Pengalaman Pertama Mengajak Anak Mendaki Gunung Gede via Gunung Putri

Pengalaman Pertama Mengajak Anak Mendaki Gunung Gede via Gunung Putri - "Kenapa lewat Gunung Putri?" tanya saya ketika suami mengajak kami mendaki Gunung Gede via Gunung Putri. Pastinya ini juga akan menjadi pengalaman pertama saya dan anak mendaki gunung.

Pengalaman Pertama Mengajak Anak Mendaki Gunung Gede via Gunung Putri

Berbeda dengan suami yang memang seorang pecinta alam, saya memang belum pernah naik gunung sama sekali. Makanya ketika suami mengajak mendaki gunung Gede, dia tidak hanya harus berhasil mebujuk saya. Tetapi, juga harus melewati diskusi yang cukup alot dan pertimbangan yang lumayan panjang.

Tidak hanya saya, anak-anak juga belum pernah mendaki gunung sebelumnya. Kalau sekadar trekking ke air terjun atau danau udah cukup sering. Tetapi, mendaki gunung akan menjadi pendakian pertama. Tentunya akan menjadi tantangan bagi suami membawa 3 orang yang baru pertama kali mendaki. Saya pun harus kuat. Bagaimana kalau di tengah jalan sudah menyerah? Anak-anak juga bisa ikutan menyerah.

[Silakan baca: 14 Persiapan Menuju Everest]

Saya pun mulai googling tentang pendakian ini. Mencari tau perlengkapan naik gunung yang aman. Cari tau juga tentang jalur pendakian. Hmmm ... sebetulnya saya bisa aja tanya ke suami karena dia jauh lebih mengerti daripada istrinya. Tapi, 'kan gak ada salahnya cari tau sendiri juga.

Dari beberapa artikel yang saya dapatkan, Cibodas merupakan jalur pendakian ke gunung Gede terfavorit. Masih dari beberapa artikel yang saya baca, ada 3 jalur pendakian resmi ke gunung Gede-Pangrango yaitu melalui Cibodas, Gunung Putri, atau Selabintana. Jalur Cibodas kelihatannya paling menarik karena paling banyak 'bonus'. Bonus yang dimaksud dalam pendakian adalah jalan landai. Selain banyak bonus, di jalur Cibodas juga katanya lebih indah karena banyak spot wisata alam yang bisa membuat Sahabat KeNai berhenti sejenak untuk menikmatinya. Jalur tersulit adalah lewat Selabintana. Lalu bagaimana dengan Gunung Putri? Hehehe ... Baca terus aja cerita ini sampai selesai. 😂


mendaki gunung gede bersama anak via gunung putri
Melewati perkebunan penduduk. Kelihatan landai, ya? Padahal jalurnya udah mulai mendaki


Pendakian Pertama Bersama Anak


Setelah subuh, kami berangkat menuju Gunung Putri. Sesampainya di sana, kami bertemu dengan teman suami. Selesai mengurus beberapa keperluan, kami pun mulai pendakian. Diawali dengan melewati kebun penduduk, tidak lama kemudian kami pun masuk hutan. Karena masih pagi, kami jadi bisa melihat aktivitas penduduk yang sedang berkebun. Aktivitas yang jarang kami temui di kota, ya kan?

aktivitas mendaki gunung gede bersama anak
mengajak anak mendaki gunung gede via gunung putri

Dari awal pendakian treknya terus menanjak hingga Alun-Alun Suryakencana. Rasanya minim bonus kalau lewat Gunung Putri. Untungnya di hutan, jadi kami tidak kepanasan.  Istirahat pertama sekaligus makan siang kami di ketinggian 2050 meter. Masih sekitar 700 meter lagi untuk sampai ke alun-alun Suryakencana.

700 meter dengan kondisi jalur yang terus menanjak tentunya berbeda dengan jalan kaki dari rumah ke minimarket terdekat meskipun jarak tempuhnya sama. Butuh hampir 5 jam untuk kami sampai ke alun-alun Suryakencana *Ini hitungan pendaki 'kura-kura- kayak saya, ya 😁

pendakian gunung gede via gunung putri
Kalau lewat jalur Gunung Putri, sebagian besar perjalanan ada di dalam hutan


Saya dan anak-anak sama-sama pendaki pemula, tapi stamina kami berbeda. Anak-anak justru jauh lebih lincah dari saya. Mereka sampai bosan karena sebentar-sebentar saya minta berhenti. Memang sebetulnya tidak baik juga kalau terlalu lama berhenti. Semakin lama beristirahat, suhu tubuh akan semakin dingin. Memulai pendakian kembali ketika suhu tubuh semakin dingin malah jadi berat. Sama suami saya disarankan beristirahat sebentar saja, tapi trus konsisten jalan pelan-pelan. Akhirnya Keke jalan duluan sama porter daripada ikutan berhenti terus padahal dia lagi semangat.

Banyak juga yang mendaki via Gunung Putri. Seingat saya, tahun 2014 itu termasuk tahun politik. Di socmed berasa panas aja karena kebanyakan ngobrol politik. Makanya saya senang mendaki pada tahun itu. Sepanjang perjalanan gak terdengar satupun yang bicara politik. Semua saling sapa dan senyum. Apalagi melihat kami mendaki bersama anak-anak, banyak sekali yang memberi semangat ke Keke dan Nai. Sampai kadang-kadang saya malu sendiri karena yang seharusnya dikasih semangat tuh saya. Stamina saya kalah jauh ma anak-anak hahaha.


camping di gunung gede
alun-alun suryakencana

Sekitar pukul 5 sore kami sampai di Alun-Alun Suryakencana. Ada untungnya juga Keke jalan duluan ma porter. Begitu kami sampai, tenda sudah terpasang dengan baik sehingga saya bisa langsung beristirahat sejenak. Porternya juga pintar mencari tempat. Tenda kami didirikan di area yang masih tertutup pepohonan tidak di alun-alunnya. Kalau di alun-alunnya kemungkinan lebih dingin karena angin dan tidak terlindungi oleh pohon.

Saya sempat menemani Nai berlarian di alun-alun Suryakencana. Tetapi tidak lama karena kabut semakin tebal dan udara semakin dingin. Saat saya dan suami berada di luar tenda melihat ada seorang pendaki seperti sedang mencari sesuatu. Ketika pendaki tersebut mendekat, suami pun bertanya. Ternyata pendaki tersebut tertinggal dengan rombongan dan kehilangan kontak.

Kronologisnya, dia sempat beristirahat dan teman-temannya jalan duluan. Suami menawarkan beristirahat sejenak di tenda kami karena hari mulai gelap, tetapi pendaki tersebut menolak. Alasannya semua peralatannya dibawa oleh rombongan, dia hanya membawa 1 senter. Mengertilah saya kenapa suami meminta kami membawa peralatan masing-masing termasuk anak-anak. Kalau sampai terpisah setidaknya di tas masing-masing ada sleeping bag, baju hangat, makanan, dan minuman. *Saat mendaki Gunung Prau, kami sempat hampir gak ketemu sama Keke dan porter

[Silakan baca: Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng]

Pengennya sih melihat langit yang penuh bintang di alam terbuka tetapi sejak maghrib gerimis mulai turun. Gak lama sebetulnya karena sebelum pukul 9 malam, suami mengajak keluar tetapi saya menolak. Udah terlanjur hangat kruntelan di tenda. Males aja kalau harus menggigil lagi.


suhu udara di suryakencana gunung gede
Matahari udah mulai terbit, suhu 11 derajat. Masih lumayan dingin tapi malam lebih dingin lagi
sunrise di surken
Gagal melihat matahari terbit di puncak gunung Gede. Lihat dari alun-alun Suryakencana aja. Lumayan indah pemandangannya


Gagal ke Puncak Gunung Gede


Kalau Sahabat KeNai ingin melihat matahari terbit di puncak gunung Gede, disarankan berangkat kira-kira 1 jam sebelum subuh. Kami sempat dibangunkan untuk mulai mendaki lagi. Tapi rasanya malas banget. Bener-bener udah pewe di dalam sleeping bag. Lagipula badan makin berasa pegal setelah sekian jam mendaki. Anak-anak juga susah banget dibangunin.

Jangan kaget ya kalau dari subuh aja udah kedengeran ada yang jual nasi uduk. Bukan halusinasi atau hal-hal aneh lainnya, kok. Di alun-alun Suryakencana ini memang ada beberapa penjual makanan dan minuman. Kami sempat membeli 2 cup pop mie. Bukan karena kekurangan bahan makanan, tapi memang pengen jajan aja. Seingat saya harga 1 cup pop mie itu IDR10K. Lumayan mahal, tapi ya kalau mengingat yang jualnya juga harus mendaki dulu, jadi gak apa-apa lah. Cuma ya tetap mendingan bawa makan dan minum sendiri.

[Silakan baca: Rasanya Meminum Air dari Akar Gantung]


memasak makanan saat mendaki gunung
Kalau lagi mendaki, biasanya Nai dan ayahnya yang memasak
menikmati suryakencana gunung gede
Saya dan Keke foto-foto sambil nunggu makanan selesai dimasak


Saya dan anak-anak sempat ditawari untuk kembali mendaki. Meskipun udah gak mungkin mengejar matahari terbit tapi setidaknya tetap muncak. Gak ada satupun dari kami yang mau. Udah pada mager di alun-alun Suryakencana 😂

Jadi ingat saat mendaki, beberapa kali saya megeluh kenapa gak lewat Cibodas. Saya masih merasa lewat Cibodas lebih menyenangkan seperti yang diceritakan banyak orang di internet. Untungnya suami maupun porter gak pernah terlihat lelah menjawab pertanyaan saya yang berulang-ulang seperti anak kecil. Menurut mereka, lewat Cibodas memang banyak bonusnya tapi jaraknya jadi lebih jauh. Apalagi ditambah dengan banyak spot wisata alam, bisa makin lama sampainya.

Selain itu kalau lewat Cibodas, mau ke alun-alun Suryakencana harus muncak dulu. Sedangkan kalau lewat Gunung Putri ketemunya alun-alun dulu baru puncak. Setelah melihat sendiri seperti apa alun-alun Suryakencana, saya merasa senang karena lewat Gunung Putri. Kapan lagi melihat padang seluas +/- 50 hektar yang ditumbuhi banyak pohon edelweiss? Saat kami kesana, bunganya belum pada bermekaran tapi tetap aja indah untuk dilihat.

Sekitar pukul 9 pagi, kami bersiap untuk pulang. Suami kembali menanyakan mau pulang lewat Gunung Putri atau Cibodas. Kalau lewat Cibodas berarti harus muncak lagi? No, thanks! 😂 Lewat Gunung Putri aja kalau turun kayaknya lebih menyenangkan hehehe.


Mendaki gunung bukan perkara menaklukkan atau siapa yang lebih cepat sampai puncak, tapi tentang menakklukan ego diri sendiri.

Ihiiiyy! Fasih banget ya saya berteori begini 😂 Tapi memang bener, kok. Kalau belum sanggup atau berkesempatan mencapai puncak, gak usah dipaksakan. Gak usah berlarut-larut kecewanya atau woles aja kayak kami hehehe. Daripada kenapa-napa nanti malah repot. Masih banyak kenikmatan lain yang didapat meskipun gak sampai puncak.

tips mendaki gunung gede bersama anak
persiapan mendaki gunung gede bersama anak

Saat mendaki, kami melihat banyak pendaki yang turun gunung dengan berlari dengan cepat dan terlihat masing-masing. Suami mewanti-wanti kami tidak untuk melakukan hal itu. Berlari memang enak, tapi jadinya kurang hati-hati.

Kadang-kadang ada pendaki yang kecepetan berlari sampai tidak melihat petunjuk jalan di persimpangan misalnya harusnya belok malah lurus. Hal yang seperti itu bisa menjadi salah satu penyebab pendaki tersesat. *Duh! Jangan sampai kejadian, ya. Ngebayanginnya aja saya udah serem. 😖


tips mengajak anak melakukan pendakian
mengajak anak mendaki gunung gede

Kalau saat mendaki, Keke dan porter yang duluan sampai. Saat turun, kami bertiga (saya, suami, dan Nai) yang duluan. Tapi gak ditinggalin juga, tetap di depan sampai sejauh mata bisa memandang Keke. Kalau udah agak jauh, kami berhenti sejenak. Sepatu Keke kesempitan makanya saat turun dia agak lama karena kakinya lumayan sakit. Memang kalau mendaki itu sebaiknya pakai sepatu yang 1 nomor lebih besar dari biasanya biar gak sakit.

turun gunung gede melalui jalur gunung putri

Turun gunung waktunya tidak selama saat mendaki. Lumayan cepat udah sampai bawah lagi. Kami beristirahat sejenak di rumah teman suami untuk ngeteh dan bebersih badan. Meskipun disediakan air panas, tapi kami gak ada yang mau mandi. Memilih cuci muka aja dan ganti baju. Udah pada malas 😂

beristirahat setelah mendaki gunung gede
Makan malam dulu di resto Puncak Pass. Tapi kedatangan kali ini, udah gak ada semangat untuk foto-foto. Cape banget.


Selesai istirahat, kami melajutkan perjalanan. Makan malam dulu di restoran Puncak Pass. Restoran favorit anak-anak kalau lagi jalan-jalan ke puncak. Biarin ajalah meskipun belum pada mandi 2 hari juga yang penting udah cuci muka dan ganti baju. Abis laper juga 😂

[Silakan baca: Restoran Puncak Pass]

Alhamdulillah, perjalanan pulang lancar. Entah apa karena ini pendakian pertama, pegelnya baru berasa banget setelah sampai rumah. Selama beberapa hari sesudahnya, mau naik tangga aja sampai rada ngesot. Pegel banget sekujur badan. Sebelnya cuma saya aja yang kayak gitu. Anak-anak dan suami kelihatan biasa aja. 😁


peraturan mendaki gunung gede

Keterangan:

    • Ini adalah cerita tahun 2014 yang baru saya tulis sekarang. Saat itu Keke berusia 9 tahun dan Nai 7 tahun. Cerita ini merupakan pengalaman pertama saya dan anak-anak mendaki gunung.
    • Patuhi segala larangan. Sayangnya masih ada aja yang melanggar
    • Pada tahun 2014 belum larangan membawa botol plastik kemasan dan tissue basah. Kami membawa botol plastik kemasan sebagai tambahan saja karena botol yang paling banyak kami bawa adalah botol minum pribadi

      peralatan yang harus dibawa saat mendaki gunung

      Post a Comment

      44 Comments

      1. Seru banget mba! dan anak-anak happy ya...semoga kita juga bisa ikutan main ke gunung ini anti..

        ReplyDelete
        Replies
        1. Jalan-jalan Mbak Indah dengan keluarga juga selalu seru

          Delete
      2. Serunya baca petualangan Mbak sekeluarga 😍 dan hebatnya lagi anak-anak kuat banget ya diajak naik gunung. Saya seumur2 belum pernah loh, jadi pengen nyoba kapan2 🙈

        ReplyDelete
        Replies
        1. Mungkin karena sejak kecil anak-anak saya udah biasa diajak trekking, Mbak

          Delete
      3. Belum pernah ngajak anak-anak naik gunung. Mungkin stamina anak-anak malah lebih kuat dari emaknya ini hahaha :D

        ReplyDelete
      4. Nah bener banget Chi, aku tahun kemaren lagi seneng2nya naik gunung, tapi emang iya kalo mendaki gunung yuh bukan perkara menaklukkan atau siapa yang lebih cepat sampai puncak, tapi tentang menakklukan ego diri sendiri, kerasa banget yaa..!

        So, kapan2 naik gunung bareng aah! Udah lama stop ke gunung, musim ga karuan, kangen masak sosis kaya Nai gituuh

        ReplyDelete
        Replies
        1. Duh saya gak pede kalau mendaki bareng Teh Nchie. Khawatir saya gak bisa menyaingi staminanya hahaha

          Delete
      5. Asik banget nih, kalau sama ajak anak gitu ya.
        Cara ini salah satu keinginanku disaat kelak sudah punya keluarga..

        ReplyDelete
      6. dulu lagi mahasiswa sih naik lewat cibodas, seru ya, hebat nih anak2nya

        ReplyDelete
      7. Cuaca lg ekstrim gini berani bgt naik gunung. Salut lah yg suka daki mendaki..
        Kebayar sama pemandangan alam

        ReplyDelete
        Replies
        1. Itu kan ditulis kalau pendakiannya tahun 2014. Dan saya baru menulis 4 tahun kemudian. Saat itu biasa aja cuacanya :)

          Delete
      8. Wah..asyik ya, berpetualang bersama satu keluarga..enak ya,kalau satu keluarga hobinya sama..

        ReplyDelete
      9. Aaaak, envy high level ni.

        Saya belum berhasil ni ngajak anak2 ngecamp, manalagi nanjak Rinjani lagi.
        Kabar2i kalo sampe sekeluarga nyampe Rinjani yaaa.
        Sapa tau bisa nanjak bareng kita. ^^

        Salam pagi dari Lombok.

        ReplyDelete
      10. Menurut saya memang lebih enak itu kalau jalur berangkat dan jalur pulang berbeda. Misal berangkat via gunung putri dan pupang via cibodas. Jadi lebih ada pengalaman baru aja.

        Thanks sudah berbagi

        ReplyDelete
        Replies
        1. Waktu mendaki Prau juga seperti itu, Mas. Tetapi, ya semua memang kembali ke situasi dan kondisi. Saat itu pertimbangannya memang lebih baik lewat jalur yang sama

          Delete
      11. waaaah seru! itu orang yg ketinggalan rombongan gimana kabarnya, Mba? dia nyusul temen2nya gituh?saya seneng hiking tapi kalo disuruh mendaki gunung untuk muncak mah gak mau hahahaha edan ah capek huhuhuhu pernah sih sekali muncak terus kapok hahaha

        ReplyDelete
        Replies
        1. Saya gak tau lagi kabarnya. Ya mudah-mudahan aja ketemu sama rombongannya

          Delete
      12. Wah keren nih ngajak anak-anak naik gunung. Memang perlu ya mbak mengenalkan anak-anak dengan alam dan melihat langsung kehidupan penduduk yang tinggal disana dengan kesederhanaannya, supaya anak-anak tahu ternyata masih banyak teman-teman mereka yang hidupnya sangat sederhana..

        Saya belum pernah naik gunung padahal ingin sekali loh, ibaratnya sampai mimpiin naik gunung heheh. Sebenarnya sudah lupa keinginan itu tapi setelah baca ini malah pengen lagi.

        Mungkin ke Gunung Ungaran saja yang dekat rumah. Dan nggak perlu sampai puncak juga kali ya karena faktor u itu sangat dominan. Sudah puas kalau hanya sampai kaki-kakinya saja atau siapa tahu lebih beruntung jika sampai punggungya meskipun nggak sampai kepalanya Ungaran. Aamiin.. :)

        ReplyDelete
        Replies
        1. Iya, Mbak. Memang gak usah memaksakan diri sampai puncak. Semampunya fisik kita aja

          Delete
      13. Aku dari dulu kepengen banget ngajakin adekku yang paling kecil buat ngedaki gunung. Biar tau gitu enak enggaknya mendaki.

        ReplyDelete
      14. hahahahah mba nya malah kebalikan sama saya, saya yang suka naik gunung bojo mah ga pernah malahan, pengen juga ajak anak dan rencananya yak lewat gunung putri karena memang lebih cepet sih...semoga anaknya kuat hehehehe

        ReplyDelete
        Replies
        1. Iya kata suami kalau lewat Gunung Putri memang lebih pendek jaraknya. Tetapi, jalurnya juga paling lumayan hehehe

          Delete
      15. Wah hebat itu, aku pertama kali naik gunung ya gunung gede via gunung putri, itu 12 jam mba, lama banget kek putri solo, tapi pulangnya lewat cibodas jadi muncak dulu, bener sih kalau bawa anak better lewat gunung putri karena gak lewat jurang yang ada air terjunnya itu

        ReplyDelete
        Replies
        1. Wah, kirain saya udah paling lama wkwkwk. Nah itulah kenapa gak lewat jalur lain untuk pulangnya. Karena harus muncak dulu. Mungkin lain kali

          Delete
      16. Salut anak-anaknya mau diajak naik gunung.
        Kalau saya sih lebih suka naik lewat Gunung Putri dan pulangnya lewat Cibodas, jadi lewatin jalur yang berbeda gitu lho (biar ada cerita yang berbeda pula)

        :)

        ReplyDelete
        Replies
        1. Insya Allah next ya, Mas. Saat itu memang sikonnya udah gak sanggup muncak. Kalau beda jalur kan harus muncak dulu

          Delete
      17. Ya ampuuun Mbak Myr, indahnya mendaki gunung bersama suami dan anak-anak begini. Kalau pun kita kececeran pasti ada yang sabar nungguin. Terus lihat edelweis di mana-amana, aku kok pengen juga belajar mendaki ya. Hahaha apa masih kuat? Nanti pingsan lagi

        ReplyDelete
        Replies
        1. Itulah enaknya mendaki sama orang yang udah dipercaya. Bakal ditemenin, Mbak. Kalau enggak nanti saya bakal ngomel melulu wkwkwk

          Delete
      18. Lama tidak mendaki kok tida-tiba kangen ahahahha. Menarik rasanya mengenalkan anak kecil dengan alam, jadi dia paham bagaimana nantinya memperlakukan alam.

        ReplyDelete
      19. Seru banget!
        Keke sama Nai pinter banget sih, kecil-kecil udah berhasil naik gunung. Pasti sekarang udah nambah lagi jumlah gunung yang didaki ya mbak.

        ReplyDelete
      20. Sejak anak² kecil sampai dewasa belum pernah naik gunung bareng. Mungkin belum menemukan serunya kali yaa...Trims sharingnya jadi nambah pengetahuan...

        ReplyDelete
      21. Seru banget sekeluarga mendaki gunung mbak. Inspirasi banget nih ntar klo udah berkeluarga. hahah

        Aku belum pernah naik gunung jalan kaki. Biasanya selalu off road. Terakhir offroad ke Gunung Putri lewat Lembang. hehe

        ReplyDelete
      22. Mendaki gunung memang harus lihat petunjuk yang ada, jangan asal jalan aja yah

        ReplyDelete

      Terima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)