Pertengahan Maret lalu, saya dan suami mencari ikan koi di
Pasar Ikan Hias Jatinegara. Mamah minta dibeliin sebanyak 10 ekor. Katanya biar kolam gak
sepi.
Beberapa sebelumnya pernah dibawain sekitar 3 ekor. Tapi, gak pada
bertahan. Satu per satu ikannya mati. Memeliharan ikan koi memang agak
susah.
Trus, kenapa tetap ngotot pengen pelihara ikan koi?
Almarhum papah saya penggemar ikan koi. Biasanya setiap akhir pekan,
papah duduk di samping kolam sambil baca koran dan menikmati kopi. Bisa
berlama-lama me time di sana. Makanya tetap dipelihara meskipun papah
sudah wafat.
Papah bikin tulisan begini setelah ikan koi kesayangannya dicuri semua
hehehe
Ikan koi peliharan papah ada lumayan banyak. Sekitar 30 ekoran, lah.
Gemuk dan sehat-sehat. Seru kalau lagi dikasih makan. Pada bergerombol
rebutan makanan. Tapi, menjelang akhir tahun lalu mati semua 😭.
Sebetulnya bukan kejadian pertama ikan koi di kolam habis tanpa sisa.
Beberapa tahun sebelumnya juga ada kejadian. Salah satu pelakunya adalah
kelompok anak-anak dari perkampungan sekitar komplek. Mereka tuh
terkadang iseng aja ngambil. Lihat suasana komplek lagi sepi, ikan
diserokin. Namanya bocil-bocil, terkadang ikannya ditangkap cuma buat
dimainin kalau kata satpam komplek yang pernah mergokin.
Kolam ikan lokasinya di halaman. Dan, rumah kami saat itu gak ada
pagar. Jadi memang mudah banget mengambil ikannya. Bahkan ketika kami
pulang mudik, lupa Lebaran tahun berapa, kolam bener-bener kosong!
Dikuras semua isinya oleh orang gak bertanggungjawab.
Tapi, papah memang penggemar ikan hias. Dari dulu selalu ada ikan di
rumah. Beneran menyejukkan sih kalau ada binatang peliharaan. Gak usah
jauh-jauh buat healing hehehe.
Setelah kejadian ikan Koi dicuri semua, kolam diisi lagi ma papah.
Namanya juga hobi. Udah gitu, papah gak pernah beli Koi dari ukuran yang
udah gede. Tapi, mulai dari kecil hingga sedang. Dirawat banget sampai
ukurannya semakin besar.
Drama Memelihara Ikan Koi
Ikan Koi termasuk hewan yang bisa berumur panjang. Dari beberapa
artikel yang pernah saya baca, rata-rata usianya antara 50-60 tahun. Ada
juga yang sampai 90 tahun. Bahkan ikan koi tertua sepanjang sejarah
berusia 226 tahun.
Tetapi, perawatannya memang harus bener. Gak bisa sembarangan dikasih
makan, menjaga suhu air, kualitas air, dan lain sebagainya. Harus
konsisten disayang dan diurus kalau pelihara Koi gak bisa dicuekin gitu
aja hehehe.
Padam Listrik Total di Jakarta
Jakarta pernah mengalami padam listrik total selama berjam-jam di tahun
2019. Kami ketar-ketir banget dengan nasib ikan Koi. Karena ikan ini
bisa bertahan hidup di lingkungan air dengan kadar oksigen tinggi. Kalau
padam listrik, pompa kolam kan ikut mati. Mana kami gak punya genset.
Memang beberapa orang menyarankan kalau pelihara ikan koi wajib punya genset. Jaga-jaga seandainya terjadi pemadaman listrik. Tetapi, bertahun-tahun pelihara ikan ini, belum pernah sekalipun terjadi pemadaman yang sampai segitu lama. Makanya merasa aman aja.
Memang beberapa orang menyarankan kalau pelihara ikan koi wajib punya genset. Jaga-jaga seandainya terjadi pemadaman listrik. Tetapi, bertahun-tahun pelihara ikan ini, belum pernah sekalipun terjadi pemadaman yang sampai segitu lama. Makanya merasa aman aja.
Besoknya viral berita tentang para pemilik ikan koi yang ikannya pada
mati. Bahkan sampai ada yang menggugat PLN segala karena
listrik padam berjam-jam
mengakibat kematian koi. Entah sampai mana kelanjutan kasusnya. Saya gak
ikutin kelanjutannya. Kami bersyukur, semua ikan masih selamat. Cuma ada
beberapa ekor yang sempat lemas karena kurang oksigen.
Wabah Ikan Koi di Rumah
Sejak papah wafat, mamah lumayan sering menginap di rumah anak
bungsunya. Karena adik saya, kan, baru punya anak. Jadi mamah bantuin
mengurus.
Pernah rumah dibiarkan kosong agak lama. Memang ada asisten rumah
tangga yang bantu-bantu. Tetapi, kalau untuk ikan paling cuma dikasih
makan. Gak pernah diminta bebersih kolam.
Dari dulu selalu papah yang bersihin dibantu sama suami saya. Sejak
papah wafat, suami yang bersihin. Tetapi, saat itu lagi gak sempat
banget. Makanya kolam semakin butek.
Ketika adik saya mengantar mamah pulang, seekor ikan melompat dari
kolam. Pas banget begitu adik membuka pintu mobil.
Ikan koi yang melompat dari kolam bukan sedang beratraksi kegirangan
karena pemilik rumah datang, lho. Tetapi, itu pertanda ada masalah.
Kualitas air yang buruk, ada kutu di tubuh ikan, dan beberapa masalah
lainnya.
Adik saya langsung menghubungi jasa yang mengerti menangani ikan koi.
Sebetulnya suami saya udah biasa ngebersihin kolam ikan. Tetapi, karena
waktu itu ada ikan yang sakit, mending panggil ahlinya aja. Penyebabnya
langsung ketahuan yaitu kualitas air yang buruk karena udah lama gak
dibersihin. Ada 3 ekor ikan yang terkena wabah. 2 ekor bergejala ringan,
seekor lagi gejalanya agak berat.
Solusinya sama lah kayak
pandemi
COVID-19 ini. 3 ekor ikan yang terkena wabah harus diisolasi. Kami
menyiapkan 2 jolang (ember besar yang biasa dipakai untuk mencuci baju).
1 jolang untuk yang gejalanya ringan. 1 lagi untuk yang berat.
Selama masa isolasi, ikan yang bergejala berat harus ditutup jolangnya baru
bisa tenang. Kalau enggak loncat ke luar terus.
Setiap jolang dikasih pompa udara. Bahkan tempat isolasi untuk yang
bergejala berat harus ditutup. Karena ikannya loncat melulu. Kasihan
jadi jatuh ke lantai dan menggelepar terus. Ikan-ikan yang sehat, tetap
di kolam yang tentunya sudah dibersihkan.
Masa isolasi beda-beda. Ada yang cuma sekian hari udah sembuh. Tetapi,
ada yang sampai 2 minggu. Harus bener-bener sembuh dulu baru bisa
kembali ke kolam. Supaya gak nularin penyakitnya ke yang lain. Ikan-ikan
Koi kami ternyata pengen merasakan suasana pandemi juga hihihi.
Baidewei, ikan yang bergejala berat ini sempat ditawar sama orang
yang bersihin kolam, lho. Dia menawar dengan harga Rp2 juta.
Menggiurkan banget, ya! Ikan yang sakit aja masih bisa dapat harga
segitu. Apalagi yang sehat.
Tapi, kami menolak penawaran tersebut. Karena itu ikan-ikan kesayangan
almarhum. Mamah pengen tetap memelihara ikan tersebut.
Ikan Koi Mati Semuanya
Foto terakhir sebelum semuanya mati. Hiks!
Gak pernah punya foto yang bagus. Karena memang gak kepikiran bakal
kejadian begini.
Menjelang akhir tahun, mamah kembali menginap lumayan lama di rumah
adek. Kolam pun kembali kotor. Saya dan suami datang ke rumah mamah untuk
ngebersihin kolam.
Awalnya berjalan lancar. Ketika air bersih dimasukkan ke kolam,
tiba-tiba satu per satu ikan koi mengambang. Mati!
Padahal ya udah ikutin aturan. Kalau bersihin kolam ikan, airnya gak
boleh dikuras semua. Jadi meskipun udah sangat kotor, tetap harus
disisain sekitar 1/3 atau 1/2. Kalau enggak katanya bikin ikan koi jadi
kaget dengan perubahan suhu. Fatalnya bisa mengakibatkan
kematian.
Tetapi, kami beneran gak nyangka bakal secepat itu kejadiannya. Udah
macam Thanos yang tinggal menjentikkan jari, trus langsung pada tewas.
Gak ada satupun yang selamat.
Saya jadi ingat penawaran harga ikan koi kami yang sakit waktu itu.
Kalau 1 ekor bisa dihargai Rp2 juta. Berarti 30 ekor lebih ini, berapa
puluh juta kerugiannya, ya?
Sebetulnya bukan itu yang bikin saya nyesek sampai nangis. Karena bisa
aja kami mulai pelihara lagi seperti kejadian pencurian besar-besaran
beberapa tahun lalu. Beli yang kecil dan dipelihara sampai gede
lagi.
Tetapi, rasanya tetap aja berbeda. Semua ikan Koi yang mati itu
kesayangan papah. Teringat papah pelihara dari ukuran kecil sampai pada
gede-gede. Setiap akhir pekan bisa berlama-lama duduk dekat kolam. Semua
itu langsung terlintas aja di pikiran, Makanya kehilangan yang kali ini
nyesek banget. Apalagi gak ada satupun yang bertahan hidup.
Jalan-Jalan ke Pasar Ikan Hias Jatinegara
"Chi, tolong bilangin ke Arie, beliin ikan Koi, dong. Kolamnya sepi
banget gak ada ikannya."
Suami langsung membeli 10 ekor ikan Koi berukuran kecil di Pasar Ikan
Hias Jatinegara. 5 ekor untuk di rumah kami, sisanya untuk mamah. Memang
sengaja gak kasih semua. Karena pengen tau bisa bertahan hidup atau
enggak.
Tetapi, itulah uniknya pelihara Koi. Susah-susah gampang. Di rumah kami
hanya 1 ekor yang mati. Sedang di rumah mamah mati semua. Huaaaa!
Pertengahan Maret lalu, kami kembali membeli 10 ekor ikan Koi di Pasar
Ikan Hias Jatinegara. Dibawa semua ke rumah mamah. Awalnya semua
bertahan selama beberapa hari. Tapi, kemudian satu per satu mulai ada
yang mati.
Tapi, sekarang masih ada sisa beberapa ekor. Benar-benar menantang
banget ya pelihara Koi. Jadi kangen dengan ketelatenan papah.
Ngomong-ngomong tentang Pasar Ikan Hias, papah pernah beberapa kali
mengajak ke Sumenep Menteng, Jakarta Pusat. Sebetulnya saya gak terlalu
tau banyak jenis-jenis ikan hias. Tetapi, suka aja kalau diajak ke sana.
Apalagi melihat ikan-ikan yang ada di aquarium. Cakep-cakep banget,
deh!
Justru saya baru pertama kali ke Pasar Ikan Hias Jatinegara, Jakarta
Timur. Udah tau tempat ini sejak lama banget. Tetapi, saya baru tau
kalau udah direlokasi. Gak lagi berjualan di trotoar. Ada area
sendiri.
Berasa lebih nyaman, sih. Karena ada area parkirnya juga. Gak harus
parkir di pinggir jalan. Gak bising dengan kendaraan
bermotor.
Sepanjang ingatan saya, memang masih lebih enak ke Pasar Ikan Hias
Sumenep kalau sekadar ingin cuci mata. Kayaknya lebih bagus-bagus.
Tetapi, itu kan ingatan masa kecil. Udah sekian puluh tahun gak ke sana.
Jadi belum tau lagi kondisi terkini.
Nah, kalau niatannya memang pengen beli, koleksi di Pasar Ikan Hias
Jatinegara lumayan lengkap. Gak hanya ikan, tetapi segala peralatan
hingga makanannya juga dijual di sini. Kata Suami, kalau hari Minggu
yang jual ikan bisa lebih rame lagi. Tetapi, waktu itu saya udah puas
juga diajak ke sana.
Pasar Ikan Hias Jatinegara
Jalan Kemuning RT.2/RW.6
Kelurahan Bali Mester,
Kecamatan Jatinegara
Jakarta Timur 13310
16 Comments
wah aku baru tau ikan KOI sampe kena wabah juga, semoga cepat sembuh dan kembaki normal yaa
ReplyDeleteudah pada mati semua :)
DeleteDuh ingat ikan koi juga ingat alm Bapak dan adikku - mereka penyayang binatang terutama kucing dan ikan
ReplyDeletesekarang ada beberapa kolam dan akuarium yang gede tidak ada isinya karena... yah, memelihara ikan itu ga gampang Ferguso!
iya, Mbak. Koi termasuk yang gak udah perawatannya
DeleteItu alasan kenapa aku ga mau plihara ikan mba. Krn memang perawatannya super ribet dan harus hati2. Mana ga bisa dibelai2 kayak kucing 🤣🤣. Tapi aku suka ngeliat ikan2 yang banyak gitu apalagi koi. Jadi inget parit2 di Jepang banyaaaak yg berisi koi. Dan sehat. Aku ga yakin parit di sana pake pompa udara. Pasti kan alami aja kalo parit gitu. Tapi bisa bertahan loh. Apa Krn airnya mengalir Yaa?
ReplyDeleteKoi memang butuh tempat luas dan air mengalir. Jadi memang gak selalu harus pakai pompa, Mbak
Deletewah jadi inget bolak balik ke Jatinegara saat masih pelihara kelinci trus mampir ke pasar ikan hias nya deh... eh si darell bisa tuh rewel minta dibeliin
ReplyDeleteiya di pasar Jatinegara ada beberapa penjual binatang peliharaan
Deleteaku pengen banget loh punya ikan koi,ternyata perawatannya lumayan ya kak,seneng lihat ikan ini,kulitnya warna warni.
ReplyDeleteyup@ Biaya perawatannya lumayan hehehe
DeleteTernyata di pasar jatinegara ini banyak juga loh ikan-ikan yang mahal yah. Dan katanya resmi juga untuk dijual. Gara-gara nonton channel dhakim hehehe
ReplyDeletecoba main ke sana, Des hehehe
DeleteWow aku baru tahu nih kak kalau ikan koi umurnya bisa panjang ya 50-60 tahun. Tapi ini perawatannya tentu ekstra ya. Aku pernah, 5 tahun yang lalu ke Pasar Ikan Hias Jatinegara. Banyak pilihan memang ya kak.
ReplyDeleteSalam: Dennise Sihombing
iya harus extra peraewatannya
DeleteWah kebayang kak bagaimana sedihnya kehilangan hewan kesayangan dalam sekejab. Ini artikelnya menarik aku jadi tahu koi umurnya panjang. Dulu alm ayah juga pernah lama pelihara ikan arwarna dan ikan hias , jadinya paham kalau mati lampu takutnya ke nasib ikan. Dulu arwarna juga tewas ketika mati lampu lama, sedihnya.
ReplyDeleteIya sedih banget matinya semua sekaligus
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)