Tradisi 'Ngunduh Mantu' di Malaysia: Resepsi Pernikahan yang Tertib dan Akrab

keluarga besar berfoto bersama pengantin dengan latar belakang dekorasi bunga

Setelah menggelar akad dan resepsi di tanah air, kami berkesempatan merasakan Tradisi 'Ngunduh Mantu' di Malaysia. Resepsi pernikahan di Petaling Jaya ini memberikan perspektif baru. Lupakan sejenak resepsi yang kaku, karena di negeri jiran segalanya diatur jauh lebih tertib dan terasa akrab seperti pertemuan keluarga. Mulai dari pengaturan jam kedatangan, sambutan orang tua di pintu masuk, hingga pengantin yang bebas menyapa tamu. Semua elemennya unik dan menarik. Seperti apa detail yang membuat resepsi pernikahan di Malaysia ini istimewa?

Untuk acara Ngunduh Mantu di Petaling Jaya, kami tidak perlu repot menempuh jarak jauh. Dari Siti Homestay, lokasi acara berada persis di kompleks yang sama, sebuah kemudahan yang sangat disyukuri. Resepsi digelar di Dewan Pertemuan, sebuah venue yang, secara fisik, mengingatkan saya pada gedung olahraga (GOR). Namun, jangan salah, di balik tampilan sederhana itu, tersimpan suasana pernikahan Malaysia yang hangat, teratur, dan penuh keakraban yang akan segera kami rasakan.

Artikel ini bukan bermaksud untuk mengeneralisir. Karena saya sebetulnya tidak tau apakah resepsi pernikahan di Malaysia sama seperti di Indonesia atau gak, di mana setiap daerah punya tradisi masing-masing.


Semakin Banyak Keluarga Besan yang Datang, Semakin Merasa Dihargai


keluarga duduk di meja tamu undangan resepsi pernikahan di dewan pertemuan malaysia
Alm Papah saya dan cucu-cucunya


Suami sepupu saya bilang kalau di Malaysia, tuan rumah akan merasa dihargai bila keluarga besan datang dalam jumlah banyak. Semakin banyak, semakin merasa dihargai. Mungkin itu juga saat pernikahan di BSD, rombongan keluarga dari Malaysia datang dalam jumlah yang banyak

Sayangnya, kami tidak bisa membalas dengan jumlah yang sama. Setengahnya pun rasanya gak ada. Tentu saja kami gak ada sedikit pun maksud untuk tidak menghargai. Tetapi, ada beragam alasan yang membuat keluarga besar sepupu saya berhalangan hadir.


Dari pihak om saya, mayoritas keluarga besarnya berprofesi guru. Pada saat yang bersamaan, di Indonesia sedang masa UTS. Keke dan Nai juga sedang UTS, tapi boleh ikut ujian susulan. Kalau guru tentu sulit mendapatkan izin cuti saat ujian sekolah sedang berlangsung.

Ada juga keluarga yang anaknya autis. Sangat takut berhadapan dengan kamera sehingga selalu gagal membuat paspor. Gak mungkin anaknya ditinggal. Akhirnya sekeluarga batal hadir.

Kalau dari keluarga besar tante yaitu keluarga besar saya juga hanya sebagian yang bisa hadir. Kebanyakan gak tinggal sekota. Jadi, ketika pernikahan di BSD sudah cuti kerja. Sulit mendapatkan cuti lagi. Lalu ada pula kejadian sekeluarga paspor kerendam cucian. Jadi yang ikut pun semakin sedikit.

Silakan baca: Drama Menuju Ngunduh Mantu di Malaysia

Alhamdulillah, teman-teman tante dan sepupu saya pada datang. Jadi lumayan menambah rombongan dari Indonesia. Bersyukur juga keluarga Malaysia mengerti kondisi kami.


Pengaturan Waktu Undangan


suasana resepsi pernikahan di dewan pertemuan malaysia tamu undangan duduk makan bersama

Saya terheran-heran saat melihat waktu resepsi pernikahan. Dari pagi sampai sore! Sepintas kayak resepsi pernikahan di Indonesia kalau diadakan di rumah. Bisa seharian, bahkan sampai malam.

Tapi, ternyata ada bedanya. Walaupun undangannya seharian, ternyata ada pengaturan waktunya. Bahkan pengantinnya juga gak datang dari pagi.

Kami sebagai besan diminta datang pukul 1 siang. Uniknya pengantinnya pun datangnya bersama kami. Pagi hari hanya dihadiri oleh keluarga besar dari tuan rumah. Kalau siang untuk tetangga dan lain sebagainya.

Berarti yang diundang pagi gak ketemu dengan pengantin. Saya gak tau persis alasannya. Tapi, kalau kata sepupu saya malam sebelum resepsi, seluruh keluarga besar pengantin pria pada datang ke rumah yang punya hajat. Jadi, mungkin karena itu acara pagi gak perlu dihadiri pengantin.


Menerima Tamu Tidak di Pelaminan


keluarga inti menyambut tamu undangan di pintu masuk dewan resepsi pernikahan malaysia
Orang tua dan salah salah seorang adik suami sepupu saya sedang berbincang-bincang dengan tamu yang datang


Saya juga sempat heran ketika melihat deretan nomor telpon di undangan. Semakin heran lagi karena nama-nama contact person yang tertulis di sana adalah milik kedua orang tua dan adik-adik suami sepupu saya. Lha, memangnya selama resepsi masih bisa telponan? Terutama bagi orang tua.

Ternyata, di sana yang menjadi penerima tamu itu justru orang tua dan saudara kandung mempelai. Mereka akan menyambut para tamu dengan suasana penuh keakraban. 

Tamu yang datang saling sapa dan ngobrol dulu dengan yang punya hajat di pintu masuk. Bahkan bisa saling ngobrol juga dengan sesama tetangga atau kerabat. Tidak ada batasan waktu untuk mengobrol.

Jadi tamu tidak sekadar isi buku tamu, masukin angpau ke dalam kotak, terima souvenir, kemudian masuk ke dalam. Ketemu pengantin dan orang tuanya di pelaminan. Itu pun cuma salam-salaman atau menyapa ala kadarnya.


tamu undangan datang dengan mobil dan disambut di luar gedung resepsi pernikahan malaysia
Tuan rumah menyambut kedatangan tamu undangan


Pantesan aja di undangan tertulis nomor telpon contact person. Salah satu tujuannya untuk berjaga-jaga siapa tau ada tamu yang gak tau alamatnya. Etapi, saya gak tau di sana ada tradisi kasih angpau atau enggak. Gak melihat kotaknya juga.

pengantin pria dan wanita melayu duduk di pelaminan dikipasi oleh dua orang dewasa
Yang bertugas ngipasin pengantin bukan bocah-bocah, tetapi orang dewasa


Pelaminan tetap ada. Tetapi, hanya dipakai untuk sesi foto bersama. Pantesan aja sepupu saya cerita kalau mertuanya sempat gelisah ketika tau harus berada di pelaminan selama 2 jam saat pernikahan di BSD. Rupanya di sana kebiasaannya gak seperti itu. Jadi mungkin merasa gak leluasa bergerak. Kalau di pelaminan 'kan paling cuma salaman. Ngobrol gak bisa lama-lama seperti kayak di Malaysia hehehe.


Jamuan Makan Sampai Kenyang


meja makan utama keluarga besan di depan pelaminan resepsi pernikahan malaysia
tamu undangan resepsi pernikahan malaysia makan bersama di meja bundar

"Kebalikan banget sama waktu resepsi di BSD deh, Teh. Waktu itu Ghea sampai kelaparan di atas pelaminan karena cuma sempat makan sedikit. Giliran sekarang malah kenyang banget," ujar sepupu saya.

Setelah rombongan pengantin dan keluarga kami masuk ke dalam gedung, dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan. Usai sambutan dan pembacaan doa, kami menunggu MC memanggil untuk foto bersama.

Setelah selesai foto bersama, saatnya makan siang. Di meja utama untuk pengantin, orang tua sepupu saya, dan anggota keluarga kami yang dituakan.


dua pria berbatik duduk di meja makan saat resepsi pernikahan di malaysia
Akhirnya sepupu saya yang mengalah hehehe


Jumlah laki-laki yang dituakan di keluarga kami kurang 1 orang. Membiarkan kursi kosong juga rasanya gak enak dilihat. Kami sempat saling tunjuk, siapa yang mau duduk. Akhirnya sepupu saya bersedia. Tepatnya mengalah sama kakak-kakak sepupunya hehehe.

hidangan makanan disajikan di meja bundar tamu resepsi pernikahan di malaysia
hidangan nasi lauk pauk dan buah buahan dalam wadah lingkaran di resepsi pernikahan malaysia

Meja berikutnya adalah meja keluarga untuk besan. Setelah itu baru meja untuk para tamu undangan lainnya. Orang tua dan keluarga inti tetap menjadi penerima tamu. Kalaupun ada keluarga dari pihak yang punya hajat terlihat makan bersama, bergabungnya sama meja untuk tamu lainnya.

Di sini semuanya mendapatkan tempat duduk. Jadi gak ada satupun yang makan dan minum sambil berdiri. Menyenangkan kalau bisa makan dan minum seperti ini. Ya mungkin itu juga alasan ada pengaturan jam undangan. Supaya semua tamu dapat tempat duduk.

Untuk makanan, perbedaannya ada di penyajian. Di meja utama dan keluarga besan, makanan sudah dihidangkan di meja. Sedangkan untuk tamu undangan, mengambil makanan sendiri di meja prasmanan.


pramusaji melayani makanan spesial di meja utama resepsi pernikahan malaysia
Selalu ada pramusaji yang melayani di meja utama
hidangan spesial udang besar dan buah nanas di meja utama resepsi pernikahan malaysia
Hidangan ini hanya ada di meja utama


Di meja utama, juga ada pramusaji yang khusus melayani. Menyajikan makanan ke piring, jadi tinggal makan aja. Sama ada hidangan spesial yang gak ada di meja lain.

Tetapi, di meja keluarga juga akhirnya kebagian karena masih ada sisanya. Makanya sepupu saya sampai bilang kekenyangan. Jumlah makanan yang disajikan memang cukup banyak.


tamu mengambil makanan prasmanan di area jamuan resepsi pernikahan di malaysia
Hidangan untuk tamu undangan lainnya berupa prasmanan
pengantin wanita dan pria menyapa tamu undangan yang datang ke resepsi pernikahan

Bagaimana bila ada tamu undangan yang ingin bersalaman saat pengantin sedang makan?

Gak masalah, sih. Ada juga yang nyamperin dan tetap disambut. Tetapi, saya lihat jarang yang seperti itu. Kebanyakan ikut makan bersama. Selesai makan, pengantin yang jalan kesana-sini, menghampiri para tamu. Sesekali aja naik lagi ke pelaminan untuk sesi foto bersama.


Bunga Telur, Souvenir Tradisional yang Mulai Ditinggalkan


bunga telur merah dan perak hiasan souvenir pernikahan tradisional melayu malaysia
buatkan alt text (huruf kecil, spasi antar kata, tanpa strip) dan title text (kapital awal kata, pakai strip) dari foto ini untuk https://www.jalanjalankenai.com/2019/12/resepsi-pernikahan-di-malaysia.html

Nenek suami sepupu saya menginginkan souvenir bunga telur di pernikahan cucunya. Souvenir ini berupa telur rebus yang dihias menjadi seperti bunga. Nantinya souvenir ini akan diberikan kepada keluarga dan tamu yang dianggap spesial. Sedangkan untuk tamu lainnya mendapatkan telur rebus yang dimasukkan ke dalam tas kecil

Bunga telur melambangkan kesuburan. Harapannya, setiap tamu yang diberikan bunga telur akan mendoakan pasangan pengantin agar segera dikaruniai anak.

Bunga telur ini merupakan tradisi lama yang sudah mulai jarang. Katanya sih penyebabnya karena sulit merebus telur dalam sekali waktu tanpa ada yang pecah. Karena kalau pecah, telur rebusnya gak akan bertahan lama. Sehingga bisa langsung dianggap gagal semuanya.

"Bayangin, Teh. Merebus 2500 butir telur sekaligus dan gak boleh ada yang pecah. Deg-degan banget!" ujar sepupu saya


berbagai macam souvenir dan makanan ringan pernikahan tradisional bunga telur kue ikan dan rambut nenek

Para tamu tidak hanya mendapatkan bunga telur. Kami juga mendapatkan permen, kue ikan (ini rasanya kayak bolu), ketan kuning, dan rambut nenek (gulali tepung). Saya lupa menanyakan apakah ada makna dari semua souvenir ini seperti bunga telur.

close up manisan rambut nenek atau gulali tepung dalam wadah plastik
Rambut nenek


Saya suka banget dengan tepung gulali. Kalau saya menyebutnya rambut nenek karena warnanya yang putih demngan tekstur halus seperti rambut nenek-nenek. Tetapi, ada juga yang bilang manisan kumis naga. Ini mengingatkan saya dengan jajanan zaman masih SD. Ada yang suka jualan dekat rumah.  Dulu, saya sering beli.

Sekarang, saya gak pernah lihat yang jualan gulali tepung. Kalau saya browsing tentang rambut nenek, selalu dapatnya gulali yang pakai kerupuk. Padahal bukan itu yang saya mau. Makanya saya seneng bisa puas banget makan camilan ini di sana.


Persamaan dengan Resepsi di Indonesia


hiasan kembang kelapa atau bunga manggar ungu dan putih di pintu masuk resepsi pernikahan malaysia

Namanya juga negara serumpun, adanya persamaan bisa saja terjadi. Saat tiba di lokasi acara, saya melihat hiasan seperti kembang kelapa (manggar) yang biasa ada di adat pernikahan Betawi.

Di sana juga disebutnya bunga manggar. Setahu saya kalau di Betawi, kembang kelapa bermakna kemakmuran. Harapannya, rumah tangga pengantin akan makmur dan mendapatkan banyak manfaat seperti pohon kelapa. Saya lupa menanyakan makna bunga manggar ini kalau di Malaysia. Bisa jadi memiliki makna yang sama.

Sepertinya tidak ada seragaman di pernikahan Malaysia. Sejak acara lamaran, akad dan resepsi di BSD, hingga acara di Kelana Jaya, pakaian dari keluarga Malaysia ya sama aja. Untuk laki-laki memakai baju Melayu. Sedangkan yang perempuan baju kurung. Warnanya pun bermacam-macam alias gak senada. Begitupun dengan motif baju kurungnya. Paling pas resepsi di Malaysia, saya melihat keluarga inti suami sepupu saya mengenakan warna yang seragam.


pasangan pengantin melayu dan dua kerabat berfoto di pelaminan dekorasi bunga merah muda
Om saya mengenakan Teluk Belanga


Keluarga kami saat resepsi di Malaysia juga tidak menggunakan seragam. Kalaupun om saya terlihat menggunakan baju yang sama seperti keluarga besan, itu karena beliau orang Bangka. Beliau ingin mengenakan Teluk Belanga di hari pernikahan putrinya.

Sepupu saya ini anak satu-satunya yang masih hidup. Waktu acara di BSD 'kan kami menggunakan adat Sunda. Adat dari keluarga besar saya. Makanya di Malaysia, om saya ingin mengenakan pakaian khas Bangka di hari spesial putrinya.

Silakan baca: Drama Kamar Mandi di Hotel POP, BSD City


pengantin pria melayu menyapa dan mengobrol dengan tamu di meja makan resepsi

Para tamu yang hadir juga gak semuanya berpakaian formal. Malah saya lihat banyak yang mengenakan kaos oblong dan jeans. Memang suasananya terasa santai dan penuh kekeluargaan.

grup musik tradisional caklempong atau talempong tampil menghibur tamu resepsi pernikahan

Sepanjang acara, para tamu dihibur dengan musik caklempong. Kalau di Minangkabau ini kesenian talempong. Beberapa lagunya pun cukup familiar dengan kami.

Acara resepsi masih berlangsung hingga sore. Tetapi, kami hanya sekitar 2 jam saja di sana. Terik aja udara siang itu. Sampai homestay langsung beli air kelapa dan ngadem di rumah. Sorenya baru lanjut ngemall.

Silakan baca: Siti Homestay Kelana Jaya, Penginapan Nyaman untuk Muslim

Baidewei, saat resepsi diselenggarakan, ada salah seorang YouTuber Malaysia yang meminta izin untuk meliput. Oleh keluarga suami sepupu saya dizinkan dengan syarat kalau videonya sudah jadi jangan langsung dipublish untuk publik. Kalau keluarga merasa sreg dengan hasilnya baru boleh dipublish. Dan inilah video resepsi pernikahan sepupu saya di Malaysia.




Singkat kata, pengalaman menghadiri Tradisi 'Ngunduh Mantu' di Malaysia ini benar-benar berkesan. Seluruh prosesnya, mulai dari jamuan makan yang teratur hingga penerimaan tamu oleh keluarga inti, membuktikan bahwa resepsi pernikahan bisa digelar secara tertib namun tetap terasa begitu akrab dan personal. Ini adalah model perayaan yang sangat mengutamakan kenyamanan tamu dan kehangatan keluarga.

Bagaimana menurut Sahabat KeNai? Apakah konsep resepsi 'Ngunduh Mantu' yang tertib dan akrab ini cocok diterapkan di Indonesia? Atau memang sudah ada di beberapa daerah? Yuk, bagikan pendapat Sahabat KeNai di kolom komentar!

Post a Comment

30 Comments

  1. Ya Alloh serunya pernikahan di negeri Jiran, keluarga benar2 mempersiapkan sedwmikian rupa. saya cuma kebayang brp dananya 😷
    .
    Salam sehat dan sukses selalu Amin

    ReplyDelete
  2. Asik banget sih resepsi kaya gini. Lebih terasa akrab dan kekeluargaan ya mbak. Jadi bisa lebih terasa sakral..

    ReplyDelete
  3. Aku ko ngeliat nya jadi kaya suasana lebaran beserta keluarga besar ya..akrab aja gitu. Udah gitu yang menerima tamu didepan itu adalah keluarga sendiri (mempelai) jadi terkesan menyambut hangat tamu yang hadir sebab langsung oleh si empunya acara

    ReplyDelete
  4. Punya teman juga yang nikah sama Warga negara Malaysia, seru si prosesi pernikahannya. Adat melayu kental banget, jadi nambah wawasan tentang upacara adat pernikhan dari negara lain. nah artikel ini jadi mengingatkan saya lagi kak mantul

    ReplyDelete
  5. Walaupun aku orang Palembang, tapi impianku nikah nanti ya maunya pakai adat melayu kayak gini haha. Ntah kenapa dari dulu suka aja. Kesannya sakral, simpel namun tetap ngena. Sampe utarakan di twitter dan ada temen dari sana yang bilang, "nanti kalau nikah kabari, aku kirimin baju melayu buat kamu." Hasek!

    ReplyDelete
    Replies
    1. AAAMIIIIN

      Ikut meng-amin-ka Yayan, semoga diijabah ya
      Karena seruuu banget euy, nikahan kayak begini :D

      Delete
  6. Acara nikahannya ada mirip-mirip tapi juga nggak mirip ya.
    Aku suka bagian keluarga inti menyambut tamu dan pengantinnya bisa bebas berjalan-jalan menyapa tamu.
    Pernikahan seperti ini juga beberapa kali aku temui di Indonesia, biasanya kalau yang punya hajat Chinese.
    Biasanya juga kita bakalan duduk bareng dan makan bareng. Bedanya sih, kalo yang di Indonesia cuma dibatasin sekitar 2 jam, nah kalo yang ini sepanjang hari. Tapi, mantennya nggak capek juga yaaa. Seru.

    ReplyDelete
  7. Resepsi pernikahan di negeri Jiran asyik ya mbak, ga monoton jd pengantin nya bisa santai. Ohhh ya kl souvernir bunga telur aku pernah dapat, waktu hadir di resepsi pernikahan teman ku yg org Medan, Mereka pake adat Melayu, Jd ada beberapa tradisi yg sama ya mbak.

    ReplyDelete
  8. Waah seneng sekali ya Mbak Myra bisa menghadiri acara pernikahan sepupu di Malaysia. Bisa tau adat pernikahan di sana. Ternyata di sana lebih santai ya mbak. Gak berdiri berjam-jam di pelaminan. Semua tamu pun dapat duduk saat makan.

    ReplyDelete
  9. Wah...ceritanya runut dan lengkap banget smp aku engga bisa komen. Soale udh jelas. Seneng aja, kerasa akrab krn ortu yg jadi penerima tamu. Bukan among tamu yg deret² pakai seragam.

    ReplyDelete
  10. Mirip-mirip ya ternyata sama di Indonesia, kekeluargaannya juga bagus sekali, tamu benar-benar disambut oleh yang punya hajatan sehingga merasa dihargai.

    ReplyDelete
  11. Asyik banget bacanya. Saya suka nih acara resepsi yang model begini, lebih santai, lebih mengutamakan keluarga, dan nggak kaku. Kayaknya boleh dicoba nih :)

    Lalu yang agak membuat saya heran, souvenir pernikahannya itu barang habis pakai seperti itu? Ya bebas sih sebenarbya, tapi kalau. Sudah dimakan kan langsung hilang :)

    ReplyDelete
  12. Seru ya bisa merasakan budaya negara lain. Saya juga merasa senang saat hadir di acara pernikahan , tamu yang hadir duduk semua tanpa ada yg menyantap hidangan sambil berdiri seperti di solo

    ReplyDelete
  13. Selalu menarik ketika bisa mengalami atau minimal menyimak pengalaman budaya dari negara lain. Meski serumpun, pasti tetap ada perbedaan. Wong yang Jawa Barat sama Jawa Tengah aja udah beda banget. Melihat hiasan tangan seperti itu, mengingatkanku akan "mehndi" di India. Di makanannya juga ada nasi biryani. Apa budaya pernikahan di Malaysia terpengaruh budaya India ya?

    Penyajian makanannya menarik, lebih tertib. Seluruh tamu duduk di kursi dan sudah ada makanan yang tersaji di meja. Nggak rebutan bar-bar kayak resepsi di sini.

    Mbak, alm. papa kamu berkharisma sekali ya, seperti politisi atau negarawan :)

    ReplyDelete
  14. Unik dan mengesankan tradisi pernikahan ini. Tamu dan tuan rumah enggak terlihat kerepotan ya.

    ReplyDelete
  15. Panjang namun ngalir begitu tulisannya. Alhamdulillah selesai dibaca semua haha. Nggak terasa. Enak ya Mbak pengantinnya nggak dipajang di pelaminan jadi bisa bebas gerak dan makan banyak kalau lapar. 😅

    ReplyDelete
  16. setiap negara punay kebiasaan sendiri , dalam suatu negara tiap daerahnya juga berbeda ya

    ReplyDelete
  17. Lain ladang lain belalang, lain tempat lain tradisinya
    Tq infonya, saat baca serasa saya ikut brada di malaysia hehe

    ReplyDelete
  18. Acara pernikahan yang penuh keakraban, membaur antara yang punya hajat dan tamu. Semua menikmati suguhan makanan dan musik tradisional dengan bahagia ya.

    ReplyDelete
  19. Untuk beberapa hal tradisi di malaysia ini mirip dengan beberapa daerah di sumatera. Itu yang saya temukan. Mungkin karena masih serumpun, sesama melayu ya.

    ReplyDelete
  20. Wah, enaknya ada makan bersama. Kalau di Indonesia makan ya tamu tinggal ambil prasmanan ya, malah kasian pengantinnya nggak bisa makan karena harus di pelaminan terus.

    Souvenirnya juga unik sekali. Kalau di Minang juga ada yang ngasih makanan gitu, nasi kuning biasanya. Tapi juga sudah mulai ditinggalkan sih

    ReplyDelete
  21. Mengenal budaya dari berbagai belahan bumi, makin terasa jika Tuhan menciptakan perbedaan sebagai rakhmat agar kita saling mengenal.
    Masya Alloh.
    Pastinya penuh arti mendalam budaya lokal yang tercermin dalam resepsi pernikahan di sana ya mba

    ReplyDelete
  22. Sepupuku juga beberapa ada yang jadi warga negara Malaysia karena lahir di sana . Jadi beberapa kali ibu dan ayah ke sana saat mereka nikah.
    Mungkin karena Medan itu kota Melayu, jadi masih merasa hampir sama semuanya. Termasuk bolu ikan itu .

    Oya, dari Aceh sampe Medan bolu bentuk ikan itu mudah sekali didapat

    ReplyDelete
  23. Lebih asyik gini ya
    Dulu sewaktu nikah konsepnya juga gini
    Saya jalan jalan mendekati tamu dan ngobrol
    Tapi karena banyak yang pingin salaman di pelaminan ya udah nurut

    ReplyDelete
  24. Waww baca ini prngetabuanku soal pernikahan ala melayu makin luas. Berasa imut disana karena tiap detilnya diceritakan dan visualnya cukup menarik. Aku sukka bacanya. Thank you kaka sharingnya

    ReplyDelete
  25. Di Sumatera rata-rata resepsinya begini, dari pagi sampai siang atau malahan pagi sampai jam 8 malam. Tamu yg datang ada jam-jamnya. Cume bedanya gak ada kotak buat amplop aja. Hehehe. Semoga sakinah mawadah warahmah ya mba.

    ReplyDelete
  26. loh terus kalau yg datang pagi, tamunya ketemu siapa donk? kan pengantinnya datang siang. hihi... unik yaaa. jadi makin tau acara nikah di negeri seberang

    ReplyDelete
  27. Seru juga ya bertandang ke negri tetangga. Melihat budaya lain itu selalu menarik. Aku salfok sama menu makanannya mbak, kurang penjelasannya hahaha selalu tertarik sama makanan kalo saya wkwk

    ReplyDelete
  28. Jadi dapat gambaran bagaimana resepsi yang dilakukan di Malaysia. Pelaminannya nggak terlalu waw kayak di Indonesia tapi menarik sekali. Saya suka nih pelaminan yang kayak gitu. Senangnya lagi di gedung acara resepsi ini semua tamu dapat tempat duduk ya, beda sekali dengan resepsi di Indonesia yang mungkin dengan terpengaruh budaya luar jadi sengaja kali nggak disediakan banyak tempat duduk jadi banyak tamu yang terpaksa harus berdiri.

    ReplyDelete
  29. Pengantin perempuan terlihat santai ya, bisa ngobrol bareng tamu dan keluarga. Kalo di Indonesia kebanyakan memang model standing party, dan nggak nyaman. Tapi ada juga yang masih menggunakan model meja seperti ini, kayak warga Chinese, Solo, Kudus, dan Jogja. Semarang juga ada, biasanya permintaan keluarga yang ingin lebih dekat dengan tamu dan undangan juga dibatasi

    ReplyDelete

Terima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)