Salah satu destinasi yang bisa dikunjungi di Situgunung adalah
Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa. Di sini, Sahabat KeNai dapat
menikmati keindahan alam rimbun di hutan damar, serta lebih mengenal
tentang pelestarian elang jawa, serta berbagai aktivitas lainnya.
Cerita ini salah satu perjalanan kami ke Situgunung di akhir tahun 2020. Pertama kalinya keluar rumah sejak COVID-19 hadir di Indonesia.
Cerita ini salah satu perjalanan kami ke Situgunung di akhir tahun 2020. Pertama kalinya keluar rumah sejak COVID-19 hadir di Indonesia.
Saya sudah menuliskan salah satu keseruannya pada Januari 2021. Cerita
tentang pengalaman menyebrang di jembatan gantung Situgunung pada malam
hari. Punya sensasi yang berbeda karena nyebrangnya gelap-gelapan. Sampe
rasanya pengen ngesot karena takut. Mana saat itu gak pada pake harnest
hehehe. Tapi, pengalaman yang seruuuuuu!
Setelahnya, saya lupa untuk meneruskan cerita. Pas lagi beberes foto,
baru keingetan lagi. So, mari kita lanjutin ceritanya...
Ada keseruan yang berbeda menyebrang di jembatan gantung saat malam
hari
Seperti biasa, kami camping di Tanakita. Di hari ke-3, suami ngajakin
jalan-jalan ke tempat penangkaran elang jawa. Tentu aja saya langsung
tertarik karena belum pernah ke sana.
[Silakan baca:
Camping di Tanakita]
Kami konvoi pakai motor ke tempat tersebut. Akses jalannya gak selalu
mulus. Kami juga melewati jalan kecil yang berbatu. Sempat nyasar juga.
Abisnya gak ada petunjuk jalan sama sekali. Jadi ya bermodalkan
tanya penduduk setempat dan sesekali sok tau hahaha.
Meskipun begitu, saya nyantai aja. Karena udara yang sejuk di sepanjang
perjalanan. Pemandangannya juga menyegarkan mata. Hamparan perkebunan
sayur-mayur dan pemandangan alam lainnya benar-benar memanjakan mata.
Dari hasil tanya sana-sini juga saya jadi tau kalau di sana ada tempat
pemancingan dan juga kolam renang sebagai tempat wisata untuk warga
sekitar.
Paling sedikit ketar-ketir, jangan sampai bensin habis. Karena
sepanjang perjalanan gak melihat pom bensin. Pertamini atau warga yang
jual bensin eceran juga agak jarang. Makanya, kalau Sahabat KeNai bawa
kendaraan pribadi, usahakan jangan sampai tiris bahan bakarnya, ya.
Ribet kalau sampe mogok.
Wisata Alam Hutan Damar yang Instagramable
Sampai juga kami di lokasi Wisata Alam Hutan Damar. Saya sempat
ragu-ragu kalau ini tempat yang kami tuju. Tetapi, akhirnya semua
petunjuk dari warga yang kami tanya, memang mengarahkan ke sini. Sesuai
dengan namanya, pepohonan yang berada di tampat ini adalah pohon
damar.
Miyawaki merupakan salah satu metode penanaman kembali areal/lahan hutan yang kosong akibat penggundulan dengan jarak tanam antar bibit pohon yang sangat rapat dengan jenis tanaman asli yang beragam. Metode Miyawaki dikembangakan oleh seorang ahli botani dan ekologi tumbuhan bernama Akira Miyawaki pada tahun 70-an. Metode Miyawaki sudah banyak digunakan di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satunya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tepatnya di wilayah Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Cimungkad.
Sumber: Menlhk
Pepohonan damar yang lurus menjulang memang terlihat seperti barisan
yang rapi. Membuat suasana di dalam hutan temaram dan terasa sejuk.
Dengan metode tanam rapat ini, jumlah pohon yang ditanam sekitar 20.000
s.d 30.000 pohon/ha.
Meskipun tempat wisatanya belum jadi,
suasananya cukup ramai. Tapi, gak sampai padat orang. Parkiran lumayan
penuh, terutama oleh motor. Terlihat banyak bahan bangunan dan tukang
yang sedang bekerja. Mungkin karena masih dalam tahap pembangunan,
makanya belum dikenakan biaya masuk. Cukup bayar parkir.
Kelihatannya area hutan damar ini akan dibuat tempat wisata yang
instagramable. Terlihat dari beberapa spot berfoto yang dibuat ala
kekinian, misalnya sayap-sayapan. Bukan tempat wisata yang saya suka
sebetulnya.
Iya, saya gak begitu menyukai wisata ke tempat yang ala instagramable.
Apalagi kalau ke alam terbuka. Menurut saya, alam sudah memiki
kecantikan yang natural. Gak perlu ada tempat berfoto kekinian. Tapi,
ini opini saya pribadi, ya.
Makanya, biasanya saya menghindari tempat wisata seperti itu. Apalagi
kalau sedang viral. Beugh! Gak tertarik sama sekali.
Tapi, karena saat itu cukup lengang di bagian dalam, kami memutuskan
untuk masuk. Kebanyakan pengunjung hanya ngumpul di depan. Spot foto
juga hanya di area depan. Semakin ke dalam danya ada pepohonan. Entah
karena masih dalam tahap pembangunan atau memang hanya segitu spot
fotonya.
Beberapa review yang saya baca, hammock-hammock ini disewakan
Saat itu, kami bisa aja berfoto sepuasnya di spot instagramable. Masih
sepi, gak ada antrean karena tempat wisatanya belum resmi dibuka. Tapi,
kami sekeluarga memang gak pernah berminat berfoto di spot-spot
tersebut. Jadi hanya kami lewati aja.
Gak tau ujungnya sampai mana
Kami memilih terus jalan ke dalam. Semakin jauh, semakin sepi. Hanya
ada rombongan kami. Saya suka dengan suasananya yang tenang dan sepi.
Gak berasa kalau di area depan cukup ramai.
Tapi, karena kami gak tau ujungnya sampai mana kalau diterusin. Jadi
setelah sekian lama berjalan dan puas foto-foto, kami memutuskan untuk
pulang.
Diikuti Moci, Kucing Sukabumi
Moci ngikutin suami dan anak-anak terus. Kayak gak mau pisah hehehe.
Selama kami di sana, ada seekor kucing yang terus ngikutin kami. Dari
mulai parkiran udah menyambut dan ngikutin sampai kami pulang. Keke dan
Nai langsung kasih nama Moci
Ada beberapa kucing di sana. Tapi, hanya Moci terus ngikutin. Ketika
kami berhenti sejenak, Moci pun berhenti. Kadang-kadang cuma duduk manis
ketika kami sedang berhenti sejenak. Atau langsung ngedeketin,
nempelin, dan ngelilingin yang lagi difoto.
Unyelable! Gemeeees!
Keke dan Nai pengennya dibolehin bawa pulang si Moci hehehe
Moci beneran ngegemesin. Bersih pula! Sedih juga, sih, ketika harus
berpisah ma Moci. Karena dia terus ngikutin.
Keke dan Nai pengennya dibolehin bawa pulang Moci. Tapi, saya menolak.
Saya gak benci kucing, hanya masih ragu untuk menjadikan hewan
peliharaan. Cukup menyayangi aja tanpa harus memelihara.
Maaf ya, Moci.
Oiya sebelumnya saya menulis nama kucingnya tuh Kumi. Ternyata setelah
lihat foto-fotonya lagi, Kumi kucing lain yang dinamain ma Keke dan Nai.
Ini dinamain Moci karena bulunya putih kayak kue moci.
Batal Melihat Pusat Konservasi Elang Jawa
Kelihatan landai, ya. Padahal sebetulnya jalanannya terus menanjak
Ternyata kami tidak salah tujuan. Jadi dari arah pintu masuk, kalau
belok kanan akan ketemu area wisata hutan damar yang mau dibikin
instagramable. Sedangkan kalau jalan lurus, baru ke arah pusat
konservasi elang jawa.
Kalau di area wisata hutan damar, masih jalan tanah dan landai.
Sedangkan menuju pusat konservasi, terus menanjak sejak pintu masuk.
Jalannya berupa tangga bebatuan.
"Masih jauh banget tempat elangnya, Bu! Nanjak terus ke atas. Tempatnya
juga belum jadi," ujar seorang ibu yang sedang menyapu. Saya bertanya
lokasi penangkaran.
Hmmm ... saya gak tau seberapa jauh. Tapi, melihat jalannya yang terus
menanjak membuat kami berpikir ulang. Karena kakak ipar ikutan.
Sedangkan, salah satu kakinya sudah diamputasi. Sehungga harus berjalan
menggunakan kaki palsu dan tongkat.
Kami gak tau seberapa kuat kakak ipar berjalan. Khawatir kejauhan kalau
ke tempat penangkaran elang. Mana kayaknya semakin ke dalam, semakin
sepi. Repot juga kalau sampai gak kuat.
Waktu nyebrang malam-malam di jembatan gantung, kakak ipar memilih
gak ikut trekkingnya. Karena alasan kaki. Bahkan ke arah jembatannya
pun naik motor, sedangkan kami berjalan kaki.
Jadi dibatalin aja dulu.
InsyaAllah, kapan-kapan ke sana lagi.
Katanya ini bangunan museum pusat pendidikan konservasi elang jawa
Saya melihat satu bangunan yang kelihatan masih baru di dekat pintu
masuk. Katanya sih itu museum pendidikan konservasi elang jawa. Saat
kami ke sana, museumnya belum buka, masih berantakan. Bangunannya sudah
jadi. Tapi, masih banyak bahan bangunan. Untung aja toiletnya udah bisa
dipake dan bersih hehehe.
Ngambil gorengan di Tanakita meskipun hujan sangat deras hehehe
Ternyata, tepat juga memutuskan untuk pulang. Kami sampai Tanakita saat
jam makan siang. Gak lama setelahnya, hujan turun dengan deras. Perut
kenyang plus hujan, membuat kami menjadi kami jadi mengantuk. Etapi,
tetap gak bisa menolak ketika ditawarin gorengan hehehe.
[Silakan baca:
Belum Berhasil Melihat Migrasi Burung Raptor]
Kondisi Saat ini di Wisata Hutan Damar dan Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa
Waktu kami datang masih banyak tukang bangunan yang bekerja
Sejak itu, kami belum pernah jalan-jalan ke luar kota lagi. Keburu
fokus sama persiapan Keke untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi
negeri.
RRREC Fest in The Valley tahun 2017
Sebetulnya akhir tahun lalu udah berencana ke jalan-jalan lagi. Apalagi
situasi pandemi sudah semakin kondusif. Kami ingin nonton RRREC Fest di
Tanakita. Tapi, waktunya yang gak cocok.
Berbarengan dengan UAS Nai. Keke juga mulai sibuk quiz. Katanya kalau
menjelang UAS memang bakal ada banyak quiz. Pada gak mau izin kalau lagi
ujian. Ya udahlah jadinya batal. Mungkin lain kali, ayah dan bundanya
harus mulai jalan-jalan ke luar kota berdua aja hahaha.
Jadi, saya pun belum tau kondisi tempat wisata hutan damar dan juga
pusat pendidikan konservasi elang jawa saat ini. Paling dapat gambaran
dari beberapa ulasan di Google. Saya coba ambil beberapa pendapat,
ya
[Silakan baca:
Piknik Lagi di RRREC Fest in The Valley 2017]
Sudah Resmi Dibuka dan Ada Harga Tiket Masuk
Gerbang Wisata Alam Hutan Damar yang di belakang itu. Kalau bangunan yang
ada parabola dan mobilnya itu rumah warga. Aslinya kalau lihat pintu
gerbang dan deretan gutan damar di sampingnya tuh cakep banget, lho. Lain
kami saya mau coba videoin, ah.
Katanya sekarang sudah dikenakan htm sebesar Rp8500,00 per orang.
Netizen tersebut bilang htm segitu kemahalan. Apalagi cuma ada sedikit
pilihan spot foto.
Mahal murah memang relatif. Tapi, saya sebetulnya gak peduli dengan
jumlah spot foto. Karena seperti yang saya ceritakan di awal, saya
kurang menyukai tempat wisata yang seperti itu.
Tetapi, kalau suatu saat saya berhasil ke penangkaran elang. Apalagi
sampai suka dengan tempatnya. Menurut saya harga tiket segitu termasuk
murah. Gak sampe Rp10ribu. Lagipula, tempat wisata kan juga butuh dana
untuk biaya operasional.
Lokasi Konservasi yang Lumayan Jauh
Saya pun menemukan komen salah seorang netizen tentang lokasi
konservasi yang lumayan jauh. Katanya kasihan kalau yang bawa anak
karena kejauhan.
(Sekali lagi) saya gak tau sejauh apa. Tetapi, ada baiknya memang pilih
outfit yang tepat. Pakai pakaian kasual yang menyerap keringat. Alas
kaki pun sebaiknya pakai sepatu kets. Lebih bagus lagi yang khusus
trekking/hiking. Kecuali kalau Sahabat KeNai memang sekadar ingin
menikmati wisata alam Hutan Damar sekalian foto ala instagramable. Lebih
bebas deh pakaian dan sepatunya.
Belum Ada Warung Makan
Itu kata salah seorang netizen. Tapi, seingat saya, di area parkir ada
beberapa warmindo (warung makan indomie). Entah sekarang udah gak ada
atau ingatan saya yang salah.
Pada saat kami ke sana juga ada beberapa rombongan keluarga yang piknik
dengan bawa bekal. Saya gak tau, setelah tampat wisatanya dibuka resmi
masih boleh atau enggak. Pastinya kebersihan harus tetap dijaga, ya.
Jangan sembarangan buang bungkus bekas makanan atau minuman. Kalau pun
gak terlihat tong sampah, jangan jadi alasan buat ngebuang di mana
aja.
Jalur Lain Menuju Kawasan Wisata Hutan Damar Cimungkad
Kami ke sana dengan konvoy 4 motor. Sebelum berangkat, suami sempat
ngobrol dengan beberapa orang crew Tanakita. Katanya ada jalan
alternatif lewat Danau Situgunung. Tetapi, memang lebih jauh.
Ternyata ada netizen yang udah pernah mencoba. Jaraknya sekitar 6,5 km
dari Danau Situgunung. Jalan melalui hutan dengan waktu tempuh 3,5 jam.
Hmmm ... Kayaknya saya naik motor aja, deh hehehe.
Nomor-nomor tersebut adalah beberapa tempat wisata di Situgunung
Kawasan Wisata Alam Hutan Damar dan Pusat Pendidikan Konservasi Elang
Jawa memang masih masuk kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sama dengan Danau Situgunung, Suspension Bridge, dan lain-lain.
Jadi, ingat di hari pertama kami ke sana, teman suami pernah
menceritakan beberapa tempat wisata TNGGP. Beberapa sudah jadi. Sisanya
masih tahap pembangunan
Dalam perjalanan pergi dan pulang, kami beberapa kali berpapasan dengan
pesepeda. Kelihatannya bukan warga sekitar. Karena menggunakan sepeda
khusus lintas alam. Juga berpakaian ala pesepeda. Jalurnya memang mearik
juga untuk sepedaan.
Belum ada angkutan umum untuk menuju tempat wisata Hutan Damar.
Pilihannya memang membawa kendaran pribadi. Bisa motor, mobil, atau
sepeda. Tetapi, setahu saya, angkot di sana bisa dicarter. Karena kami
kalau camping di Tanakita selalu carter angkot dari stasiun meskipun
sekarang udah ada mobil online.
Keke dan Nai kecil selalu antusias kalau diajak naik angkot ke
Tanakita. Karena mereka gak pernah naik angkot. Jadi tiap kali diajak
camping, ngangkot selalu jadi bagian yang ditunggu. Apalagi Nai yang
seneng banget duduk di dekat pintu. Bikin salah satu dari kami harus
megangin dia sepanjang jalan supaya gak 'terlempar' ke luar kalau
jalanannya jelek.
Saya lihat di beberapa review, udah mulai ada petunjuk jalan. Jadi,
mudah-mudahan gak nyasar kayak kami. Kalaupun masih nyasar juga, coba
dinikmati aja. Lumayan banyak pemandangan bagus yang menyegarkan mata.
Mudah-mudahan dikunjungan berikutnya bisa mengunjungi Pusat Pendidikan
Konservasi Elang Jawa
Pastinya saya masih ingin datang lagi karena tujuan utama belum
tercapai. Katanya kalau ingin tau tentang Elang Jawa, wajib banget
datang ke sini. InsyaAllah, bisa terwujud. Mudah-mudahan waktunya dan
kondisinya pas.
Perhatikan Jam Operasional yang Berbeda
Sampai Tanakita, langsung makan siang. Lanjut leyeh-leyeh. Mau balik ke
tenda keburu hujan deras
Kalau lihat dari Google Maps, katanya Hutan Damar ini buka 24 jam
setiap hari. Kalaupun bener informasinya, saya sarankan ke sana mulai
pukul 7 pagi hingga 4 sore. Penerangannya belum bagus. Ngapain juga
gelap-gelapan? Ya, kecuali memang ada tujuan khusus, misalnya
camping.
Tetapi, di sana belum ada camping ground. Saya pernah membaca berita di
salah satu portal berita, Hutan Damar ini juga akan dijadikan kawasan
healing forest. Nah, saya belum tau seperti apa bentuknya. Apakah akan
ada tambahan fasilitas lain atau tidak?
Kalau untuk saya, menikmati hutan damar yang sunyi udah semacam
healing. Tenang rasanya menikmati kesunyian di udara yang sejuk. Sebelum
kembali merasakan keriuhan suasana kota dan dikejar deadline hahaha!
Sedangkan kalau Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa, buka setiap
hari dari pukul 8 pagi hingga 4 sore. Tapi, saya juga sempat baca ulasan
salah seorang netizen. Katanya saat dia ke sana, semuanya tutup.
Termasuk toiletnya pun tutup.
Hayo ini bacanya apa? Hehehe
Hutan Damar
Kampung Ciparay, Kec. Kadudampit
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat 43153
Phone 088224804003
30 Comments
Waah menarik. Aku cari2 infonya dulu deh, jangan sampe pas kesana malah tutup.
ReplyDeleteSbnrnya yg tanakita aja udh lama masuk bucket listku mba, tapi blm sempet2 kesana. Sejak baca tulisan mba Myra yg lama2 ttg camping di sana, udh tertarik. Kayakny ini yg suasananya memang kemping banget tapi bersih.
Nah kalo ntr jadi kesana, baru deh sekalian ke kawasan elangnya. Pengen nunjukin anak2 juga.
Mereka sendiri pernah ikutan trekking yang lebih ribet medannya, jadi kalo liat foto di sini, kayaknya kawasan menuju elang masih aman sih
Kalau lihat jalurnya yang tangga berbatu memang kelihatannya aman medannya. Hanya saya belum tau sejauh apa trek yang tertata tersebut. Mudah-mudahan aja sampai ke tempat penangkaran.
DeleteKeren alamnya, pohonnya rapat benar-benar hutan.Banyak yang bisa dilihat , dirasakan dan sehat karena jalan kaki
ReplyDeleteIya, Mbak. Bener-bener seger kalau main ke sana.
DeleteSejak Covid udah gak pernah jalan-jalan ke alam terbuka lagi, baca perjalanan wisata ini jadi kepengen juga, tapi kayaknya milih jalur yang landai-landai dulu aja deh, soalnya anak masih 8 tahun, kalo capek dah ga kuat gendongnya hhaha...
ReplyDeleteHihihi Memang harus siap pake tenaga ektra kalau masih ada anak kecil :D
DeleteAku juga ngga suka spot wisata yg dikasi gambar love love gituu
ReplyDeleteHadeehh kesannya fake bgt ya mba.
Mupeng k sini euyyy
Sangat alamiii bangett
Seru banget ini mak Chi perjalanannya, terus aku sih salfok sama si kucing yang nempel aja itu. heheheheee... Aku nih pengin juga nyobain liburan bersama keluarga seperti ini, karena kita belum ada yang pernah jadi penasaran.
ReplyDeleteSeru banget menjelajah hutan damar. Apalagi bagi anak2. Capek gak berasa dan dapat ilmu baru juga
ReplyDeletesetuju sih aku sama tempat wisata yang viral dan instagramable bikin males didatangin karena begitu ramai dikunjungi jadi kurang bisa menikmati
ReplyDeleteIh seruuuuu makchiii, ku dulu seneeng bolang gini tapi smenjak jd emak blm pernah lagi 😁. itu ucingnya nurut yaa. Alhamdulillah toiletnya nggak tutup ya bisa dipakai. Moga bisa ke tkp nya yg mba chi mau ya, aku pnasaran jg kalau kayak gini udah menyusuri dari bawah.
ReplyDeleteTapi iya kayaknya datar aja padahal nanjak
mbak nyeberang jembatan gantung malam hari apa nggak gemeteran? hehe. sayang ya ini masih belum banyak fasilitasnya hutannya padahal menurutku murah lho tiket masuknya
ReplyDeleteJadi kangen jaman muda suka mengeksplor alam begitu. Jalan nanjak turun, libas semua.
ReplyDeleteWah, semoga next time bisa ke situ lagi ya, Mbak. Biar bisa melihat konservasi Elang Jawa. Kayaknya menarik juga.
Tempatnya bagus banget. Emang ya kalo tempat begini jarang banget ada warung makannya. N itu bikin pengunjung jd malah suka masak2 disana. Kr .enak aja Deket alam.hihi
ReplyDeleteIdeem mbak gak suka kalau alam yang udah bagus dikasi hiasan buat instagrammable. Tapi kalau misalnya cuma pondok2an buat neduh gk cat warna-warni keknya gpp hehe.
ReplyDeleteWah baru tahu ada konservasi elang jawa di sana. Sekarang pasti udah jadi bangunannya ya.
Lha padahal 8500 pd mampu kenapa dianggap mahal yaaa, kan mereka dapat ilmunya jg hehe. Bandingin dgn taman bermain modern yang masuknya ratusan ribu huwaaa.
Wah seru jalan-jalannya mbak
ReplyDeleteBerkunjung ke wisata alam seperti ini membuat kita rileks sejenak ya mbak
Melepaskan semua penat yang ada
Baca tiket seharga 8500 mahal, duh mau murahnya seberapa sih? kalau menurut saya segitu udah murah loh apalagi ini kawasan wisata alam ya, tetap saja butuh dana operasional
ReplyDeleteSeru banget main ke hutan, asal hutannya aman ya. Hutan konservasi sih udah kayak hutan wisata ya. Adem dan tenang.
ReplyDeleteSepakat banget mbak, tarif 8500 emang bisa dibilang relatif yaa, mungkin bagi warga sekitar kemahalan, bagi wisatawan mungkin kemurahan ya. apalagi ini hutan konservatif, bisa jadi ini untuk biaya pemelihraan juga masih jauh dari besar. jadi pengen ke sini deh, makasih dah disediain mapsnya segala, jadi kalau mau ke sini gampang nyarinya.
ReplyDeleteAsyik banget tempatnya, Mbak. Aku suka banget sama pepohonan di hutan yang tampak rapi berjejer. Kalau spot instagramable aku pun nggak terlalu minat, soalnya selain selalu ramai, aku nggak bisa pose-pose cantik gitu. Jadi ngapain lah foto, haha. Dan wow, menyeberang jembatan gantung pada malah hari terdengar mengerikan tapi juga penasaran kayak gimana haha.
ReplyDeleteFoto terakhir bacanya : Makasih ya udah mau jadi sahabat aku :P
Moci tau keluarga yang baik dan bisa menyayanginya. Jadi diikutin terus sepanjang perjalanan. Beneran membaca kisah kak Chi, rasanya lelah. Huhu... itu tanjakan yakin bikin ngos-ngosan juga tuh.. menuju ke Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa.
ReplyDeleteTulisan di papan hurup arab itu, Makasih udah jadi sahabat alam, bener gak ya?
ReplyDeleteAku pernah lihat kalo gak salah Medina Kamil camping dengan keluarga dan teman-temannya di dekat konservasi Elang Jawa. SOalnya dia bilang letaknya masuk dalam kawasan THGP gitu. Entah bener yang hutan damar ini atau tidak, tapi emang tempatnya waktu itu sepi dan sebelum pandemi juga kayaknya.
Aku lihat foto di hutan damar kok jadi pengen juga camping di sana, tempatnya adem, tenang gitu ya mba
perjalanannya seru pisaaan Chi... dan serasa adventure banget ya hehehe. tempatnya memang cakep tapi sepertinya trackingnya lumayan. Main ke NZ Chi, kalau suka hiking, ini surganyaaa
ReplyDeleteBagi saya, wisata alam tu aktivitas yang paling memukau dan membekas untuk selalu dikenang.
ReplyDeleteWah bisa dibayangkan kalo sampai kehabisan bensin ya. Masak iya mau nuntun mobil, hahahaha
vibes alamnya terasa banget di dukungan dengan tulisan mba jadi seolah olah ikut main di alam juga. Jadi rindu main di alam
ReplyDeleteSelalu seru deh petualangan jalan-jalan KeNai ini
ReplyDeleteaku juga ga terlalu suka kalau liat ada spot foto "instagrammable" yang ada sayap atau hati! Huh! Monmaaappppp sepertinya kok jadi kondangan di kampung sebelah hiks hiks
untuk ke penangkaran elang, semoga ke depan semakin diperhatikan Pemda ya Chi
penasaran dengan konservasi elang Jawa tapi mikir lagi yah kalau dibilang jauh oleh petugasnya. Nah jauhnya ini seberapa jauh dan kondisi di sana seperti apa. Eh tapi kalau terlalu dekat dengan tempat foto-foto tadi malah khawatir ganggu si elangnya.
ReplyDeletetrus si kucing unik banget deh ngikut dari awal hingga akhir semacam guide gitu kali yaa. Kalau tersesat barangkali dia bakal menunjukkan jalan. heheh
Pengalaman menarik bisa mengunjungi konservasi damar dan elang. Tulisan di belakang keren, begitu bermakna dengan disajikan memggunakan tulisan lain. Makasih udah menjadi sahabat aku. Ngena banget
ReplyDeleteSemoga sekarang penangkaran elangnya udah dibuka, dan banyak pilihan kulinernya ya. Sehingga yang gak bawa makan dari rumah bisa menikmati kuliner di sana
ReplyDeleteSelalu jatuh cinta dengan koleksi foto trip dengan banyak pohon rindang. Sejuknya berasa, walau cuma lihat-lihat foto saja.
ReplyDeleteSemoga di kunjungan blog berikutnya, bisa nyimak keseruan dari akhirnya menemukan Konservasi Elang Jawa-nya. Makin seru lagi, kalau jadi punya koleksi foto dimana salah seekor elang bisa nangkring manja di lengan kita.
Berasa super seru sendiri. Yay!
Terima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)