalau series ini akan menceritakan tentang perjalanan Suda mencari kuliner yang mulai langka. Dalam artian udah gak banyak lagi yang jual makanan tersebut.
Ternyata bukan seperti itu. Langka yang dimaksud adalah semua resto di
series ini kemungkinan akan segera ditutup. Bukan karena sudah tidak
laku. Tetapi, karena tidak ada lagi generasi penerus. Padahal
resto-resto tersebut memiliki menu dengan rasa yang lezat banget.
Ada yang gak memiliki keturunan. Ada juga yang anak-anaknya menekuni bidang lain. Agak sedih kalau udah bagian menceritakan sejarah resto di series ini.
Ada yang gak memiliki keturunan. Ada juga yang anak-anaknya menekuni bidang lain. Agak sedih kalau udah bagian menceritakan sejarah resto di series ini.
Tidak hanya makanan yang direview. Suda juga menggambarkan tentang
suasana resto. Ya, sama lah kayak kalau saya datang ke resto manapun.
Suka lihat-lihat dulu sekeliling. Melihat situasinya dulu.
Semua suasana restonya sangat klasik. Seperti tidak mengalami perubahan sama sekali. Terkadang suka menemukan spot yang unik. Pastinya penuh kenangan bagi pemiliknya.
Semua suasana restonya sangat klasik. Seperti tidak mengalami perubahan sama sekali. Terkadang suka menemukan spot yang unik. Pastinya penuh kenangan bagi pemiliknya.
Suda yang selalu mengobrol dengan pemilik resto, mengingatkan saya dengan
perjalanan kami sekeluarga menuju Goa Jomblang. Di tengah perjalanan kami
makan di salah satu resto yang menjual ayam goreng. Satu-satunya rumah
makan yang kami temui.
Silakan baca: Ray of Light Goa Jomblang yang Bikin Speechless
Silakan baca: Ray of Light Goa Jomblang yang Bikin Speechless
Saat itu sudah malam dan tinggal kami sekeluarga yang makan di sana.
Pemilik resto menemani kami makan sambil bercerita sejarah mendirikan
rumah makan. Tentang beliau yang tadinya berjualan aneka minuman di
Jakarta. Tetapi, kemudian habis dijarah pada saat terjadi kerusuhan tahun
2008. Akhirnya memutuskan pulang kampung.
Ternyata menyenangkan juga sesekali bersantap sambil ngobrol dengan
pemilik resto. Apalagi kalau makanannya memang enak. Jadi berasa dijamu
dengan sangat ramah. Kami pun saat itu merasa terkesan.
Buat Sahabat KeNai penggemar acara kuliner, The Road to Red Restaurant
List ini recommended. Apalagi karakter Suda sebetulnya relate banget
dengan kehidupan banyak orang di dunia nyata. Terutama yang tinggal di
perkotaan.
Sibuk dengan urusan pekerjaan kantor. Seringkali butuh me time untuk
melepas penat. Kalau bahasa zaman now mah healing. Saya yakin banyak yang
seperti Suda. Melepas kepenatan dengan berwisata kuliner.
Ada yang mendatangi resto, cafe, hingga makanan kaki lima yang sedang
viral. Kalau saya pribadi lebih suka kayak Suda. Tentu alasannya karena
gak terlalu suka antre. Alasan lainnya ada semacam kepuasan sendiri kalau
bisa menemukan resto yang sepi, tetapi memiliki rasa makanan yang enak
banget. Berasa kayak menemukan hidden gems hehehe.
Silakan baca: Merchant's Lane, Kafe Tersembunyi di China Town Kuala Lumpur
Silakan baca: Merchant's Lane, Kafe Tersembunyi di China Town Kuala Lumpur
66 Comments
Samaaak maak saya dan keluarga paling males ke resto viral di mana antrinyaa sampai panjang. Keburu laper dunk ya 😀
ReplyDeleteiya hehehe
DeleteThe Road to Red Restaurant List ini menarik juga ya.. jadi pengen bikin konten serupa. Di sekitar sini banyak juga resto lama yang mulai sepi karena kalah saing ama makanan kekinian.
ReplyDeletenah, menarik banget kan ya
DeleteSeru banget sih perjalanan kuliner semacam ini. Memang sebagai pebisnis bukan cuma memikirkan cara membesarkan tetapi juga bagaimana melanggengkannya. Salah satunya dengan mendidik penerus sebelum pamornya mulai menurun.
ReplyDeleteiya biar bisa terus berjalan, ya
DeleteMenarik sekali format The Road to Red Restaurant List ala Suda ini. Dia me time tanpa diketahui anak istri, dengan budget terbatas bisa kulineran dengan cara khas. Tayangan yang inspiratif. Senang jika nonton seperti ini, kita jadi tau resto mana yang sejatinya keren tapi enggak banyak diketahui...hidden gems yang jadi keberuntungan kita saat menemukannya
ReplyDeletebetul banget, Mbak
DeleteWah saya sudah lama enggak nonton film Jepang mbak. Baca sinopsis drama ini jadi pengen nonton. Bener mbak, suami saya juga dulu kalau ngajak makan di luar suka cari yang gak gitu banyak antrenya, suka pesan tempat dulu agar dikasih tempat duluan sebelum pelannggan lainnya. Kadang makan di luar juga pengen nyaman yaa karena bagian dari me time keluarga
ReplyDeleteyup! Dan sukanya yang gak rame
DeleteIya, banyak juga teman blogger, khusunya food blogger yang meriview serial ini
ReplyDeleteMenarik ya mbak ceritanya
memang bagus jalan ceritanya
DeleteDi jaman ojol seperti sekarang bisa jadi resto sepi tapi orderan onlinenya banyak hehe. Tapi oke juga memang kl ada resto yg kulinernya enak eh pengunjungnya ga bejubel. Jadi bisa ikut duduk santai menikmati hidangan.
ReplyDeleteiya betul. Tapi, kalau dari series ini sepinya memang karena 'kalah' sama resto kekinian.
DeletePengen euy sering mengulas kuliner sesuka kita gak harus mengulas yang viral..karena gak semua yang viral itu enak apalagi ya itu..antrinya bookk kadang malah gak worth sama rasa kulinernya/layanannya..
ReplyDeleteyup! Justru yang legend seringkali rasanya konsisten enak
DeleteSeru ceritanya ya.. Aku pernah gitu mba di Jakarta ternyata banyak hidden gems resto dan cafe yang udah lama tapi mulai sepi padahal makan dan kopinya enak bahkan lokasi nya juga Instagramable banget. Jadi suka cari resto dan cafe begini nggak terlalu rame
ReplyDeleteNah, saya juga jadi semangat cari resto kayak begini
DeleteAcaranya inspiratif ya mba, jadi nggak monoton atau terkesan anti mainstream. Klo kebanyakan yang diburu yang baru...biar ikut viral, ini malah sengaja nyari yang terancam tutup. Harapannya biar ga jadi tutup/tetap bertahan tentunya... Jadi kepengen nonton juga
ReplyDeleteiya. Menarik banget berburu kuliner seperti ini
DeleteDari tontonan berlanjut penasaran dan berakhir pada mencobanya di dunia nyata yaa,..
ReplyDeleteKak Chie bisa banget nemuin lokasi makan nyaman.
iya jadi pengen seperti Suda hehehe
DeleteAku sempat baca ulasan The Road to Red Restaurant List ini dan asli tertarik untuk nonton dan tentunya nyoba di dunia nyata. Pasti rasanya kaya Nemu harta karun ya, Mbak karena tempat lawas kaya gini
ReplyDeleteyup! Seneng banget deh pasti
DeleteWah, iya menarik.. Pasti banyak hal menarik yang didapat Suda ketika berbincang dengan pemilik restonya. Unik ya ceritanya..
ReplyDeleteunik banget, Mbak
DeleteBaca ini langsung otw menuju Netflix untuk cari acaranya. Penasaran juga, karena ada kisah-kisah yang membawai masing- masing restoran.
ReplyDeleteSemoga suka juga, ya
Deletejadi sapa tau kafe atau depot yang sudah lama ini jadi bikin tambah laris dan tidak akan tutup ya mak. kadang aku ssuka berpikir gitu, semua review tempat yang rame, viral, dan enak. tapi jarang yang liatin makanan yang biasa gitu :"(
ReplyDeleteTapi, kalau di series ini permasalahannya karena gak ada yang ngelanjutin usaha. Jadi kalaupun rame kayaknya tetap akan tutup kalau gak ada generasi penerusnya
DeleteItu sinetron Jepang kesukaan suamiku hehehe aku nonton tp dikit2 gak full :D
ReplyDeleteEmang awalnya aku juga ngira resto itu gak laku krn masakannya gak enak atau gmn ternyata lbh krn emang gk ada penerus ya.
Mungkin nanti aku akan nonton full kalau dah menyelesaikan tontonanku yg skng
Kalau Tokyo Midnight Dinner udah nonton belum mbak? :D
Udha nonton. Tapi, justru saya malah lompat-lompat nontonnya yang Tokyo Midnight Dinner :D
Deletengantre ..emang bikin malas, karena terkadang keviralan rasanya gak sesuai ekspektasi..terkadang yang biasa aja..malah enak dan cocok dilidah..
ReplyDeleteiya setuju hehehe
Deleteiyes aku juga healing dengan makan nih hahah... sementara mau diet sih tapi tergoda terus dengan makanan enak. Kepo dengan menunya di sini.
ReplyDeletesama, Mbak. Suka susah menolak makanan enak hehehe
DeleteWah seru banget nih ya tayangannya. Jadi kepengen nonton deh ih. Btw, aku juga gak suka nyari makanan, minuman, atau resto yang lagi viral. Soalnya iya, ngantrenya itu yang malesin. Tapi jadinya gitu, aku kudet. Wkwkwkwk...
ReplyDeleteSuka malas antrenya hehehe
DeleteJadi pengin nonton nih kisah Suda dan perjalanannya menemukan 'hidden gems' kuliner gitu. Kudu langganan netflix ini ya? ;)
ReplyDeleteIya, setuju banget, paling males kalau kudu antri di tempat kulineran yang lagi viral. Belum lagi kalau ternyata rasanya ga sesuai ekspektasi. Malah seneng misal nemu yang restonya biasa aja tapi rasa masakannya enak. Ditambah kalau bisa ngobrol sama pemiliknya gitu, istimewa banget.
Setau saya memang hanya tayang di Netflix
DeleteSaya juga nggak pernah mendatangi resto yang sedang viral mbak, malas antrinya. Apalagi ada anak kecil, udah capek antri, ditambah anak-anak merengek keburu lapar.
ReplyDeleteResto yang pernah mengalami masa kejayaan, dan lalu sekarang sepi karena nggak ada penerusnya, sayang banget ya mbak. padahal dulu pasti jatuh bangun juga merintisnya.
Duh, bisa ribet kalau antre ajak anak kecil. Kasihan ya, Mbak
DeleteWah ada di netflix ya The Road to Red Restaurant List iniii. Paling bikin ngiler deh kalo nonton series kuliner giniii.. Mau nonton juga ah nantiii
ReplyDeleteCuzz nonton, deh
DeleteJadi belajar cara reviu restoran yang baik dan mengangkat nama restoran. The road to red restaurant tontonan wajib blogger kuliner
ReplyDeleteiya coba nonton Mpo
Deletesama banget, aku suka kesel klo ngantri utk makan di restorant. Biasanya "katanya" resto yang antri itu enak, tp kadang klo laper, pusing jg hrs antri dulu
ReplyDeleteBisa-bisa malah baper hihihi
DeleteKeluarga Suda hebat juga yaa. Suami istri bisa deal punya me time masing2 dengan cara mereka sendiri tanpa ribet. Suda larinya ke makanan, hunting resto hampir punah pasti punya adrenalin tersendiri
ReplyDeleteiya, Mbak. Satu keluarga punya passion beda-beda
DeleteSama banget kak sama aku.. seviral atau sediskon apapun kalau antre berjam-jam duh enggak deh hahaha.. btw seru juga ini buat ditonton di akhir pekan
ReplyDeleteYup! Tontonan asik buat akhir pekan
DeleteMenarik juga ya ceritanya soal "weekend getaway" yang cukup menarik! Bisa memang nih sesekali. Kalau saya sama keluarga pernah tiba2 cus ke Kopi Daong hari kerja. Kopi yg lagi ngehits n pas wiken banyak orang macet kesana. Eh hari kerja tiba2 gw bilang ke bini yuk jalan. Sama anak2 ngopi mayan jauh
ReplyDeleteNah, terkadang saya pun ngakalinnya begini. Pergi di saat hari kerja. Lumayan lah gak terlalu ramai
Deleteih banyak banget ya series Jepang yang soal kulineran, sebelumnya aku pernah nonton yg midnight dinner klo g salah, kedai kecil tapi jadi favorit orang-orang dan makanannya khas makanan rumahan jepang, lihat proses masaknya bikin ngiler, pengen coba juga hahhaha, cari resto hidden gems kaya Suda juga menarik ni yaa
ReplyDeleteBagus-bagus series kuliner Jepang, ya
Deletesaya udah nonton serial ini 3 kali.. sesuka itu saya.. dan tiap kali nonton tetep aja bikin laper huehehehhe.., ceritanya bener bener membumi banget dan jadi tau kehidupan orang jepang.. trus yang menariknya restoran di serial ini emang ada .. jadi pengen ke salah satu restorannya kalo nanti berkesempatan ke jepang
ReplyDeleteDitonton berulang-ulang memang gak bosan ya, Mbak :)
DeleteWah aku juga suka dan sudah nonton serial ini sampai tamat. Aku suka dengan ceritanya, jalan-jalan tiap Jumat dan kemudian berkelana mencari makanan langka. Aku paling suka cerita waktu ketemu sesama pengelana dan akhirnya ia dan anaknya bersama si pengelana mencobai mobil camp-nya. Seru. Jadi ingin jalan-jalan dan kemah di mobil. Main Jumat pulang Sabtu. Asyik. Salam hangat kak. @depus
ReplyDeleteNah, iya, Anaknya sempat menikmati juga jalan-jalan ala ayahnya, ya
DeleteAku suka juga nih review foodie, tapi memang paling males kalo masih viral tuh ribet antrinya, jadi memang harus punya planning sendiri sih misal satu hari khusus untuk review dan bikin kontennya
ReplyDeleteIya bener, Mbak
Deletemenarik banget ritual akhir pekan Suda. Malah enggak sengaja nemu kuliner enak tapi tidak ada penerusnya. Setelah itu apa yang ia lakukan? Bikin viral atau gimana mbak?
ReplyDeleteSuda hanya menikmati aja. Di cerita itu dia gak punya medsos. Pernah coba bikin dan mau upload. Tapi, rupanya dia gak terbiasa
Deletekalau sendiri dan bersama keluarga memang pilihan sama kak, ogah ngantre.. tapi kalau sudah bersama teman biasanya ngantre teteup dilakonin... heheheheh
ReplyDeletebisa ... bisa .... hehehe
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)