Pengalaman Pertama ke Museum Nasional alias Museum Gajah


Pengalaman Pertama ke Museum Nasional alias Museum Gajah


Sejujurnya, dulu wisata ke museum bersama anak-anak tidak pernah ada dalam rencana saya. Kenangan saya tentang museum, tidak terlalu bagus. Bagi saya, museum kesannya kumuh, kusam, dan gak ada menariknya sama sekali. Waktu masih sekolah, study tour ke museum rasanya membosankan kecuali bagian ngobrol sama teman-teman.

Kunjungan pertama kami sekeluarga ke museum adalah ke museum Geologi. Lupa banget alasannya kenapa sampe akhirnya tertarik ke museum. Kesan pertama, lumayan lah. Museumnya ternyata bersih. Anak-anak, terutama Keke, seneng banget diajak ke sana.  

Pengalaman Pertama ke Museum Nasional alias Museum Gajah

Yang berikutnya adalah ke Museum Nasional. Itupun tertarik ke sana karena lagi ada event craft. Kalau gak ada event craft kayaknya saya gak bakal tertarik ke Museum Nasional. Bukan karena ketika masih sekolah paling sering mengunjungi museum ini. Tapi memang dulu museum nasional juga agak suram dan spooky. Entah apakah ingatan saya ini benar atau tidak. Tapi saya merasanya begitu, makanya males banget ngajak anak-anak ke museum nasional.

[Silakan baca: Museum Nasional's Collection Make Connection]



Karena minggu pagi adalah car free day, mobil diparkir di Sarinah Thamrin kemudian lanjut naik Trans Jakarta hingga halte Monas. Halte Sarinah dan Monas cuma berjarak 2 halte aja. Deket banget tapi kalau jalan kaki bakal pegel juga. Turun di halte Monas tinggal nyebrang ke Museum Nasional.

Setelah Chi sampai sana, ternyata museumnya terlihat cantik dan bersih. Bentuk bangunannya memang tidak berubah tapi jelas lebih terawat. Akhirnya setelah lihat pameran craft, kami pun beli tiket masuk museum.


Pengalaman Pertama ke Museum Nasional alias Museum Gajah

Sahabat KeNai mungkin ada yang bingung dimana itu Museum Nasional. Apakah di Monas? Bukan. Museum Nasional bukan Monas. Kalau Monas itu singkatan dari Monumen Nasional. Memang terdengar beda tipis, sih. Apalagi berada di area yang berdekatan.

museum nasional
4 tahun lalu harga tiket untuk dewasa IDR5K dan anak-anak IDR2K. Murah meriah, ya. Untuk wisatawan mancanegara htm-nya sedikit lebih tinggi


Museum Nasional lebih dikenal dengan nama Museum Gajah. Di bagian depan museum ada patung gajah perunggu yang merupakan hadiah dari raja Thailand, yaitu Raja Chulalongkorn (Rama V)saat berkunjung ke museum ini pada tahun 1871. Mengelilingi museum ini seperti mempelajari sejarah bangsa Indonesia dari zaman pra sejarah. Banyak sekali koleksi berharga dari Sabang hingga Merauke dan juga benda berharga dari mancanegara.

Meskipun pengunjung event craft lumayan ramai, tapi yang mengunjungi museum di pagi itu tidak begitu banyak. Kami jadi bisa menikmati suasana museum dengan tenang. Keke yang saat itu sedang tinggi rasa ingin tahunya, bisa membaca banyak informasi yang tertulis di setiap benda museum dengan tenang.



Hanek Matan atau piring bertutup sebagai wadah makanan yang terbuat dari daun lontar ini berasal dari NTT. Kira-kira sekarang di NTT masih ada yang pakai ini gak, ya?


Ramai di area event tapi lumayan sepi di dalam museum. Hanya kami dan beberapa rombongan kecil yang ditemani guide. Pastinya bukan rombongan anak sekolahan. Tapi rombongan seperti turis lokas atau mancanegara. Mereka khusyuk mendengarkan setiap penjelasan guide. Kami memilih tidak pakai guide tapi anak-anak termasuk tertib dan Keke lagi senang belajar sejarah. Hampir semua keterangan di setiap benda yang dipamerkan dibacanya.

museum nasional

Menjelang siang hari, museum mulai ramai dengan rombongan anak sekolah. Mereka berisik sekali. Semuanya memegang papan jalan dengan lembaran kertas di atasnya. Saya yakin kertas itu supaya mereka mencatat kunjungan ke museum. *Pernah ngalamin 😊* Tapi rasanya saya gak melihat ada satupun yang mencatat. Ada yang asik foto-foto hingga berbicara dan tertawa dengan keras.

Pengalaman Pertama ke Museum Nasional alias Museum Gajah

Mungkin dulu saya pun begitu saat kunjungan ke museum bersama sekolah. Tapi sekarang kalau melihat pemandangan seperti itu malah merasa terganggu. Yang tadinya bisa menikmati museum dengan tenang langsung buyar karena keriuhan mereka. Untung udah mau pulang. Saya pun langsung berpesan kepada Keke dan Nai kalau suatu saat nanti ada study tour ke museum tidak boleh berisik. Ya walaupun mungkin saja dulu saya pernah melakukan hal seberisik itu bukan berarti gak boleh menyarankan anak-anak sebaliknya, kan. Namanya juga belajar dari pengalaman.

Ini cerita pengalaman pertama kali museum Gajah. Pengalaman tahun 2013. Udah lama aja, ya. Dan sejak itu belum pernah ke sini lagi untuk menikmati museumnya. Padahal saya follow akun socmed Museum Nasional Dan museum ini sering ada event bagus. Kapan-kapan ke sini lagi, ah.

[Silakan baca: Video Mapping di Monas untuk Menyemarakkan Asian Games 2018]


Museum Nasional











    Post a Comment

    20 Comments

    1. idealnya emang bawa anak jalan2 ke museum ya. tapi kiga juga udah lama gak bawa anak2 ke museum. bukan museum person sih kita. hahaha.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saya juga sebetulnya juga bukan museum person, sih. Tapi kalau memang bagus suka tertarik untuk didatangi juga

        Delete
    2. kalau di jogja lumayan kerap ada kunjungan anak SD ke museum, ankku beberapa kali ikut kunjungan bersama teman2 sekolahnya, gratis dan difasilitasi, orang tua cuma dimintai izin. Tuh program asyik juga, anak jadi tahu museum ...hal mana, yang sejujurnya kurang terpikirkan pula olehku untuk ngajak anak ke museum2

      ReplyDelete
      Replies
      1. Iya dulu pun kalau bukan karena acara sekolah, orang tua gak pernah ajak saya ke museum :D

        Delete
    3. saya belum pernah masuk ke sana mbak, ke tugu monasnya aja belum hihi

      ReplyDelete
      Replies
      1. serius? Wah ternyata, sesekali ngebolangnya ke Jakarta :D

        Delete
    4. OMG, harga tiketnya murah banget ya Mbak! Seriusan, cuma 2k, kayak bayar parkir aja. Btw, itu foto yang di depan museum, so artsy deh. :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. iya tapi itu beberapa tahun lalu. Tapi kayaknya sekarang pun masih tetep murah

        Delete
    5. Bagus banget lho mengajak anak ke Museum, anak jadi bisa menghargai sejarah dan merasakan kehidupan masa lalu yang jadi evaluasi untuk kehidupannya sekarang :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. iya, bener cuma ya gitu deh suka malas kalau udah kumuh dan spooky hehehe

        Delete
    6. Duh saya entah sudah berapa lama gak jalan2 ke museum. Saya belum pernah sih ke museum gajah.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Saya pun termasuk yang jarang banget ke museum :)

        Delete
    7. museum sekarang sudah banyak yg bagus
      tiketnya juga murah
      cuma sayang beberapa museum di kota saya masih belum bagus

      ReplyDelete
    8. Waaaah hari ini tk nya anakku mau kesana :D. Hihihi aku malah blum prnh mba.. Udh brp lama coba di jkt. Tp jujurnya muaeum di indo memang rada membosankan.. Mungkin itu aih yg bikin bnyk org ga tertarij utk dtg ato belajar dr museum . Aku pribadi suka ama museum, tapiiiiii yg aku dtgin biasanya museum2 yg punya latar sejarah kelam.. Kyk museum ahmad yani, museum jend nasution, museum forensik di bangkok, museum killing field dan s21 di kamboja.. Semuanya bekas pembantaian... Yg bgitu tuh yg bikin aku semangat utk dtg.. Krn lbh menarik emosi :)

      ReplyDelete
      Replies
      1. Tetapi, Museum Nasional ini udah jauh berubah. Lebih menarik dan bersih

        Delete
    9. Keren ini tempatnya, Mbak Myra.
      kemarin saya ajak Krucil. Ke Monas dulu, baru ke Museum Gajah. Habis itu, naik busway gratis keliling Jakarta hehehe.

      ReplyDelete
    10. Martha Chiquita SimanjuntakJuly 2, 2020 at 1:48 AM

      Halo Mbak.
      Nama saya Martha Simanjuntak, mahasiswi pascasarjana di Goldsmiths University of London, UK. Saat ini saya sedang dalam proses menulis thesis mengenai Museum Gajah dan strategi pengembangan audiensnya. Saya sedang melakukan riset dengan metode Netnography, dimana saya mengobservasi blogs, postingan serta komentar di social media, dan reviews tentang Museum Gajah di beberapa travel platforms. Jika Mbak berkenan dan mengizinkan, saya berniat memasukkan potongan tulisan dari blog ini beserta komentar-komentar sebagai bagian riset saya. Untuk identitas dan informasi, akan saya jaga keamanannya dan tidak akan diungkapkan dalam tulisan thesis saya. Jika tertarik membaca hasil akhir thesisnya, akan tersedia bulan September dan bisa melalui kontak email saya di msima001@gold.ac.uk. Terima kasih sekali lagi, Mbak. Wassalam.

      ReplyDelete
      Replies
      1. Silakan, Mbak. Nanti kabari aja ke email saya di bundakenai@gmail.com, ya :)

        Delete

    Terima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)