Semalam...
Suami: "Savana Bromo katanya kebakaran. Udah baca beritanya belom?"
Saya: "Ah, yang bener?"
Saya pun langsung internetan, padahal tadinya udah selimutan mau tidur. Menurut berbagai sumber berita yang saya baca tadi malam, kebakaran sudah mencapai luas 100ha! Diduga penyebabnya adalah puntung rokok atau api unggun yang tidak padam dengan sempurna. Musim kemarau juga menambah parah kebakaran tersebut karena menyebabkan merambat lebih cepat.
Saya jadi teringat, pertengahan Agustus lalu. Dimana banyak pendaki suka melakukan upacara 17 Agustusan di berbagai gunung. Ada kejadian gunung Lawu terbakar. Dugaan penyebabnya juga puntung rokok atau bara api unggun yang tidak padam dengan sempurna
Bulan Juni lalu, saya dan anak-anak diajak suami mendaki gunung Gede. Di pos penjagaan pertama ada 2 papan berukuran sangat besar dengan tulisan yang sangat jelas. (Ket: Lihat foto diatas)
Saya: "Kalau kita gak boleh bikin api unggun, trus gimana caranya untuk menghangatkan badan?"
Suami: "Bawa pakaian dan jaket yang bisa menghangatkan badan."
Menurut suami, sebetulnya gak apa-apa juga menyalakan api unggun asal tau tekniknya. Tapi kenyataanya, banyak yang gak mengerti atau menganggap sepele. Makanya akhirnya larangan seperti itu keluar. Lebih baik dilarang sekalian, deh.
Sayangnya larangan tinggal larangan. Entah karena banyak yang males baca, cuek, egois, atau apalah. Selama pendakian, saya seringkali menemukan pendaki yang buang sampah sembarangan, membawa alat musik, membuat api unggun, dan lainnya.
Ketika lagi asik menikmati indahnya padang savana gunung gede, yaitu alun-alun surya kencana, tau-tau melihat asap tebal membumbung. Menurut suami, kemungkinan itu dari api unggun. Saya ketakutan karena asapnya cukup besar. Dan, saya memang jadi agak ngedumel sendiri melihatnya. Abis kalau sampe kebakaran gimana? Mau lari kemana? Hiii...
Memang faktor human error itu masih berupa dugaan. Gesekan antar ranting kering saat kemarau pun bisa menyebabkan percikan api. Tapi, mengingat banyaknya pendaki yang juga gak disiplin, faktor human error juga memang gak bisa diabaikan.
Ketika di gunung gede itu, saya memang merasakan sekali kurangnya petugas patroli. Tapi, rasanya gak bisa juga 100% kita menyalahkan petugas patroli. Kalau kita pergi ke alam bebas tujuannya bukan untuk gaya-gayaan semata, harusnya udah paham sama salah satu quote klasik para pecinta alam "LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINTS."
Papan pengumuman juga udah terpampang jelas. Yang kita perlu kita lakukan itu cuma membaca, memahami, dan patuh. Zaman sekarang informasi juga lebih mudah didapat. Tinggal tanya google. Kurang apa lagi? Jangan cuma mikir, kamera udah dibawa belom, ya? Hufff :(
Butuh waktu lama untuk memperbaiki alam. Merusaknya hanya sesaat...
Jalan-jalan kami sekeluarga ke Bromo tahun lalu. Sedih rasanya kalau bukit
Savana keindah ini harus terbakar
Suami: "Savana Bromo katanya kebakaran. Udah baca beritanya belom?"
Saya: "Ah, yang bener?"
Saya pun langsung internetan, padahal tadinya udah selimutan mau tidur. Menurut berbagai sumber berita yang saya baca tadi malam, kebakaran sudah mencapai luas 100ha! Diduga penyebabnya adalah puntung rokok atau api unggun yang tidak padam dengan sempurna. Musim kemarau juga menambah parah kebakaran tersebut karena menyebabkan merambat lebih cepat.
Saya jadi teringat, pertengahan Agustus lalu. Dimana banyak pendaki suka melakukan upacara 17 Agustusan di berbagai gunung. Ada kejadian gunung Lawu terbakar. Dugaan penyebabnya juga puntung rokok atau bara api unggun yang tidak padam dengan sempurna
Bulan Juni lalu, saya dan anak-anak diajak suami mendaki gunung Gede. Di pos penjagaan pertama ada 2 papan berukuran sangat besar dengan tulisan yang sangat jelas. (Ket: Lihat foto diatas)
Saya: "Kalau kita gak boleh bikin api unggun, trus gimana caranya untuk menghangatkan badan?"
Suami: "Bawa pakaian dan jaket yang bisa menghangatkan badan."
Menurut suami, sebetulnya gak apa-apa juga menyalakan api unggun asal tau tekniknya. Tapi kenyataanya, banyak yang gak mengerti atau menganggap sepele. Makanya akhirnya larangan seperti itu keluar. Lebih baik dilarang sekalian, deh.
Sayangnya larangan tinggal larangan. Entah karena banyak yang males baca, cuek, egois, atau apalah. Selama pendakian, saya seringkali menemukan pendaki yang buang sampah sembarangan, membawa alat musik, membuat api unggun, dan lainnya.
Ketika lagi asik menikmati indahnya padang savana gunung gede, yaitu alun-alun surya kencana, tau-tau melihat asap tebal membumbung. Menurut suami, kemungkinan itu dari api unggun. Saya ketakutan karena asapnya cukup besar. Dan, saya memang jadi agak ngedumel sendiri melihatnya. Abis kalau sampe kebakaran gimana? Mau lari kemana? Hiii...
Memang faktor human error itu masih berupa dugaan. Gesekan antar ranting kering saat kemarau pun bisa menyebabkan percikan api. Tapi, mengingat banyaknya pendaki yang juga gak disiplin, faktor human error juga memang gak bisa diabaikan.
Ketika di gunung gede itu, saya memang merasakan sekali kurangnya petugas patroli. Tapi, rasanya gak bisa juga 100% kita menyalahkan petugas patroli. Kalau kita pergi ke alam bebas tujuannya bukan untuk gaya-gayaan semata, harusnya udah paham sama salah satu quote klasik para pecinta alam "LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINTS."
Papan pengumuman juga udah terpampang jelas. Yang kita perlu kita lakukan itu cuma membaca, memahami, dan patuh. Zaman sekarang informasi juga lebih mudah didapat. Tinggal tanya google. Kurang apa lagi? Jangan cuma mikir, kamera udah dibawa belom, ya? Hufff :(
Butuh waktu lama untuk memperbaiki alam. Merusaknya hanya sesaat...
10 Comments
gara2 puntung rokok yang seupil,jadinya merusak alam...duh :(
ReplyDeletemenyedihkan, ya
DeleteIya tuh, rokok memang merugikan.
ReplyDeleteyup!
DeleteWah sedih juga ya mbak kalo banyak yg masih belum peduli sama lingkungan maunya...semoga gak terjadi lagi dah padahal keren abis tuh savananya Bromo
ReplyDeletesemoga, ya :)
Deletecuman dilihat n dibaca doank....,mak...kaya cuma iseng gitu.., tapi gak dipatuhi....
ReplyDeleteSayangnya begitu, Mbak. Bisa baca, tapi gak bisa mempraktekkan
DeleteSedih..miris. Setelah mendengar sebelumnya gunung lawu, disusul rinjani
ReplyDeletedan kebanyakan terjadi akibat kelalaian "Puntung Rokok"
iya. Hiks :(
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)