Kemana tempat paling asyik mengajak anak-anak jalan-jalan? Mall?
Playground? Atau malah mendaki gunung? Hmmm ... Kedengerannya terlalu
ekstrim, ya, mengajak anak-anak mendaki gunung. Tapi, sebetulnya gak
begitu juga, sih. Malah setelah mendengarkan penjelasan salah satu
narasumber di acara #wegowithkids, yaitu mas Sukma Dede, saya malah merasa
kayaknya agak terlambat mengajak anak-anak berpetualang seperti ini.Tapi,
kata mas Dede gak ada kata terlambat sebetulnya. *Hmmm ... baiklah :D*
Apabila Sahabat KeNai blogwalking ke blog mas Dede, akan disuguhkan
berbagai cerita petualangannya ke berbagai tempat di Indonesia. Yang
paling menarik buat saya adalah berbagai cerita perjalanan mas Dede dan
keluarga tentunya. Berpetualang bersama-sama di alam terbuka. di blog mas
Dede juga ada postingan tentang Pendidikan Karakter Melalui Aktivitas
Mendaki Gunung. Wajib dibaca, deh! :)
Tips Menjadi Keluarga Petualang ala Sukma Dede
Ajak Anak Berdiskusi
Ketika akan mengunjungi suatu tempat, sebaiknya orang tua mencari info
sebanyak-banyaknya lebih dahulu. Kemudian diskusikan bersama anak. Jawab
aja semua pertanyaan anak. Katakan cape kalau memang perjalanan itu akan
membuatnya lelah. Jangan paksakan anak apabila dia belum mau.
Selalu Membuat Anak-Anak Ceria
Kalau anak sudah mau diajak jalan, bukan berarti anak gak akan jelek
moodnya, lho. Bisa aja diperjalanan moodnya nge-drop karena lelah. Orang
tua jangan paksakan anak untuk terus berjalan. Bisa-bisa anak akan tambah
ilang moodnya. Justru kita yang harus ikuti irama anak-anak. Berhenti saja
sejenak, dan ajak mereka bermain. Kalau perlu bawa mainan kesayangan anak.
Kayak gitu gak makan waktu lama, kok. Biasanya anak udah ceria lagi. Kalau
udah gitu, cusss lanjutkan perjalanan.
Gak Ada yang Instan
Anak bisa langsung naik gunung adalah sesuatu yang gak mungkin. Kalau
lihat putra mas Dede ikut naik gunung itu bukan proses yang instan. Secara
rutin mas Dede sekeluarga melakukan aktivitas fisik yang ringan. Sekitar
2-3 jam secara rutin setiap 1 bulan sekali.
Untuk yang baru mau mencoba, menurut mas Dede lakukan trekking ringan dulu
aja. Jangan langsung yang berat-berat, apalagi bawa anak. Salah-salah
nanti akan celaka. Tentunya gak mau hal seperti itu terjadi, kan?
Orang Tua Harus Siap Dulu
Mas Dede seringkali mendapatkan pertanyaan dari orang tua tentang kapan
waktu yang tepat mengajak anak-anak naik gunung? Menurut mas Dede, anak
akan siap diajak naik gunung kalau orang tuanya lebih dulu siap.
Ketika sedang traveling, putra mas Dede pun pernah menangis serta
kecapean. Dari sisi parenting, yang seharusnya paling tau mood anak adalah
orang tuanya. Sekarang bagaimana orang tua mau paham mood anak kalau
mereka sendiri tidak siap. Yang ada malah orang tuanya yang lebih ngambek.
Padahal anak-anak kalau ngambek cuma sebentar, orang dewasa lebih lama
hahaha. Jadi orang tua dulu yang harus siap. Baru kemudian mengajak
anak-anak untuk traveling seperti itu.
Sedikit curcol, nih. Itulah kenapa ketika mendengar paparan mas Dede, saya
merasa agak terlambat. Karena saya baru merasakan asyiknya traveling ke
alam bersama anak-anak itu sekarang ini. Saya dan suami memang sama-sama
suka jalan-jalan, tapi berbeda selera. Suami senang mendaki gunung, saya
anak kotaan yang senang kenyamanan hahaha. Camping memang sering kami
lakukan sejak Keke usia belum 2 tahun. Tapi, camping yang glamping
(glamour camping). Dulu itu gak ada, deh, cerita naik angkot dan segala
kehebohannya. Pokoknya selama ini suami ikutin selera saya. :D
Semua itu karena saya gak siap. Dan, saya setuju banget sama pendapat mas
Dede kalau orang tua harus siap lebih dulu. Gak lucu kan kalau di tengah
jalan saya yang ngambek. Masa' suami harus ngebujukin saya juga sepanjang
jalan. Apalagi kalau ditambah anak-anak juga ngambek. Nanti suami jadi
baby sitter kami bertiga hahaha.
Menurut mas Dede, dilihat dari sisi medis, sosial, serta edukasi banyak
manfaat yang dirasakan dengan mengajak anak-anak beraktivitas naik gunung.
Berikut beberapa aktivitas yang bisa dirasakan.
Family Bonding Semakin Mengingkat
Mas Dede menyukai jalan-jalan. Istrinya pun menyukai jalan-jalan. Karena
menyukai hobi yang sama, jadilah setelah memiliki anak, hobi tersebut
tetap berlanjut. Manfaatnya, bisa semakin meningkatkan family bonding.
Anak pun akan semakin kaya akan pengetahuan dengan banyak diajak
jalan-jalan.
Banyak Manfaat dari Naik Transportasi Umum
Kalau mau melihat Indonesia yang sebanrnya, maka naik angkutan umum,
begitu kata mas Dede mengutip kata-kata Gie. Dari angkutan umum kita bisa
merasakan pengalaman perjalanan yang komplit. Kelamaan nunggu angkot,
sempit, dan panas selama di angkotan umum wajib dirasakan oleh anak. Bukan
berarti anak dilarang naik kendaraan yang nyaman, lho. Tapi, sesekali
memang anak wajib dikenalkan dengan angkutan umum yang ada di Indonesia
untuk mendapatkan pengalaman.
Belajar Beradaptasi
Seringkali kita mendengar pepatah 'Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit
Dijunjung." Mas Dede dan istri juga suka mengajak anak mendatangi
perkampungan yang bahkan belum pernah didatangi sebelumnya. Setiap daerah
memiliki keunikan masing-masing. Dari mulai cara makan, berpakaian, dan
lain sebagainya. Disini anak belajar beradaptasi serta menghormati setiap
tempat yang dikunjungi.
Lebih Sehat
Dari literarur yang pernah mas Dede baca, anak yang terbiasa beraktivitas
di ketinggian paru-parunya semakin besar. Itulah kenapa atlet di luar
sana, banyak yang berprestasi. Fisik anak pun semakin kuat.
Sahabat KeNai, sudah siap ajak anak-anak
naik gunung? ;)
Sukma Dede
www.sukmadede.com
Instagram: sukmadede
Twitter: @sukmadede
Tulisan lainnya tentang #wegowithkids lainnya:
16 Comments
Kalo outdoor kadang kepikiran nya takut digigit nyamuk lah, takut kepanasan lah dsb dsb
ReplyDeleteItu emak bapaknya yg parno Dulu.
Huahaha
Jadi, ke mol terdekat deh. Hihihi. Ga sering juga sih, cuma kalo anaknya ud uring2an aja
dulu juga saya banyak takutnya. Sekarang pasrah, percaya aja sama suami hahaha. Etapi, saya tetap takut sih kalau sampai ketemu ular. Untungnya belum pernah. Semoga jangan sampe kejadian
DeleteAku dulu pengen banget ngajak anak-anak ke gunung, yang sedang aja lah kayak Ungaran. Tapi karena suami justru yang nggak setuju. Kita kebalikan kayaknya mbak, mungkin karena masa muda dulu aku suka banget jalan-jalan ke gunung sementara suami nggak pernah, hihiii
ReplyDeletekebalikan kita, ya hihihi
Deletesecara langsung menjadi petualang alaias sang petualang harus menyiapakan fisik yang hebat, jikalau sakit-sakitan itu tidak seharusnya ikut petualang
ReplyDeletejangankan berpetualan naik gunung. Ngemall aja kalau badan lagi sakit buat saya gak nyaman :)
DeleteHai kak sukma dede! ^_^
ReplyDeleteAku mengikuti jejaknya nih bawa anakku jalan-jalan
toss, Mbak! Saya juga mulai ikutan mas Sukma Dede, nih, Berpetualang bersama anak-anak :)
Deletecita-citaku pengen ajak bocah kemping nih mba, belum kesampean, cari camping ground yang udah ready tenda utk dsewa hihi ngga punya peralatannya....
ReplyDeletesekarang banyak kan camping ground yang udah menyediakan tenda :)
Deletewah, kayaknya seru tuh ngajak si kecil naik gunung
ReplyDeletetapi rewel nggak ya ntar? huhu
nah, hanya mas Fikr yang lebih tau tentang anak sendiri :)
DeleteKuncinya ada pada orang tua ya, Mak. Orang tua harus siap dulu. Begitu pun dalam mengajarkan hal2 lain, orang tua terlebih dulu sudah harus menguasainya.
ReplyDeleteyup! semuanya dimulai dari orang tua dulu :)
DeleteBelum pernah naik gunung sama anak-anak. TApi pengin ngajakin berkemah di tenda...
ReplyDeleteiya, camping juga asik :)
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)