Uji Nyali di Jembatan Gantung Situgunung - "Yah, kalau jembatan gantung Situgunung udah jadi, kita langsung ke sana, ya. Tapi, jangan pas weekend. Hari Rabu atau Kamis aja. Ayah cuti, anak-anak izin."
Sering ke glamping di Tanakita, paling gak 1-2x dalam setahun, membuat kami sudah tau akan ada pembangunan jembatan gantung di Situ Gunung sejak lama. Bahkan ketika viral beberapa foto pembangunan jembatan tersebut di media sosial, kami sudah jauh lebih dulu melihat foto-foto tersebut.
Saya sudah membayangkan kalau jembatan ini akan sangat ramai pengunjung bila sudah selesai pembangunannya. Makanya minta ke suami kalau mau ke sana di hari Rabu atau Kamis. Setelah itu menginap di Tanakita sampai Sabtu atau Minggu.
Jembatan Gantung Situ Gunung sudah dibuka sejak Maret 2019. Tetapi, seperti ungkapan klasik "manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan", semua bubar jalan. Sejak mamah mertua wafat 2 tahun yang lalu, kami nyaris gak bisa pergi ke mana-mana. Kami mendapat amanat untuk menjaga dan merawat papah mertua yang sudah dalam kondisi sakit. Kalaupun kami ke luar kota untuk lebih dari 1 malam, berarti karena hal penting. Bukan sekadar jalan-jalan.
[Silakan baca: Tanakita Rainforest Festival, Hari ke-3 dan 4]
Suami tau banget kalau sejak lama saya nungguin jembatan itu jadi. Situasi dan kondisi yang memang sedang tidak mendukung. Sampai akhirnya, Keke minta dibolehin ajak beberapa sahabat SMPnya untuk glamping di Tanakita. Ini pengalaman kedua kami mengajak sahabat-sahabat Keke glamping. Pertama kali, saat Keke lulus SD. Dan, sekarang setelah dia lulus SMP.
Jembatan Gantung Situ Gunung sudah dibuka sejak Maret 2019. Tetapi, seperti ungkapan klasik "manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan", semua bubar jalan. Sejak mamah mertua wafat 2 tahun yang lalu, kami nyaris gak bisa pergi ke mana-mana. Kami mendapat amanat untuk menjaga dan merawat papah mertua yang sudah dalam kondisi sakit. Kalaupun kami ke luar kota untuk lebih dari 1 malam, berarti karena hal penting. Bukan sekadar jalan-jalan.
[Silakan baca: Tanakita Rainforest Festival, Hari ke-3 dan 4]
Suami tau banget kalau sejak lama saya nungguin jembatan itu jadi. Situasi dan kondisi yang memang sedang tidak mendukung. Sampai akhirnya, Keke minta dibolehin ajak beberapa sahabat SMPnya untuk glamping di Tanakita. Ini pengalaman kedua kami mengajak sahabat-sahabat Keke glamping. Pertama kali, saat Keke lulus SD. Dan, sekarang setelah dia lulus SMP.
Ramainya Wisatawan di Situ Gunung Suspension Bridge
Kereta jurusan Paledang (Bogor) - Sukabumi terasa padat penumpang. Bukan hal aneh sebetulnya. Hanya memang kali ini terasa ada yang berbeda.
Kalau dulu, saya suka menebak penumpang yang di dalam kereta adalah wisatawan yang ingin camping, seperti kami, atau jalan-jalan ke kota Sukabumi. Selebihnya adalah penumpang yang mungkin saja selama 5 hari bekerja di Bogor dan sekitarnya. Akhir pekan, saat pulang ke rumah. Berkumpul dengan keluarga.
"Kayaknya kali ini sebagian besar penumpang turun di stasiun Cisaat, Yah. Pada mau ke jembatan, nih!"
Saya menebak seperti itu karena kebanyakan penumpangnya keluarga dengan anak-anak kecil. Suasana di kereta yang biasanya senyap pun kali ini berbeda. Ramai sekali seperti sedang piknik beramai-ramai.
Dugaan saya tepat! Suasana stasiun Cisaat yang selama ini saya tau, terlihat sangat berbeda. Jadi sangat ramai! Mau keluar stasiun aja pakai macet dulu. Padahal dulu gak begitu.
Sekarang pun udah masuk kendaraan online di Cisaat. Tetapi, kami tetap memilih carter angkot meskipun harus membayar lebih mahal. Anak-anak gak pernah naik angkutan kota. Makanya kalau diajak ke sini, mereka senang bisa naik angkot, terutama Nai. Selain itu, kami sudah mengenal beberapa sopir transportasi umum berwarna merah di sana, terutama koordinatornya. Gak enak rasanya kalau pindah pilihan.
Baru masuk Taman Nasional aja parkiran udah penuh dan itu mengular sampai ke dekat pintu masuk danau. Bagunan bertingkat di belakang itu dulunya deretan kedai sederhana.
Menurut cerita salah seorang crew Tanakita, suasana selalu ramai sejak ada jembatan. "Setiap Sabtu dan Minggu, suasananya udah kayak lebaran, Bu," ujarnya. Saat lebaran atau libur panjang, lebih luar biasa lagi ramainya.
Saya sempat melihat salah satu video suasana pengunjung yang ke sana saat libur Idul Fitri di IG. Luar biasa keramaiannya!
Saya tau banget itu area sebelum ada jembatan kayak gimana suasananya. Kalau kata crew Tanakita, saat lebaran lalu, parkir kendaraan aja sampai ke lapangan dekat Tanakita Riverside. Wkwkwkw jauh aja itu jalan kakinyaaaa!
[Silakan baca: Tanakita Riverside, Bila Ingin Menikmati Sunyi]
Setelah pulang dari danau, suami bilang mau ketemu salah seorang temannya di kantor pengelola Situ Gunung Suspension Bridge. Melihat anak-anak yang sedang asik ngobrol dan beristirahat, saya minta ikut.
Jarak Tanakita ke suspension bridge gak jauh. Kami berjalan menuju pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Lalu lanjut ke arah air terjun. Saya perhatikan masih banyak deretan mobil di parkiran pintu masuk. Untuk pergi ke suspension bridge Situ Gunung akses jalannya sudah cukup baik bila menggunakan mobil sedan dan kendaraan lainnya. Tetapi, memang hanya diperbolehkan sampai parkiran saja.
Dulu, kendaraan bus bisa masuk area parkiran Situ Gunung. Tetapi, sekarang bis dilarang masuk ke sana sejak ada jembatan. Hanya boleh parkir di bawah dekat Tanakita Riverside. Ada lapangan parkir cukup luas di sana. Nanti baru lanjut dengan angkot. Hmmm ... pantesan aja sekarang banyak angkot parkir di dekat pintu masuk.
Kantor pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango saat ini. Dulu, hanya berupa bangunan seperti rumah kecil yang sederhana
Sekarang, banyak penjual yang berderet di sini. Saya gak tau makanan dan minumannya berapa.
Saya gak tau apakah para penjual mie instan dan kopi masih berjualan di sana atau enggak. Karena kalau dari kejauhan kayaknya sepi gitu bangunannya. Malah sekarang beberapa pedagang kaki lima bermunculan. Meskipun memang terlihat ditata alias dikasih tempat.
Kantor pengelola taman nasionalnya juga ikutan bagus. Di dekat parkiran juga sudah dibangun masjid yang cukup besar, bernama masjid Al-Ikhlas. Dulu, area tersebut hanya tanah lapang. Saya cukup takjub dengan perubahan di Situgunung. Perasaan belum sampai 2 tahun gak ke sini, tetapi sudah berdiri beberapa bangunan yang bagus. Lebih tertata juga areanya.
Sampai kantor pengelola, kami diajak ngobrol di resto De' Balcone. Sampai sana, kami ditawari makan dan minum. Karena perut masih berasa kenyang setelah makan di Tanakita, kami memilih ngopi dan cemal-cemil aja.
Suami dan temannya (saya lupa namanya 😅) asik mengobrol berbagai hal. Dari topik Wanadri sampai tentang jembatan itu sendiri. Ada juga obrolan tentang rencana-rencana lain untuk mengembangkan kawasan tersebut. Saya hanya menyimak saja. Paling sekali aja saya nyeletuk, "Jangan sampai bikin area instagramable, ya."😄
[Silakan baca: Pendidikan Dasar Wanadri 2014]
Jembatan Gantung di Situ Gunung tentunya instagramable. Tetapi, yang saya maksud adalah membangun berbagai spot foto supaya terlihat fotogenic.
Ini masalah selera, sih. Saya pribadi memang kurang sreg berfoto di tempat yang sengaja dibuat kekinian. Bukan berarti gak pernah juga foto di spot seperti itu. Hanya memang lebih suka yang natural. Makanya saya senang di Situ Gunung belum ada spot-spot seperti itu.
Saya sempat lihat ke sekeliling. Selain cafe, di seberang juga ada makanan ala kaki lima. Bangunanya di bikin semi terbuka. Hanya dikasih penutup seadanya di bagian atas. Kalau menurut teman suami, memang sengaja dibikin seperti itu biar berasa natural. Katanya mengingatkan saat mendaki gunung saat hujan. Ada tempat berteduh sedikit, umpel-umpelan dengan banyak pendaki lainnya sambil menikmati secangkir kopi atau teh hangat dan jajanan kaki lima. Ya paling disediakan sedikit meja dan kursi di sana.
Teman suami saya ini pernah tanya ke beberapa pengunjung, terutama saat hujan. Ternyata mereka justru senang dengan kondisi seperti itu. Para pengunjung jarang-jarang bisa hujan-hujanan dan berteduh di tempat seadanya sambil menikmati alam.
Ada juga amphitheatre. Saya gak tau apakah pernah ada pertunjukkan di area ini atau enggak. Selain itu juga sekarang ada toko oleh-oleh. Toilet di sana pun termasuk bersih. Mushola pun ada.
Perjalanan kami pun berlanjut. Niatan awalnya sekadar ngobrol. Tetapi, malah diajakin lanjut ke jembatan. Alasannya, sekalian mau kasih lihat area glamping yang sedang dibangun. Saya bersorak dalam hati karena jadi juga ke jembatan di hari pertama ke Tanakita.
[Silakan baca: Rumamera Tanakita - Camping di Atas Awan]
Jembatan Gantung Terpanjang di Indonesia
Kami ke jembatan sekitar pukul 5 sore. Sudah tidak seramai saat siang hari. Di pintu masuk, terpampang papan digital yang menunjukkan berapa jumlah pengunjung yang berada di jembatan. Memang tidak boleh sampai kelebihan muatan karena risikonya tinggi.
Sesekali terdengar petugas saling berkomunikasi tentang jumlah pengunjung yang sudah keluar dan masuk. Memang harus dilakukan cek dan re-check secara berkala demi keselamatan pengunjung juga. Apalagi saat itu menjelang malam. Jangan sampai masih ada pengunjung yang belum kembali.
Jembatan Gantung Situgunung berlokasi di Kadudampit, Sukabumi. Jembatan ini memiliki panjang 243 meter, lebar 18 meter, dan berada di ketinggian 161 meter dari permukaan tanah.
Suspension Bridge ini kabarnya merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Pembangunannya memakan waktu cukup lama. Terbuat dari kayu ulin atau kayu besi yang didatangkan langsung dari Papua. Kelebihan kayu ini selain kuat juga tahan terhadap perubahan suhu dan kelembapan, serta tidak mudah dimakan rayap.
Dengan panjang hampir 250 meter, tidak membutuhkan waktu lama hingga sampai ke seberang. Kecuali, kalau Sahabat KeNai banyak berhentinya buat foto-foto atau takut. Lebar jembatan juga gak bikin pengunjung berdesakan. Bila Sahabat KeNai takut dengan ketinggian, tetapi tetap ingin menikmati jembatan, memang sebaiknya jangan lihat ke bawah.
Sebelum masuk, kami diberi sabuk pengaman. Ini nanti bisa dikaitkan ke jembatan kalau terjadi turbulensi atau ada gangguan cuaca. Bila tidak terjadi sesuatu, jalan seperti biasa aja. Pokoknya yang penting perhatikan perturan selama di jembatan.
Jembatan gantung di Situgunung ini juga bisa dikatakan jalan pintas menuju air terjun (curug sawer). Sekian tahun lalu, saya dan sekeluarga besar pernah ke sana. Cukup sekali aja, deh. Capek dan lumayan jauh hehehe.
Jalur lama tidak hanya jauh. Jalanannya juga masih alami. Di beberapa titik agak berat juga. Apalagi kalau gak biasa trekking. Tetapi, sejak ada jembatan memang perjalanan jadi lebih singkat. Asalkan mau bayar IDR50K per orang aja.
Situgunung Glamping
Lokasi glamping tidak jauh dari pintu masuk jembatan. Berbeda dengan Tanakita yang tempat menginapnya berupa tenda. Kalau di sini bangunan permanen. 1 bangungan bisa diisi sekitar 8 orang. Cocok nih buat yang mau datang rombongan. Tetapi, saya gak bertanya harga menginap di sini.
Saat suami dan temannya sedang ngobrol di teras salah satu bangunan, saya melihat ke dalam untuk foto-foto. Setiap bangunan terdiri dari 2 ruangan. 1 ruangan besar untuk tidur dan berkumpul. Satunya lagi kamar dan dan toilet.
Area makan Situgunung Glamping
Teman suami kemudian menawarkan lanjut ke curug sawer. Saya menolak dengan alasan sudah menjelang maghrib dan kelamaan meninggalkan anak-anak. Padahal alasan sebenarnya adalah saya kedinginan. Lupa bawa jaket karena awalnya 'kan cuma mau ngobrol di kantor pengelola. Gak taunya malah diajak keliling-keliling hehehe.
Garis panjang di pagar jembatan itu sebetulnya lampu yang akan menyala saat malam hari
Balik Lagi ke Situgunung Suspension Bridge
Sebelum pamit ke Tanakita, teman suami memberikan beberapa tiket. Huahaha lumayan bangeeet! Harga tiket masuk jembatan gantung ini IDR50K per orang. Kalau dikasih beberapa tiket 'kan pengiritan ini namanya.
Pas baru banget gerbang dibuka
Begitupun dengan menyebrang di malam hari. Teman suami saya mengatakan kalau yang boleh menyebrang malam hari hanya tamu yang glamping. Sedangkan pengunjung umum hanya boleh sampai pukul 18.00 WIB. Tetapi, saya lihat di IG waktunya sampai pukul 9 malam. Mungkin nanti bisa tanya-tanya lagi kalau mau ke sana.
Jadi kami nyantai dulu aja di resto yang juga belum buka. Mendekati pukul 07.00 wib baru deh kami ke gerbang. Pengunjungnya baru ada rombongan kami (11 orang) dan sekitar 7 wisatawan lainnya.
Tiket masuk yang bisa direkatkan menjadi gelang. Tetapi, mendingan gak usah dipakai kalau mau sekalian ke air terjun.
Tiket masuk ini bisa direkatkan di tangan seperti gelang. Tetapi, bila kami ingin lanjut ke curug sawer, disarankan menyimpan tiketnya di tas. Kalau sampai basah, khawatirnya tidak bisa discan. Bila itu sampai terjadi, maka pengunjung dilarang balik dari curug lewat jembatan gantung. Tetapi, harus lewat jalan lama.
Suasana di jembatan pagi itu masih sangat sepi. Membuat kami leluasa berfoto, tanpa banyak bocor. Saya sempat bingung kenapa merasa tidak pusing sama sekali. Apakah karena ini kunjungan kedua? Saya sempat belum tau jawabannya.
Kami pun lanjut ke curug sawer. Saya akan ceritakan di postingan berikutnya tentang jalan-jalan ke air terjun ini, ya. Tetapi, bagi Sahabat KeNai yang ingin lanjut ke curug, disarankan banget pakai sepatu kets atau minimal sandal gunung.
Sekitar 1 jam kemudian, kami kembali ke jembatan. Hanya selisih sejam, suasana udah jauh beda. Sudah banyak rombongan wisatawan (terlihat dari seragam yang dikenakan) yang datang. Di jembatan ada beberapa anak kecil yang nangis karena ketakutan. Orang dewasa pun juga ada yang ketakutan. Jalannya sangat pelan bahkan sesekali berhenti. Hanya saja bedanya tidak menangis. Buat sebagian orang, melintasi jembatan ini memang udah seperti uji nyali.
Akhirnya saya tau kenapa pas melintasi jembatan di pagi hari tidak merasa pusing. Karena jumlah orang yang ada di sana masih sangat sedikit. Semakin sedikit orang yang menyebrang, jembatan cenderung stabil. Semakin banyak orang, makin berasa ayunannya.
Makanya gak heran juga kalau kemudian ada yang ketakutan dan menangis. Memang cukup berasa goyangannya. Selain itu semakin siang juga semakin panas. Memang enaknya ke sini tuh saat buka atau sore menjelang ditutup.
Resto De' Balcone
Welcome snack
Welcome drink
Karena kami belum sarapan, rasanya camilan aja gak cukup. Sebetulnya bisa aja kami balik ke Tanakita untuk sarapan karena di sana sudah disediakan. Tetapi, rencananya pagi itu kami mau lanjut ke Riverside. Nanti malah mager kalau balik ke Tanakita dulu.
Ini menu prasmanan waktu pertama kali saya ke sana. Kalau pagi-pagi belum siap makanannya.
Nasi Goreng Puspa, IDR40,250K
Di resto ini sebetulnya banyak pilihan makanan. Dari mulai nasi goreng, steak, hingga aneka pasta. Sahabat KeNai bisa memilih menu prasmanan atau a la carte. Konsepnya memang seperti resto dan bukan harga kaki lima juga.
Tetapi, karena masih pagi, belum banyak menu yang siap disajikan. Hanya ada nasi goreng, bihun goreng, dan roti bakar. Menu kaki lima di seberang resto juga belum buka. Ya udah, kami pesan makanan yang sudah siap aja. Daripada masuk angin karena belum pada sarapan.
Di resto ini ada satu area kayak jaring-jaring gitu. Hanya pengunjung yang membeli makanan/minuman yang dibolehkan masuk ke sana dengan menunjukkan struk pembelian. Karena pagi itu baru kami pengunjungnya dan kelihatan banget kami beli makanan/minuman di sana, jadi gak perlu menunjukkan struk lagi.
Ada yang sampai ketiduran 😅
Buat yang takut ketinggian, bersantai di jaring-jaring begini bikin deg-degan banget. Saya sempat nyobain. Tetapi, cuma berani di pinggir. Berbeda dengan Keke dan teman-temannya yang betah berlama-lama. Bahkan salah seorang dari mereka ada yang sampe ketiduran hehehe.
Kebanyakan wisatawan yang datang itu tidak menginap. Naik kereta paling pagi dari Bogor (pukul 08.00 wib) dan pulang naik kereta sore (pukul 16.00 wib). Bila tidak menginap memang susah ya mendapatkan suasana jembatan yang sepi untuk saat ini. Kalau ingin merasakan suasana pagi seperti yang kami alami, memang harus menginap atau berangkat naik kendaraan pribadi (sewa mobil/bus juga bisa).
Tanakita bekerjasama dengan Ruang Rupa kembali menggelar RRREC Fest in The Valley pada tangal 20, 21, dan 22 September 2019. Silakan cek infonya di IG @rrrec_fest. Beberapa cerita tentang event ini di tahun-tahun sebelumnya juga sudah pernah saya tulis di blog ini.
[Silakan baca: Piknik Lagi di RRREC Fest in The Valley 2017 - Hari Kedua]
Situ Gunung Suspension Bridge
Taman Nasional Gede Pangrango
Kadudampit, Sukabumi
Jawa Barat 43153
IG: @situgunungsuspensionbridge
www.situgunungbridge.com
open hours:
Mon-Thu: 07.00 s/d 17.00 WIB
Fri-Sun: 06.00 a/d 21.00 WIB
92 Comments
Mbaaa, daku liat poto2 ini aja auto mupeengg. berasa lagi ada di sana :D
ReplyDeleteDuh, kapan2 daku mau plesir ke jembatan situgunung jugak
--bukanbocahbiasa(dot)com--
hihihi ayo main0main ke Situgunung
DeleteItu tiduran di jaring gak serem Mbak? Tinggi gitu. Tapi aku penasaran sama jembatannya. Ternyata lebar juga. Jadi kalau ramai gak sampai pepet2 tan
ReplyDeleteKalau saya sih serem. Makanya cuma berani tidur di pinggir hehehe
DeleteKalo jalan goyangannya kenceng ga di jembatan itu... btw ada kapasitasnya ya yg jalan di atas jembatannya
ReplyDeleteKalau cuma sedikit orangnya, cenderung stabil. Gak berasa goyangannya. Ada, Mas. Itu yang papan digital di pintu masuk jembatan menunjukkan jumlah masuk dan keluar
DeleteEnakan pagi atau sore sekalian, Mbak. Kalau siang udah rame banget, deh
ReplyDeleteJembatan seperti itu asyik-asyik sserem, hahaha.
ReplyDeleteAku pernah coba yang di Cibodas mba
Saya malah belum tuh yang Cibodas hehehe
DeleteImpian banget mau ke sini. Sudah dari pertengahan tahun lalu. Beberapa kali malah sudah hampir daftar ikutan teman-teman yang ngetrip ke sini, tapi sayangnya ada aja halangannya. Meski diniatin sungguh nih ya Mbak biar bisa beneran berangkat, mana lagi pemandangannya di sana bagus banget begitu. Makin mupeng nih baca tulisannya Mbak Myra
ReplyDeleteBarusan lihat paket ke Situgunung untuk acara yang akhir bulan (20-22 September). Mayan harganya ya. Lagi mikir-mikir ini. Tapi pengeen
DeleteMain ke sini, Mbak. Semalam kayaknya gak cukup hehehe
DeleteGak usah mikir panjang hihihi
DeleteMbak jembatannya emang bagus banget lho nggak heran kalau rame ama wisatawan lokal. Aku jadi penasaran jugaak haha
ReplyDeleteDuh aku belum kesamapaian aja ya mau ke sana. Aku malah gak tau loh ada jembatan gantung situ gunung. Anak-anak suka nih kalau diajak kayanya. Uji nyali tiduran di jaring-jaring seru juga tuh. Btw itu aku lihat foto minuman ada teh manis, kalau teh tawarnya ada gak hihihi? secara aku gak doyan teh manis
ReplyDeleteAku sebenernya gak terlalu suka kalau jalan-jalan ke tempat wisata yang terlalu banyak pengunjungnya, jadi kurang nikmatin, hihi. Tapi ya gitu, suka penasaran dengan tempatnya. Kalo soal uji nyali, kasih ke yang lain aja yaaa wakakaka
ReplyDeleteYa ampun aku juga deg-degan mba kalau harus tiduran di atas jaring gitu mba. Hahhaa. Tapi emang anak anak kliatan nyaman skali. Pengen ah suatu saat ke sini
ReplyDeleteHalo, mba. Salam kenal. Infonya lengkap kap banget, kebetulan saya dan keluarga pengen ke sana dan pengen lihat Ciletuh. Cuman selama ini takut kalo transportasinya susah, tapi ternyata udah ada kendaraan online yaa xD
ReplyDeleteIya, Mbak. Sekarang udah ada kendaraan online
DeleteYa Allah kak Mira asyik banget ya jalan-jalan terus sama anak-anak duh rasanya pengen banget ajak anak-anak kesana. Anak-anak saya belumpernah ngerasain glamping nih baru camping aja di Sekolah ehehe.
ReplyDeleteBiar gak bosa di rumah melulu hihihi
DeleteWow pengen banget datang kemari, tapi agak serem gitu lihat ketinggiannya mbak. Pemandangan alamnya pun bagus banget euy :)
ReplyDeleteMain ke danaunya aja. Pemandangannya juga bagus, kok
DeleteEyaampun, keren banget sih tempat ini. Yang aku lihat di Instagram banyaknya jembatan gantungnya. Ternyata tempatnya asyik juga ya. Ada glamping dan tempat bobo2 di jaring2 itu ya. Kepengan banget ke sanaaaaa
ReplyDeleteNyali anak muda sama orang tua emang beda ya mba. Itu kalo sedang di jembatan pengennya foto selfie ya, jadi lama dong nyampe nya
ReplyDeleteSelama-lamanya di jembatan gak bakal lama banget, kok. Pusing juga kan kalau goyang-goyang terus. Lagian panas kalau kelamaan di jembatan :D
Deleteaku berkali kali liat reviewmu tapi belum sempeeet juga euuuy mampir ke sini..tempatnya kereen ya Chie..mau aah segera planning ke sini
ReplyDeleteIni yang aku cari-cari infonya kemarin, kak..
ReplyDeleteNuhun uda nulis.
Soalnya pengin banget ke Jembatan yang panjaaang dan tinggiii..
Uwuuwuw~
Huaaw Situgunung, kepnegn kesini tapi belum jadi jadi, pengen glamping ya :'' kapan kapan aku japri ya mba tanya tanya, apalagi mau bawa Toodler hehe. Btw aku kayaknya belum berani Naik jembatan ini haha sebegitu ngerinya apalagi panjang banget XD
ReplyDeletesaya tuh takut banget sama ketinggian, liat jembatan gantung merinding euy
ReplyDeletedari dulu dah ngidam ke sini, keren emang
ReplyDeleteitu warung-warung gerobaknya pake kayu jadi artistik gt ya, keren banget,
Kebayang sensasinya waktu lewat jembatan itu...
ReplyDeleteSaya pernah lewat nggak sepanjang itu aja kaki ngilu 😁
Btw asyik juga keknya tiduran di jaring, tapi kaki ngilu lihatnya
Kalau melihat jembatan gantung gitu kaki langsung lemes tapi kalau disajikan makanannya rasa #SemangatCiee tiba-tiba datang 😂
ReplyDeleteIni uji nyali beneran mba wkwkwk
ReplyDeletelebih serem daripada ngeliat hantu ya, ngeliat ketakutan sendiri di atas ketinggian
entah aku kuat nggak hahahaah. Tapi penasaran
Bagus banget tempatnya Mbaak... Itu jembatan gantungnya, aku berani naikin gak yaa... Serem amat.
ReplyDeleteWah keren banget sih... Ini sih harus masuk list jalan-jalan kalau pulang ke Bandung sekalian agendain buat ke sana ah...
ReplyDeletewaaah jembatan gantungnya lumayan panjang dan tinggi yaa, kalo kayanya nggak berani nih soalnya emang agak takut ketinggian hihihihi,
ReplyDeleteWaduh, lihat jembatannya kek gitu jadi mikir berat badan saya nih
ReplyDeleteApa bisa melewatinya tanpa bergoyang kencang tuh jembatan haha
Parno sama berat badan sendiri deh jadinya
'Kan dibatasi total beban di jembatan. Kalau gak mau terlalu goyang, coba datang paling pagi
DeleteAduh tuh jembatan terlihat menyeramkan buat aku yg takut ketinggian. Aku bisa semaput mbak hahhhha. Liburannya menyenangkan Yaa.
ReplyDeleteKalau lihat penginapan, restonya, pemandangan alamnya pengen banget main ke Sukabumi. Tapi kok yang saya takuti hanya saat melewati jembatan gantung ini ya. Hahaha
ReplyDeleteCerita dan fotonya sukses buat orang auto pengen kesana juga..
ReplyDeleteApalagi aq blm pernah nyobain nginep model glamping gitu
Mbak, itu Beneran UjUjinyali yaaa kayaknya. Hahaha saya ragu deh Kalo kesana bakalan berani gak yaaa? Tapi penasaran banget pengen coba yang beesantai di atas jaring jaring itu. Gimana rasanya yaaa
ReplyDeleteIhh pengen banget nyobain jembatan Gantung Situ Gunung..dlu banget saya suka camping disana tapi itu masa2 Sma skrang dah bagus bangt mba daerahnyaa asli baca2 kepengen bnget cepet2 ksana
ReplyDeleteIni baru petualangan seru ya mba, bisa uji nyali di jembatan terpanjang itu, aku pun suka nih tempat wisata seperti ini alamnya masih hijau dan asri
ReplyDeleteternyata nama jembatannya ini ya, sering lihat di instagram2 gitu hehehe gewla kerenlah
ReplyDeleteKalo gitu sekalian glamping di situ ya, mbak. Biar bisa leluasa foto-foto dari pagi-pagi. Rakyat jelata pasti nggak banyak yang glamping kan :D
ReplyDeleteKepoin rate-nya ah.
Jadi temennya suami kamu itu memegang posisi apa di Jembatan Gantung Situgunung sampai dikasih makan minum dan tiket gratis kayak gitu :( Beruntungnyaaa
Glamping bikin pengen ke sana deh, bagus banget. Itu berapa kak per malam?
ReplyDeleteSaya gak tanya rate situgunung glamping hehehe
DeleteHuwaaaa liat jembatannya stress wkwkwk tapi glampingnya maoooo. Aku ndak berani kayaknya hahaha
ReplyDeleteKalau ke Situgunung glamping kayaknya memang harus lewat jembatan. Kecuali kalau glamping di Tanakita hehehe
DeleteSeru banget mbak. Aku pengen banget nih main ke sini, bobok di glampingnya. Menarik banget..
ReplyDeleteWow takjub banget nih mba lihat pemandangannya. Wajar saja kalau tempat wisata semacam ini ramai pengunjung. Jembatan gantung yang panjang, dimana dikelilingi oleh pemandangan yang indah, belum lagi spot lainnya ditambah wiskulnya yang bikin lapar mata.....Sukasa bangeeet
ReplyDeleteTemenku ada yg udh bbrp kali ke sana, trus pamer di grup WA. Wkwkwk...
ReplyDeleteTernyata, sebaiknya ada persiapan ya, kalo bisa nginep. Kalo banyak orang, malah ajul²an. Naiiniiii...aku kok jadi gamang...
Cek ah, kalo dr Bandung, naik apa ya?
Saya pernah dari Bandung, tapi naik kendaraan pribadi. Kalau ada kereta yang ke Sukabumi, enakan naik kereta aja
DeleteKeren jembatannya.
ReplyDeleteJaring-jaring di restonya juga mantap.
Jadi pengen ngemil sambil nyantai di situ.
Seruuu, aku belum pernah ke Situ Gunung apalagi ke Jembatannya. Waktu itu hampir ke sana, tapi krn dah sore, akhirnya batal.
ReplyDeletePenasaran jg, di tengah2 jembatan gimana rasanya hehe.
Btw, makasih ya mbak info detil situ gunung.
Duuuuh, mb Myra beneran bikin daku kepengen ke Situgunung deh. Dari dulu ada temen ngajakin ke saan, cuma belum kesampaian. Itu cerita sungguh komplit, beda dg orang lain hihihihi. Ini detil plus foto2nya. Mau juga ah bobo cantik di jaring2. Musholanya kelihatan cukup luas, makanan yummy, keren! Itu terminal sampe ramai banget pengunjung kepo sama jembatannya heheh.
ReplyDeleteseruuu dan pengalaman yang berkesan pastinya. Mau tuh tidur di jaring2 hehe.. tapi memang aku paling males wiken ketempat2 wisata yang berebutan sama weekend warriors lain hehe. Mending beres2 rumah. Mau nyoba hari kerja kayaknya short getaway gitu cuti or ijin kantor. Kayaknya seru bs ke jembatan gantung itu!
ReplyDeleteIni jembatan gantung yang terpanjang se Asia Tenggara kalau enggak salah, ya? Akhirnya tahu juga setelah baca postingan Mbak Mira. Bisa dibayangkan jalannya pasti jauh, hehe ... Nasi gorengnya minimalis tapi harganya lumayan juga, ya? Hehe ... Seru pastinya jalan-jalan kayak gini bareng keluarga.
ReplyDeleteSerunyaaaaa... Mba, izin simpen link ini ya. Saya butuh suatu saat. Menantang dan asyik banget kayanya santai2 di jaring itu.
ReplyDelete"Jangan sampai bikin area instagramable, ya" Setuju banget ini. Kita satu selera mbak e. Jangan sampai keindahan alam yang natural dirusak dengan fasilitas2 aneh bin ajaib hanya demi feed instagram or sosial media lainnya. Rusak kalau begitu. Saya nggak suka, apalagi love-love, lampu2 pohon warna-warni, arrrrgh
Emang bener, dimana ada tempat kekinian, di situ ada pemburu foto. Hohoho.
ReplyDeleteAku lebih tertarik ke glampingnya, menggoda bangeeeet. Daripada harus uji nyali di jembatannya haha
Tapi, kalau mau ke Situgunung glamping memang harus lewat jembatan hehehe
DeleteNgiler glampingnya mbak. Pingin ajak keluarga ke sana. Sejuk banget udaranya kayaknya. Orang Jabodetabek butuh penyebaran nih. Bersih pula tempat nya
ReplyDeleteKalau weekend rame banget, udah cukup lengkap ya fasilitasnya berkunjung dan Travelling ke sana juga asyik pasti apalagi mau ada glamping nanti
ReplyDeleteakhir agustus kemarin aku ksana mba.. Tp krn kesananya menjelang sore, jd enak, ga terlalu rame banget. walopun goncangan di jembatan ttp terasa :D. aku sib malah suka bgt tempat2 di ketinggian gitu, sampe ngayal seandainya aja bisa bungy jumping dari situ wkwkwkwk...
ReplyDeleteasistenku yg kasian. dia sampe jongkok di tengah saking pusingnya hahahahah. aku temenin sampe dia ga takut lg :D. curug sawernya ternyata ga gitu tinggi yaa, tp lumayanlah debit airnya deres :D.
Sdh lama banget pengen bisa berkunjung ke jembatan situ gunung ini. Indah srkali ya
ReplyDeleteUdah sejak lama pengen ke situgunung. Cuma belum kesampean terus nih, pengen banget liat secara langsung jembatannya itu. Bagus pula tuh buat poto..
ReplyDeleteNih Jembatan ngehitz banget, gak terlalu jauh dr Jakarta
ReplyDeleteWaaah seru banget bisa glamping juga! Aku pengen ke sini dari tahun lalu tapi belum kesampaian juga huhuhu.
ReplyDeleteSalah satu tempat wisata yang lagi jadi favorit nih ya mbak, kok aku malah degdegan sih kalau foto disitu ya tapi kudu nyobain sih. Ada penginapannya juga ternyata, jadi pengen mengagendakan untuk kesana deh.
ReplyDeleteAku cukup takut sama ketinggian tapi selalu pengen nyobain hal-hal menantang kayak berjalan di jembatan gantung gini, semoag bisa segera menikmati sensasinya dan tentunya pemandangan yang indah.
ReplyDeletePengen banget kesana deh .. tempatnya seru udaranya bagus makamnaua juga enak perlu diagendakan ini kayaknya
ReplyDeleteBaru minggu kemarin saya ke sini..
ReplyDeleteIni FRnya:
https://zaeabjal.blogspot.com/2019/11/fr-mencoba-merasakan-sensasi-jembatan.html?m=1
Mang ada sensasi dan kebanggaan tersendiri ya mbak myra, di tengah jembatan bergoyang- goyang. Buat ku ga ada kata kapok kl lewat jembatan gantung 😁.
ReplyDeleteKayaknya aku gak bakal berani naik jembatan itu deh mba.. Hihiiii..
ReplyDeleteAku takut ketinggian. Mau naik jembatan kaca di kampung warna warni aja aku udah atuutt *tutup muka
Keren banget deh. Banyak spot foto instagramable, cocok buat saya pejuang konten haha
ReplyDeleteSaya naksir aktivitas glampingnya aja deh. Gak kuku euy kalau harus melewati jembatan itu, takut jatuh sayanyahhh
ReplyDeleteWah, baru tau nih, jadi pengen ksana.. penasaran sama foto jembatab pada malam harinya hehe
ReplyDeleteWah sekarang rame banget ya?
ReplyDeleteMungkin karena banyak bangunan baru
Jujur saya lebih suka dulu, sewaktu masih asri :D
Mupeng banget ini saya mau kesana 😍😍 tempatnya Instagramable banget, kalo dilihat jembatan gantung dan suasana sekitarnya macam ga di Indonesia aja. Terus penginapannya juga daebaak.. huhu pengen banget kesana 😭
ReplyDeleteAiihh... Ini gimana ya yang takut ketinggian?
ReplyDeleteIni nyali banget emang.
Saya terpesona dengan keasriannya, keelokannya, juga cuaca yang nampak sejuk.
Itu sampai gerobak dan tangganya juga terbuat dari material kayu semua ya. Sangat estetis dan jauh dari kesan ramai warna warni seperti yang banyak terlihat di obyek wisata alam lain. Kesannya justru hangat dan alami. Penginapannya pun unik dan masih menyatu dengan konsep alamnya.
Suka bacanya.
Komplit banget ceritanya mba, bikin aku deg-degan juga kebawa alur ceritamu, berasa ngerinya jalan di jembatan gantung dan bersantai di jaring-jaring di resto yang bawahnya jurang. Seru sih pengalamannya nih.
ReplyDeleteWah, postingan kita kompakan nih mbak.
ReplyDeleteKebetulan aku juga lagi mengulas ini kemaren. Menyenangkan kan yaa di sana
Duh kebayang duduk dijaring- jaring itu, saya mah langsung gemeteran kayaknya makchi, huhuhu. Viewnya bagus.
ReplyDeleteYa Allah itu pemandangannya keren pisan jadi mupeng pengen kesana...anak-anak pasti suka ya diajak aktivitas di alam terbuka
ReplyDeleteKeren mbak.. harus diagendakan liburan ke jembatan dan curugnya.. keren
ReplyDeleteGimana ya rasanya naik jembatan jantung gitu? Saya belum pernah nyoba sih tapi udah kebayang aja pasti bakal ketakutan hehe soalnya saya juga rada phobia dengan ketinggian hehe..
ReplyDeleteJadi kalau kita naik jembatan gantung itu saat banyak orang juga menaikinya itu efeknya bikin pusing ya. So bagusnya naik saat masih sedikit yang naik ya.
keren abis...
ReplyDeletejembatan gantung nya uhui banget deh...
jembatan gantungnya memang menarik
DeleteMba klo dari parkiran bis ke jembatan brp jauh mb..klo bawa anak kecil 3th trllu jauh gak?apa ada ojeknya?
ReplyDeleteLumayan jauh kalau jalan kaki. Apalagi jalannya menanjak. Sekarang banyak angkot yang mangkal di tempat parkiran bis buat nganter sampai ke pinru masuk taman nasional. Kayaknya ojek juga ada.
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)