#UmamiFoodMarathon Dengan Tema Kuliner Betawi Bersama AJI-NO-MOTO® :
Mengkonsumsi MSG Itu Aman - "Dasar generasi micin!" "Begitu deh kalau
kebanyakan makan micin!"
Sering mendengar/membaca kalimat-kalimat seperti itu? Itu bukan pujian. Kalimat-kalimat itu biasanya membully atau paling tidak mengatakan bahwa orang yang sedang ditudingnya itu bodoh. Tapi apa benar micin atau MSG bisa membuat kita bodoh?
Hmmm ... kalau micinnya dijadiin makanan utama dan camilan trus gak makan makanan lain mungkin iya bisa bikin bodoh. Lha, semua ahli gizi juga mengatakan kalau komposisi makan yang tepat itu harus lengkap dengan komposisi yang seimbang. Kalaupun harus diet, tetap sebaiknya konsultasi ke dokter terlebih dahulu. Kayaknya gak ada ahli gizi atau dokter manapun yang mengatakan makan micin aja cukup. Lagipula apa iya ada orang yang sehari-harinya cuma makan micin?
Rasa ingin tahu saya pun berlanjut. Saya semakin penasaran tentang asal mula kenapa micin selalu dikambing hitamkan sebagai penyebab kebodohan. Dari berbagai sumber yang saya dapat, semua ini bermula pada tahun 1968. Ada seorang dokter asal Maryland bernama Robert Ho Man Kwok menulis jurnal tentang pengalamannya yang selalu merasa pusing usai menyantap Chinese food. Gejalanya seperti Chinese Restaurant Syndrome.
Sebetulnya dokter tersebut tidak langsung menuding MSG lah penyebabnya. Dokter tersebut justru mempertanyakan apakah penyebabnya karena MSG, rempah-rempah, atau anggur yang dikonsumsinya. Tetapi masyarakat terlanjur meyakini penyebabnya adalah MSG. Dan entah bagaimana kemudian berkembang menjadi rumor kalau MSG itu bikin bodoh.Padahal berbagai penelitian sudah membuktikan kalau anggapan tersebut salah.
Talkshow: "Mengkonsumsi MSG Itu Aman"
Sabtu (16/12) AJI-NO-MOTO® mengajak para blogger melakukan #UmamiFoodMarathon selama satu hari. Kalau biasanya saya gak pernah kepikiran untuk marathon *capek, cuy!😂* tetapi kalau yang ini berbeda. Marathon yang ini bukan olahraga lari, tetapi kami diajak untuk menikmati beraneka kuliner Betawi selama sehari. Tidak hanya menikmati kuliner, ada juga talkshow tentang keamanan mengkonsumsi MSG dan juga demo masak.
dr. Diyah Eka Andayani, M.Gizi, SpGk mengatakan pemakaian MSG itu aman bagi tubuh. Dan sebetulnya tidak ada takaran baku selain secukupnya. Setiap orang kan kebutuhannya berbeda-beda. Tetapi bila dirata-rata, idealnya sekitar 1 sdt per hari per orang. *Ya, Sahabat KeNai bisa kira-kira sendiri apakah pemakaian MSGnya sebanyak itu atau tidak.
Chef Ari Galih menambahkan kalau Western food jarang menggunakan MSG karena lidah orang barat sudah terbiasa dengan butter dan kaldu hasil rebusan misalnya kaldu ayam. Sedangkan masakan Asia lebih kaya rasa karena banyak menggunakan rempah-rempah. MSG juga banyak digunakan untuk makanan Asia karena rasa Umami itu yang ingin didapatkan.
Ada 5 rasa dasar sebagai faktor penentu penerimaan kita terhadap rasa masakan, yaitu manis, asam, asin, pahit, dan umami.
Sederhananya tuh kalau Sabahat KeNai bilang rasa makanannya 'nendang' nah itu artinya ada rasa umami. Rasa umami jmemang merujuk ke rasa gurih atau lezat. Beberapa chef juga mendeskripsikan rasa umami dengan sebutan berbeda-beda, diantaranya mouth watering, mildness, mouth fullness, delicate and subtle, atau lainnya.
Kunci masakan lezat menurut Chef Ari Galih ada di bumbu dasar. Setelah itu, ditingkatkan rasanya dengan menambahkan garam, gula pasir, dan merica. Bila dengan bumbu dasar dan 3 bahan peningkat rasa saja rasa masakan sudah gurih, maka tidak perlu lagi ditambahkan MSG.
Secara alami, rasa umami terdapat pada aneka bahan pangan. Dan rasa umami dapat meningkat dengan adanya proses fermentasi (contoh: kecap ikan), pematangan (contoh: tomat dan keju), perebusan (contoh: bouillon, kaldu dashi, dan gao tang), penambahan bumbu (contoh: MSG dan terasi), dan kombinasi dari berbagai bahan umami.
Pak Fahrurozi, Head of Public Relation AJI-NO-MOTO® mengatakan tidak perlu khawatir mengkonsumsi MSG. Bila ada rumah makan yang mengklaim tanpa MSG pada masakannya itu tidaklah tepat. Semua bahan makanan mengandung MSG. Kerupuk saja ada MSG-nya. Bahkan ASI pun mengandung glutamat yang merupakan asam amino bebas. Jumlah glutamat pada ASI manusia juga lebih tinggi daripada susu sapi, domba, atau unta.
AJI-NO-MOTO® berarti sumber rasa. MSG ini terbuat dari tetes tebu pilihan yang diproses dengan cara fermentasi yang berstandar internasional di bawah lisensi AJI-NO-MOTO® Tokyo sebagai perusahaan pertama yang sudah memproduksi penyedap rasa sejak tahun 1909.
MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat berupa serbuk kristal berwarna putih dengan sifat tidak berbau, mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam alkohol, serta rasa agak manis dan asin. Sifat lainnya adalah, glutamat bersifat "self limiting", artinya penambahan berlebihan menimbulkan rasa tidak enak.
Jadi kalau Sahabat KeNai merasa pusing atau gejala tidak enak lainnya setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG, menurut Chef Ari Galih kemungkinan karena pemakaian MSGnya berlebihan. Segala sesuatu yang berlebihan memang gak baik. Jadi pakai MSG secukupnya saja seperti yang sudah dijelaskan oleh dr. Diyah.
AJI-NO-MOTO® adalah produk MSG yang ada di Indonesia. Kita kadang menyebutnya micin. Kalau Sahabat KeNai terbiasa menggunakan penyedap lain misalnya Masako, itu termasuk MSG juga. Hanya bedanya kalau Masako sudah ditambahkan berbagai rempah-rempah untuk menambah rasa. Sedangkan AJI-NO-MOTO® hanya untuk meningkatkan rasa (flavor enhancer).
Tidak ada aturan baku kapan waktunya memberi MSG pada saat memasak. Bisa diberikan di awal, tengah, atau akhir proses memasak. Tetapi memang lebih enak di akhir proses memasak setelah masakan terasa bumbunya kemudian ditingkatkan lagi dengan MSG sehinga timbul rasa umami.
Sedikit perbedaan pendapat antara Chef Ari dengan pak Fahrurozi adalah tentang saat yang tepat memberikan MSG. Chef Ari Galih mengatakan MSG tidak perlu lagi diberikan bila dengan garam, gula, dan merica saja sudah cukup. Sedangkan pak Fahrurozi mengatakan MSG sebaiknya diberikan sebelum garam. Kalau rasanya sudah umami, garam tidak perlu diberikan lagi. Alasannya jumlah kandungan garam 3x lebih tinggi daripada MSG untuk ukuran masing-masing 1 sendok makan. Banyak orang mulai mengurangi konsumsi sodium karena erat kaitannya dengan hipertensi. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yamaguchi dan Takahashi (1984), MSG juga dapat mempertegas rasa asin. *Kok jadi semacam mengingatkan perbedaan saya dengan mamah, ya? Kalau saya sepakat dengan Chef Ari, sedangkan Mama pasti sependapat dengan pak Fahrurozi 😂
Usai talkshow, Chef Ari Galih melakukan demo masak. Chef Ari mengatakan kalau MSG bukanlah hal yang terlarang di dunia kuliner. Banyak chef di berbagai restoran juga menggunakan MSG untuk mendapatkan rasa umami dari masakannya. Saya juga cukup akrab dengan berbagai produk AJI-NO-MOTO®. Seperti yang dilihat di foto teratas, produk mana yang paling akrab buat Sahabat KeNai? Kalau saya paling tidak tepung bumbu ayam goreng yang paling sering digunakan.
Pada demo masak di hari itu, Chef Ari membuat 2 macam masakan yaitu Gabus Pucung dan Pecak Bandeng. Salah satu tips menarik dari Chef Ari adalah menghaluskan makanan dengan cara diulek membuat rasa masakan jauh lebih enak daripada menggunakan blender atau food processor. Ada proses di mana batu ulekan bertemu dengan berbagai bahan dasar yang bisa membuat rasa masakan menjadi lebih enak.
[Silakan baca: Rela Tekena Macet Demi Semangkok Soto Betawi Panas]
#UmamiFoodMarathon Kuliner Betawi bersama AJI-NO-MOTO®
Mengikuti talkshow udah, melihat demo masak juga udah, berikutnya adalah
membuktikan kalau MSG itu aman. Caranya dengan berwisata kuliner. Oleh
karena itu para blogger diajak oleh AJI-NO-MOTO® dan tabloid Bintang
Indonesia untuk wisata kuliner seharian menikmati berbagai kuliner
Betawi.
Warung Mak Dower
Sekitar pukul 07.00 wib, kami sudah berkumpul di kantor AJI-NO-MOTO®, Sunter – Jakarta Timur. Gak pake sarapan dari rumah karena bakal seharian wisata kuliner bersama AJI-NO-MOTO®.Selain seru, memang penting juga wisata kuliner kayak gini. Kan di destinasi pertama ada talkshow tentang keamanan mengkonsumsi MSG. Setelah itu juga ada demo masak. Nah, lebih afdol lagi memang mencicipi langsung berbagai kuliner terkenal yang di semua masakannya menggunakan MSG khususnya produk AJI-NO-MOTO®. Semacam pembuktian juga apa benar kalau MSG itu aman dikonsumsi.
"PT. AJI-NO-MOTO® ingin menghapus stigma di masyarakat kalau MSG itu membuat bodoh. Padahal MSG diperlukan tubuh asalkan dengan kadar yang secukupnya," ujar pak Fahrurozi.
Setelah sambutan singkat dari pak Fahrurozi, kami pun naik bis yang sudah disediakan menuju destinasi pertama. Gak jauh lokasinya dari kantor AJI-NO-MOTO®. Kami menuju Warung Mak Dower di Rawamangun.
Sahabat KeNai biasanya sarapan dengan menu apa? Kalau saya, sarapan biasanya yang praktis aja. Nasi goreng, nasi dan telur dadar/telur ceplok, bubur ayam, atau makanan sisa semalam yang dihangatkan hehehe. Kalau Keke dan Nai malah cuma segelas susu atau setangkap roti. Kadang-kadang aja sarapan dengan semangkuk sereal. Pokoknya sarapan pagi tuh yang praktis banget, deh.
Tapi saat kami ke Warung Mak Dower berbagai hidangan yang menggugah selera langsung terhidang di meja. Bahkan sejak dari parkiran, wangi ikan asin jambal goreng sudah tercium. *Hmmm … langsung elus-elus perut dan ingin segera sarapan.
Menu sarapan sekomplit ini dengan nama-nama yang unik 😋
Warung Mak Dower menawarkan berbagai kuliner Betawi. Nama makanannya pun unik-unik dan kocak yaitu Jengkol Nampol, Cuwe Ngacir, Tutut Ngibrit, Gabus Pucung, Tulang Jambal Sewot, Udang Lenje, Pecak Bandeng, Cumi Lenong, Genjer Centil, Sayur Asem Demplon, dan Es Ondel-Ondel. Saya cekikikan ketika dikasih tahu nama-nama makanan yang dihidangkan. Ya sesuai dengan karakter orang Betawi yang memang kocak.
Warung ini diberi nama Mak Dower karena kebanyakan makanannya berasa pedas. “Bisa bikin bibir jadi dower”, kata Mas Wandi, pemilik Warung Mak Dower. Saya sih penggemar makanan pedas tentu aja senang menyantapnya. Tapi buat yang gak kuat pedas, siap-siap aja bakal huh-hah kepedesan. Sesekali bibir jadi sexy (baca: dower) karena pedas kan seru. Lagipula siapa yang bisa menolak menu seperti itu? Dari penampakannya aja udah menggiurkan. Bahkan saya yang seringkali menolak makan jengkol, akhirnya mencicipi juga pulennya jengkol Warung Mak Dower.
[Silakan baca: Nikmatnya Sate Afrika H. Ismail Coulibaly di La Piazza, Kelapa Gading, Jakarta]
Soto Betawi H. Husen
Destinasi kedua adalah soto betawi H. Husen yang berlokasi di Manggarai. Bila Sahabat KeNai penasaran dengan rasa soto betawi H. Husen yang legend ini, datang sepagi mungkin pada saat akhir pekan. Pukul 06.00 wib aja katanya udah antre banget. Padahal warung makan baru buka pukul 07.00 wib.
Kami datang ke sana sekitar pukul 10.45 wib. Hujan pun mengguyur dengan deras. Pas banget kan hujan deras ditemani dengan seporsi soto betawi? Saat kami ke sana, suasana sudah sangat ramai. Bahkan soto daging pun sudah habis. Eyaampuuunnn, padahal belum jam makan siang!
Belum juga pukul 12.00 wib tapi jeroannya sudah tinggal segitu. Dagingnya
malah sudah habis.
Tapi ya begitulah, kalau lihat lemari display aja udah kelihatan kayak mau
habis. Padahal saat baru buka, isinya penuh banget dengan daging dan
segala jeroan. Saat akhir pekan memang warung ini ramai dari pagi.
Pengunjungnya pun gak hanya warga sekitar tapi ada juga yang dari jauh
makan di sini. Sedangkan kalau hari kerja, ramainya menjelang makan
siang.
Untuk rasanya? Hmmm … Gak heran deh saya kenapa soto Betawi H. Husein termasuk legend. Kuah santannya yang kental berpadu dengan aneka jeroan. Gurih dan mantaaapp!
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Kalau Sunter, Rawamangun, dan Manggarai lokasinya tidak berjauhan, untuk destinasi terakhir kami lumayan menjauh yaitu ke arah Jagakarsa. Bila Sahabat KeNai ingin lebih mengenal Betawi tidak hanya kuliner tetapi juga budaya dan sejarahnya, tepat banget kalau main ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kami disambut dengan salah satu tarian Betawi yaitu nyecek setapak.Sebelum kulineran di sini, kami dijelaskan secara singkat tentang sejarah Betawi oleh abang Roni. Bicara betawi memang akulturasi dari berbagai budaya. Makanya tidaklah heran kalau kuliner, bahasa, dan lain sebagainya juga akulturasi dari berbagai budaya lokal ataupun internasional.
Cepek, gopek, seceng, berbagai sebutan mata uang lainnya sering Sahabat KeNai dengar terutama kalau orang Betawi ngomong. Padahal itu akulturasi dari bahasa Tionghoa. Begitu juga dengan bebagai hal lain, misalnya kuliner.
Buah buni lagi musim di Setu Babakan. Rasanya bikin mata merem melek 😂
Rimbun banget suasana di Kampung Budaya Betawi Setu Babakan. Seolah-olah tidak seperti di Jakarta. Jauh dari gambaran di mana kalau ingat Jakarta adalah gerah, macet, dan gedung yang serba tinggi. Tapi di Setu Babakan ini banyak sekali pohon.. Termasuk pohon yang udah jarang ditemui. Danaunya pun bukan danau buatan. Piknik asik murah meriah bisa seru di sini. Gak ada tiket masuk, tapi siapkan saja sejumlah uang untuk menikmati berbagai kuliner Betawi atau jajanan lainnya.
Salah seorang pebatik muda yang dengan telaten membuat batik tulis
Deretan batik cetak di Setu Babakan
Di Kampung Budaya Betawi Setu Babakan, kami mengikuti demo membuat bir pletok dan kerak telor. Tenang aja, bir pletok gak bakal bikin mabok. Justru menghangatkan karena diolah dari 15 macam rempah-rempah. Rasanya manis, pedas, dan langsung menghangatkan tubuh.
Saya langsung beli 2 botol besar. Keesokan harinya, 1 botol langsung tandas diminum oleh suami. Padahal ya, 1 botol besar minuman berkhasiat yang dibuat tanpa pengawet ini bisa tahan sampai 3 bulan. Tapi karena memang suka jadinya malah cepat habis hehehe. Musim hujan memang enak minum minuman hangat seperti ini.
Kami juga melihat proses pembuatan kerak telor. Baru kali ini saya mencicipi rasa kerak telor *Selama ini saya kemana aja? 😅* Ternyata enak juga, ya. Apalagi serundengnya. Ada rasa manis, asin, dan gurih karena terbuat dari berbagai bumbu yaitu bawang merah, jahe, kencur, dan lainnya.
Demo membuat kerak telur mengakhiri wisata kuliner kami. Hujan turun dengan sangat deras membuat kami harus menunggu sejenak supaya bisa kembali ke parkiran bis. Semua tempat makan dari pagi hingga sore tentu saja merupakan tempat pilihan yang tidak hanya sudah dikenal oleh banyak masyarakat karena kelezatannya tapi juga tempat-tempat tersebut setia menggunakan MSG AJI-NO-MOTO®.
Apakah saya merasakan pusing atau gejala tidak enak badan lainnya setelah mengkonsumsi makanan yang diberi MSG selama seharian? Alhamdulillah enggak. Saya hanya merasakan lelah dan ngantuk akibat kekenyangan dan hujan. Efek lainnya adalah saya merasa bahagia karena sudah diajak berwisata kuliner #UmamiFoodMarathon dengan makanan yang semua rasanya umami!
[Silakan baca: 5 Wisata Kuliner Nusantara di Rawamangun]
47 Comments
pas banget ya minum bir pletok di saat gerimis kemaren. hangatnya nikmat :)
ReplyDeleteapalagi musim hujan kayak gini :)
Deleteaku jg beli bir pletok langsung ludes blm sempet nyobain hehe..untung udah puas minum pas dilokasi ujan2 mantab dh :)
ReplyDeletememang paling nikmat kalau diminum saat hujan :)
DeleteDulu di tempat saya banyak pohon buni tapi sekarang udah nggak ada karena udah ditebangin buat dibikin rumah.. inget buni inget masa kecil.. MSG ternyata aman selama dipakai sesuai aturan
ReplyDeleteTuh kan, biasanya pepohonan 'mengalah' sama pembangunan :(
DeleteSaatnya meluruskan persepsi yang salah soal MSG ya. Mamaku selalu pakai MSG di masakannya. Tapi gak berarti keluarga kami jadi generasi micin seperti yang orang sebutkan. Bener ga sih? :)
ReplyDeleteSetuju. Betul banget :)
DeleteSaya memang dari dulu tdk pernah menghindari MSG. Kalau pas masak tersedia MSG di dapur ya saya pakai. Kalau pas nggak ada ya nggak pakai. Intinya saya bukan musuh MSG hehehe....😁
ReplyDeleteiyess setuju, Mbak :)
DeleteAhh senengnya yang kulineran. Btw aku termasuk generasi micin, soale mamaku kalo masak bumbunya meski pekat. Emang gurih banget, jadi kalo sekalinya masak tanpa micin hambar.
ReplyDeleteAku bukan penolak micin, tapi ga pecinta micin, ya sedang2 aja sesuai kebutuhan. Ga mungkin kan bikin pancake pake micin eeaa
Duh, jadi laper gini, kabita kerak telor hmm apalagi kalo pake telor bebek, yummy..mauuu
Rasa umaminya berasa banget ya, Teh :)
DeleteWah dulu saya pernah baca ttg syndrom yg diakibatkan makan mecin tuh. Memang bikin sebagian orang jadi khawatir ya. Tapi aku setuju, kalau mmg tdk berlebihan gak masalah. Seru banget acaranya mbak, bahkan ada buah buni, hmmm asemmm buat rujakan enak
ReplyDeleteMakanya informasi yang beredar selama ini perlu diluruskan, Mbak :)
Deletemindset udah ada istilah generasi micin ya
ReplyDeletepadahal klo gak berlebihan sih gapapa
cuma klo gak pake micin kurang nendang aja
iya, sebetulnya micin gak bikin bodoh asalkan sesuai takaran
DeleteNext semoga diajak ke pabrik pembuatan MSG ya ...
ReplyDeleteaamiin
DeleteEnaknya food marathon gini. Di rumahku juga selalu pake micin untuk beberapa makanan tertentu seperti sayur bening.
ReplyDeletejadi keluar rasa umaminya, ya?
DeleteAkhirnya aku cobain jg yg mak dower. Ga nyangka ternyata deket kantor cabangku yg di pemuda wkwkwkwk..
ReplyDeleteDi antara soto betawi h husein dan mak dower, jelas pilihanku mak dowerlah. Soto betawinya ini kesukaan suami mba. Kalo aku kurang suka krn kuahnya santan. Dari dulu aku lbh seneng kalo soto betawi itu kuah susu :) . Lbh gurih soalnya.
Kalo yg mak dower ini lgs jd pilihan utamaku lah kalo mau makan yg deket2 rawamangun :D
Saya juga lebih suka Mak Dower :)
Deletejarang pakai msg tapi sekarang tahu harus gimana pakainya yang esuai takaran, acaranya seru bnget
ReplyDeleteenak kan yang pakai MSG? :)
DeleteDulu aku nggak papa makan makanan yang mengandung vetsin. Tapi sekarang jadi sensi Myr. Langit2 mulut jadi perih gitu. jadi mau nggak mau menghindari makanan bermicin. tapi sekali-sekali masih makan. Biar nggak bodoh karena kekurangan suapan micin. Hihihihihi
ReplyDeleteYang di Kampung Budaya Betawi Setu Babakan seru banget. Memang pemakaian vetsin ya mesti sewajarnya aja. Apapun kl sdh kebanyakan pasti gak akan baik hasilnya ^_^
ReplyDeleteAku suka kerak telor, suka makannya, suka juga nontonin cara buatnya. Sampe sekarang masih amaze, bisa ya nasi mateng tanpa dikasi air. Hahahaha
ReplyDeletePilihan makanannya banyak yaaa.. tapi aku masih tetap pakai bumbu alami aja niiih mba :)
ReplyDelete
ReplyDeleteWah seru banget Mbak. Aku dulu ke Setu Babakan belum sebanyak itu budaya yang bisa dilihat. Anyway pada kenyang banget kayaknya makannya banyak
Asik banget tour makannya Mba hahahaha
ReplyDeleteSemua menu makanannya bikin ngeces, itu apalagi ada lalaapan pete. Yummy banget.
Mendapatkan pengalaman berharga banget ini. AKu yang baca aja mupeng.
Di rumah masih pake MSG kok, merk ini juga. Pakainya ya secukupnya saja..
ReplyDeleteOiya, saya beryukur sudah sarapan, kalau gak, bisa ngeces juga ngeliatin kuah yang kebayang gurihnya itu. Heheh
Chi, di mana tuh t4nya Situ Babakan? Lengkap ya tentang segala sejarah makanan Betawi, ya. Jepretan buat semua foto baguuus banget. Pake ho or camera, Chi?
ReplyDeleteAji No Moto ini produk Msg andalan keluarga sejak dulu 😊
ReplyDeleteKatanya paling aman dan alami, saya pun suka dan susah movie on rasanya
Langsung auto nyanyi akuna..
ReplyDeleteAjinomoto...cap mangkuk meraah...
Hehhe..
Aku kadang2 aja tapinya mba. Ga tiap masak dikasih ajinomoto
Memang banyak yang salah kaprah dengan mecin ya. padahal sih gpp dipakai asal ada batasan.
ReplyDeleteWah diajarin bikin bir pletok ya, aku taunya minuman yg udah jadi aja, enak
Harusnya gak perlu takut lagi ya Mbak dengan produk Ajinomoto ini, lah udah dibilang aman gitu yah.
ReplyDeleteSaya juga masih tetap nambahin masako dkk klo masak, berasa kurang aja ya klo tidak pakai itu :D
Itu banyak banget menunya ya Mbak, klo saya lihatnya langsung kenyang. Hihihih
Masakan rumahan gini nih yg bikin perut dan air liur gak tertahankan padahal cuma lihat fotonya aja
ReplyDeleteSosialisasi seperti ini harus sering2 dan diperluas karena banyak banget IRT yang sering salah paham soal MSG ya mbak
ReplyDeleteSlama ini msg slalu jd kambing hitam
ReplyDeleteSedih bgt
Perlu edukasi macam gini mb ke org yg udh kadung antipati sm msg
Makaaaan...
ReplyDeleteHihi...sejenak lupakan diet. Tapi kalo boleh bungkus, enak yaa...dinikmati bersama anak-anak dan suami.
Ibuku fansnya Ajinomoto sampe sekarang. Hehehehehe. Seneng bisa ikutan event kayak gini ya mak Chi
ReplyDeleteAku kalau dirumah belum pernah masak ditambahi sejenis MSG ini mbak saking khawatirnya dengan berita-berita MSG berbahaya..padahal makan diluar juga belum tentu nggak pake MSG ya hehe
ReplyDeleteMasakan tanpa produknya Ajinomoto memang hampa rasanya kata mamakku, Mbak.
ReplyDeleteDuh itu enak keliling sambil kulineran
Wisata kulinernya seru bangeeet mba.. aku sempat baca beberapa penelitian juga ttg MSG. Ada batas aman dikonsumsi memang. Tapi aku tetap stick to my natural and raw food as much as I can :)
ReplyDeleteBaca ini jadi kangen ke Setu Babakan nih soale pernah kesana bareng keluarga dan budaya Betawi kental banget disana.
ReplyDeleteSetuju Mbak segala sesuatu yang berlebihan itulah yang ga baik. Akupun ga anti glutamat karena setahuku glutamat alami juga bisa ditemukan di tomat dan kaldu.
ReplyDeleteSaya juga masih pakai MSG tapi sedikit aja. Kalo berlebihan juga gak enak.
ReplyDeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)