Mie Tek Tek Anglo di Bandung

Malam-malam pengen cari makan. Tadinya suami ngajakin ke tempat temannya di daerah Cigadung. Ada coffee shop atau apalah di sana. Tapi, malas juga jalannya hahaha. Cari yang deket aja, lah. Yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Saya ngusulin makan mie tek tek di depan bengkel Honda di jalan Asia Afrika Bandung. Beberapa kali kulineran di jalan lengkong kecil, selalu melewati mie tek tek ini. Kelihatannya menarik karena masaknya masih pakai anglo (tungku yang terbuat dari tanah liah dan masak pakai arang).

 

"Mie basah atau mie kering?"

 

Saya sempat melongo sejenak. Kirain mienya beda-beda. Dalam pikiran saya, mie basah tuh kayak mie yang buat bakso. Sedangkan yang kering kayak mie instan. Ternyata bukan itu maksudnya.

 

Mie basah maksudnya yang kuah. Sedangkan yang kering maksudnya mie goreng, Untung nanya hehehehe. Saya dan suami memilih mie goreng.

 

Kalau di Jakarta, ada mie gerobakan yang suka keliling atau mangkal di kaki lima namanya mie tek tek. Ada juga yang bilangnya mie dok dok. Sahabat KeNai bilangnya apa? Biasanya jualannya sama nasi goreng dan kwetiaw.

 

Kalau yang di Jakarta, ketika mie, nasi, atau kwetiau sedang dimasak tuh aromanya menguar banget. Langsung mengundang nafsu makan. Meskipun terkadang gak sebanding lurus dengan rasa. Ada yang beneran enak, ada yang biasa aja.

Mie Tek-Tek Goreng, IDR15K

Sedangkan yang di Bandung ini enggak terlalu menguar aromanya. Ketika dimasak, aromanya memang tidak tajam banget kayak mie dok dok. Tetapi, begitu disajikan, cukup tercium aroma smokey. Aroma khas makanan yang dimasak menggunakan arang.

Racikannya terlihat sederhana. Bumbu halus ditumis, kemudian diberi telur yang langsung diorang-arik halus. Lalu diberi potongan ayam, irisan kol, mie, dan kecap manis. Tentu aja dikasih bumbu penyedap seperti garam. Terakhir ditaburi bawang merah goreng dan merica bubuk. Masing-masing diberi 1 plastik kecil kerupuk.

Ayamnya pakai ayam kampung yang dipotong bukan disuwir. Tidak kebanyakan dan potongannya pas. Jadi masih berasa kalau digigit dan gurih ayam kampungnya. Cabenya pakai rawit merah yang diiris lalu dimasak bersama bumbu.

Dengan harga Rp15 ribu seporsi untuk mie tek-tek goreng atau kuah, menurut kami masih sepadan. Porsinya juga pas banget. Rasanya pun enak. After tastenya gak bikin enek.

Beberapa hari setelahnya, saya lihat konten yang makan di sini. Menurut penjualnya, ini mie tek tek pekalongan. Mamang penjualnya mengklaim kalau dia satu-satunya penjual asgar (asli Garut) yang jualan mie tek tek anglo ini di Bandung. Kalau yang lain, katanya penjualnya dari Jawa.

Ini pertama kalinya saya makan mie jawa. Menurut beberapa teman dan kerabat, mie jawa citarasanya cenderung manis banget. Makanya, saya masih ragu mau coba kuliner ini. Tapi, kali ini mau mencoba karena lihat dimasaknya pakai anglo.

Pembeli sebelum saya pesan mie goreng yang tidak pakai kecap manis. Duh! Saya sempat khawatir, jangan-jangan beneran manis banget nih rasanya. Alhamdulilah, ternyata kekhawatiran saya gak terjadi. Rasa asin dan manisnya termasuk pas.

Menurut saya, kayaknya pengaruh dari kecapnya juga. Mie Tek Teknya pakai kecap lokal merk Anggur. Ini kecap lokal favorit kami. Pakai sedikit aja udah enak. Malah menurut kami memang jangan kebanyakan kalau pakai kecap merk ini.

Awalnya dikirain pakai kerupuk udang. Saya mikir gitu karena lihat gambar udang di kemasannya. Tapi, setelah dicobain, rasanya gak mirip. Ternyata kerupuk jengkol hehehe.

Pertama kali juga nih kami makan kerupuk jengkol hehehe. Enak juga ternyata. Gak ada yang aneh. Sama lah kayak kerupuk pada umumnya.

Mie Tek Tek di jalan Asia Afrika ini buka dari pukul 5 sore hinggal tengah malam. Lokasinya ada di parkiran Dealer Honda di jalan Asia Afrika. Di samping hotel Kumala Bandung.

Memang di pinggir jalan. Tapi, masih termasuk nyaman karena jl Asia Afrika biasanya gak terlalu crowded saat malam hari. Apalagi di hari kerja. Jalanannya cukup lengang.

Kami memilih berjalan kaki. Tapi, kalau Sahabat KeNai ke sana pakai kendaraan pribadi juga masih cukup leluasa untuk parkir.

Kata tante saya, biasanya yang makan di sana sering rame. Antreannya seringkali panjang. Tapi, saat saya dan suami ke sana sedang gak ramai. Mungkin karena hari kerja, ya. Kalau gak salah ingat, kami ke sana hari Senin malam.

Tulisan Mie Tek Tek berwarna hitam latar belakang kuning terbaca sangat jelas. Tapi, tidak ada nama khasnya. Kalau saya melihat beberapa konten, ada yang bilang mie tek tek Mang Njan (nama penjualnya). Ada juga yang bilang mie tek tek Asia Afrika karena sesuai dengan nama jalan. Mie Tek-Tek Dealer Honda atau Ahass karena lokasinya di parkiran dealer. Ya, terserah Sahabat KeNai aja enaknya mau bilang apa hehehehe.

 

Mie kuah yang dibawa pulang. Dibikin nyemek sama penjualnya.

Sebelum pulang, kami pesan 3 porsi lagi. 2 mie goreng dan 1 mie rebus. Kalau yang mie rebus, kuahnya ternyata sedikit. Jadi memang dibikin nyemek gitu. Kayaknya kapan-kapan pengen pesen yang rebus buat makan di tempat, deh. Ternyata lebih enak yang rebus.

Mie goreng pesanan Nai

Mie Tek-Tek

Jl Asia Afrika no 136B
Parkiran Dealer Honda
Bandung

Jam buka: 17.00 s/d 24.00 WIB (terkadang bisa lebih dari pukul 12 malam katanya)