Acara resepsi pernikahan dilaksanakan di daerah Petaling Jaya. Dari Siti Homestay, tempat kami menginap, jaraknya tidak jauh. Masih di komplek yang sama. Pernikahan berlangsung di Dewan Pertemuan. Ya, kalau lihat bangunannya mirip seperti GOR.
Ketika saya membuat judul 'Resepsi Pernikahan di Malaysia' itu karena pernikahannya memang di negara ini. Jadi bukan bermaksud untuk mengeneralisir. Karena saya sebetulnya tidak tau apakah resepsi pernikahan di Malaysia sama seperti di Indonesia. Di mana setiap daerah punya tradisi masing-masing.
Seperti apa resepsi pernikahan sepupu saya di Petaling Jaya?
Semakin Banyak Keluarga Besan yang Datang, Semakin Merasa Dihargai
Alm Papah saya dan cucu-cucunya
Sayangnya, kami tidak bisa membalas dengan jumlah yang sama. Setengahnya pun rasanya gak ada. Tentu saja kami gak ada sedikit pun maksud untuk tidak menghargai. Tetapi, ada beragam alasan yang membuat keluarga besar sepupu saya berhalangan hadir.
Dari pihak om saya, mayoritas keluarga besarnya berprofesi guru. Pada saat yang bersamaan, di Indonesia sedang masa UTS. Keke dan Nai juga sedang UTS, tapi boleh ikut ujian susulan. Kalau guru tentu sulit mendapatkan izin cuti saat ujian sekolah sedang berlangsung.
Ada juga keluarga yang anaknya autis. Sangat takut berhadapan dengan kamera sehingga selalu gagal membuat paspor. Gak mungkin anaknya ditinggal. Akhirnya sekeluarga batal hadir.
Kalau dari keluarga besar tante yaitu keluarga besar saya juga hanya sebagian yang bisa hadir. Kebanyakan gak tinggal sekota. Jadi, ketika pernikahan di BSD sudah cuti kerja. Sulit mendapatkan cuti lagi. Lalu ada pula kejadian sekeluarga paspor kerendam cucian. Jadi yang ikut pun semakin sedikit.
[Silakan baca: Drama Menuju Ngunduh Mantu di Malaysia]
Alhamdulillah, teman-teman tante dan sepupu saya pada datang. Jadi lumayan menambah rombongan dari Indonesia. Bersyukur juga keluarga Malaysia mengerti kondisi kami.
Pengaturan Waktu Undangan
Saya terheran-heran saat melihat waktu resepsi pernikahan. Dari pagi sampai sore! Sepintas kayak resepsi pernikahan di Indonesia kalau diadakan di rumah. Bisa seharian, bahkan sampai malam.
Tapi, ternyata ada bedanya. Walaupun undangannya seharian, ternyata ada pengaturan waktunya. Bahkan pengantinnya juga gak datang dari pagi.
Kami sebagai besan diminta datang pukul 1 siang. Uniknya pengantinnya pun datangnya bersama kami. Pagi hari hanya dihadiri oleh keluarga besar dari tuan rumah. Kalau siang untuk tetangga dan lain sebagainya.
Berarti yang diundang pagi gak ketemu dengan pengantin. Saya gak tau persis alasannya. Tapi, kalau kata sepupu saya malam sebelum resepsi, seluruh keluarga besar pengantin pria pada datang ke rumah yang punya hajat. Jadi, mungkin karena itu acara pagi gak perlu dihadiri pengantin.
Menerima Tamu Tidak di Pelaminan
Orang tua dan salah salah seorang adik suami sepupu saya sedang
berbincang-bincang dengan tamu yang datang
Ternyata, di sana yang menjadi penerima tamu itu justru orang tua dan saudara kandung mempelai. Mereka akan menyambut para tamu dengan suasana penuh keakraban.
Tamu yang datang saling sapa dan ngobrol dulu dengan yang punya hajat di pintu masuk. Bahkan bisa saling ngobrol juga dengan sesama tetangga atau kerabat. Tidak ada batasan waktu untuk mengobrol.
Jadi tamu tidak sekadar isi buku tamu, masukin angpau ke dalam kotak, terima souvenir, kemudian masuk ke dalam. Ketemu pengantin dan orang tuanya di pelaminan. Itu pun cuma salam-salaman atau menyapa ala kadarnya.
Tuan rumah menyambut kedatangan tamu undangan
Yang bertugas ngipasin pengantin bukan bocah-bocah, tetapi orang
dewasa
Jamuan Makan Sampai Kenyang
"Kebalikan banget sama waktu resepsi di BSD deh, Teh. Waktu itu Ghea sampai kelaparan di atas pelaminan karena cuma sempat makan sedikit. Giliran sekarang malah kenyang banget," ujar sepupu saya.
Setelah rombongan pengantin dan keluarga kami masuk ke dalam gedung, dipersilakan duduk di tempat yang sudah disediakan. Usai sambutan dan pembacaan doa, kami menunggu MC memanggil untuk foto bersama.
Setelah selesai foto bersama, saatnya makan siang. Di meja utama untuk pengantin, orang tua sepupu saya, dan anggota keluarga kami yang dituakan.
Akhirnya sepupu saya yang mengalah hehehe
Meja berikutnya adalah meja keluarga untuk besan. Setelah itu baru meja untuk para tamu undangan lainnya. Orang tua dan keluarga inti tetap menjadi penerima tamu. Kalaupun ada keluarga dari pihak yang punya hajat terlihat makan bersama, bergabungnya sama meja untuk tamu lainnya.
Di sini semuanya mendapatkan tempat duduk. Jadi gak ada satupun yang makan dan minum sambil berdiri. Menyenangkan kalau bisa makan dan minum seperti ini. Ya mungkin itu juga alasan ada pengaturan jam undangan. Supaya semua tamu dapat tempat duduk.
Untuk makanan, perbedaannya ada di penyajian. Di meja utama dan keluarga besan, makanan sudah dihidangkan di meja. Sedangkan untuk tamu undangan, mengambil makanan sendiri di meja prasmanan.
Selalu ada pramusaji yang melayani di meja utama
Hidangan ini hanya ada di meja utama
Tetapi, di meja keluarga juga akhirnya kebagian karena masih ada sisanya. Makanya sepupu saya sampai bilang kekenyangan. Jumlah makanan yang disajikan memang cukup banyak.
Hidangan untuk tamu undangan lainnya berupa prasmanan
Bagaimana bila ada tamu undangan yang ingin bersalaman saat pengantin sedang makan?
Gak masalah, sih. Ada juga yang nyamperin dan tetap disambut. Tetapi, saya lihat jarang yang seperti itu. Kebanyakan ikut makan bersama. Selesai makan, pengantin yang jalan kesana-sini, menghampiri para tamu. Sesekali aja naik lagi ke pelaminan untuk sesi foto bersama.
Bunga Telur, Souvenir Tradisional yang Mulai Ditinggalkan
Nenek suami sepupu saya menginginkan souvenir bunga telur di pernikahan cucunya. Souvenir ini berupa telur rebus yang dihias menjadi seperti bunga. Nantinya souvenir ini akan diberikan kepada keluarga dan tamu yang dianggap spesial. Sedangkan untuk tamu lainnya mendapatkan telur rebus yang dimasukkan ke dalam tas kecil
Bunga telur melambangkan kesuburan. Harapannya, setiap tamu yang diberikan bunga telur akan mendoakan pasangan pengantin agar segera dikaruniai anak.
Bunga telur ini merupakan tradisi lama yang sudah mulai jarang. Katanya sih penyebabnya karena sulit merebus telur dalam sekali waktu tanpa ada yang pecah. Karena kalau pecah, telur rebusnya gak akan bertahan lama. Sehingga bisa langsung dianggap gagal semuanya.
"Bayangin, Teh. Merebus 2500 butir telur sekaligus dan gak boleh ada yang pecah. Deg-degan banget!" ujar sepupu saya
Para tamu tidak hanya mendapatkan bunga telur. Kami juga mendapatkan permen, kue ikan (ini rasanya kayak bolu), ketan kuning, dan rambut nenek (gulali tepung). Saya lupa menanyakan apakah ada makna dari semua souvenir ini seperti bunga telur.
Rambut nenek
Sekarang, saya gak pernah lihat yang jualan gulali tepung. Kalau saya browsing tentang rambut nenek, selalu dapatnya gulali yang pakai kerupuk. Padahal bukan itu yang saya mau. Makanya saya seneng bisa puas banget makan camilan ini di sana.
Persamaan dengan Resepsi di Indonesia
Namanya juga negara serumpun, adanya persamaan bisa saja terjadi. Saat tiba di lokasi acara, saya melihat hiasan seperti kembang kelapa (manggar) yang biasa ada di adat pernikahan Betawi.
Di sana juga disebutnya bunga manggar. Setahu saya kalau di Betawi, kembang kelapa bermakna kemakmuran. Harapannya, rumah tangga pengantin akan makmur dan mendapatkan banyak manfaat seperti pohon kelapa. Saya lupa menanyakan makna bunga manggar ini kalau di Malaysia. Bisa jadi memiliki makna yang sama.
Sepertinya tidak ada seragaman di pernikahan Malaysia. Sejak acara lamaran, akad dan resepsi di BSD, hingga acara di Kelana Jaya, pakaian dari keluarga Malaysia ya sama aja. Untuk laki-laki memakai baju Melayu. Sedangkan yang perempuan baju kurung. Warnanya pun bermacam-macam alias gak senada. Begitupun dengan motif baju kurungnya. Paling pas resepsi di Malaysia, saya melihat keluarga inti suami sepupu saya mengenakan warna yang seragam.
Om saya mengenakan Teluk Belanga
Sepupu saya ini anak satu-satunya yang masih hidup. Waktu acara di BSD 'kan kami menggunakan adat Sunda. Adat dari keluarga besar saya. Makanya di Malaysia, om saya ingin mengenakan pakaian khas Bangka di hari spesial putrinya.
[Silakan baca: Drama Kamar Mandi di Hotel POP, BSD City]
Para tamu yang hadir juga gak semuanya berpakaian formal. Malah saya lihat banyak yang mengenakan kaos oblong dan jeans. Memang suasananya terasa santai dan penuh kekeluargaan.
Sepanjang acara, para tamu dihibur dengan musik caklempong. Kalau di Minangkabau ini kesenian talempong. Beberapa lagunya pun cukup familiar dengan kami.
Acara resepsi masih berlangsung hingga sore. Tetapi, kami hanya sekitar 2 jam saja di sana. Terik aja udara siang itu. Sampai homestay langsung beli air kelapa dan ngadem di rumah. Sorenya baru lanjut ngemall.
[Silakan baca: Siti Homestay Kelana Jaya, Penginapan Nyaman untuk Muslim]
Baidewei, saat resepsi diselenggarakan, ada salah seorang YouTuber Malaysia yang meminta izin untuk meliput. Oleh keluarga suami sepupu saya dizinkan dengan syarat kalau videonya sudah jadi jangan langsung dipublish untuk publik. Kalau keluarga merasa sreg dengan hasilnya baru boleh dipublish. Dan inilah video resepsi pernikahan sepupu saya di Malaysia.
30 Comments
Ya Alloh serunya pernikahan di negeri Jiran, keluarga benar2 mempersiapkan sedwmikian rupa. saya cuma kebayang brp dananya 😷
ReplyDelete.
Salam sehat dan sukses selalu Amin
Asik banget sih resepsi kaya gini. Lebih terasa akrab dan kekeluargaan ya mbak. Jadi bisa lebih terasa sakral..
ReplyDeleteAku ko ngeliat nya jadi kaya suasana lebaran beserta keluarga besar ya..akrab aja gitu. Udah gitu yang menerima tamu didepan itu adalah keluarga sendiri (mempelai) jadi terkesan menyambut hangat tamu yang hadir sebab langsung oleh si empunya acara
ReplyDeletePunya teman juga yang nikah sama Warga negara Malaysia, seru si prosesi pernikahannya. Adat melayu kental banget, jadi nambah wawasan tentang upacara adat pernikhan dari negara lain. nah artikel ini jadi mengingatkan saya lagi kak mantul
ReplyDeleteWalaupun aku orang Palembang, tapi impianku nikah nanti ya maunya pakai adat melayu kayak gini haha. Ntah kenapa dari dulu suka aja. Kesannya sakral, simpel namun tetap ngena. Sampe utarakan di twitter dan ada temen dari sana yang bilang, "nanti kalau nikah kabari, aku kirimin baju melayu buat kamu." Hasek!
ReplyDeleteAAAMIIIIN
DeleteIkut meng-amin-ka Yayan, semoga diijabah ya
Karena seruuu banget euy, nikahan kayak begini :D
Acara nikahannya ada mirip-mirip tapi juga nggak mirip ya.
ReplyDeleteAku suka bagian keluarga inti menyambut tamu dan pengantinnya bisa bebas berjalan-jalan menyapa tamu.
Pernikahan seperti ini juga beberapa kali aku temui di Indonesia, biasanya kalau yang punya hajat Chinese.
Biasanya juga kita bakalan duduk bareng dan makan bareng. Bedanya sih, kalo yang di Indonesia cuma dibatasin sekitar 2 jam, nah kalo yang ini sepanjang hari. Tapi, mantennya nggak capek juga yaaa. Seru.
Resepsi pernikahan di negeri Jiran asyik ya mbak, ga monoton jd pengantin nya bisa santai. Ohhh ya kl souvernir bunga telur aku pernah dapat, waktu hadir di resepsi pernikahan teman ku yg org Medan, Mereka pake adat Melayu, Jd ada beberapa tradisi yg sama ya mbak.
ReplyDeleteWaah seneng sekali ya Mbak Myra bisa menghadiri acara pernikahan sepupu di Malaysia. Bisa tau adat pernikahan di sana. Ternyata di sana lebih santai ya mbak. Gak berdiri berjam-jam di pelaminan. Semua tamu pun dapat duduk saat makan.
ReplyDeleteWah...ceritanya runut dan lengkap banget smp aku engga bisa komen. Soale udh jelas. Seneng aja, kerasa akrab krn ortu yg jadi penerima tamu. Bukan among tamu yg deret² pakai seragam.
ReplyDeleteMirip-mirip ya ternyata sama di Indonesia, kekeluargaannya juga bagus sekali, tamu benar-benar disambut oleh yang punya hajatan sehingga merasa dihargai.
ReplyDeleteAsyik banget bacanya. Saya suka nih acara resepsi yang model begini, lebih santai, lebih mengutamakan keluarga, dan nggak kaku. Kayaknya boleh dicoba nih :)
ReplyDeleteLalu yang agak membuat saya heran, souvenir pernikahannya itu barang habis pakai seperti itu? Ya bebas sih sebenarbya, tapi kalau. Sudah dimakan kan langsung hilang :)
Seru ya bisa merasakan budaya negara lain. Saya juga merasa senang saat hadir di acara pernikahan , tamu yang hadir duduk semua tanpa ada yg menyantap hidangan sambil berdiri seperti di solo
ReplyDeleteSelalu menarik ketika bisa mengalami atau minimal menyimak pengalaman budaya dari negara lain. Meski serumpun, pasti tetap ada perbedaan. Wong yang Jawa Barat sama Jawa Tengah aja udah beda banget. Melihat hiasan tangan seperti itu, mengingatkanku akan "mehndi" di India. Di makanannya juga ada nasi biryani. Apa budaya pernikahan di Malaysia terpengaruh budaya India ya?
ReplyDeletePenyajian makanannya menarik, lebih tertib. Seluruh tamu duduk di kursi dan sudah ada makanan yang tersaji di meja. Nggak rebutan bar-bar kayak resepsi di sini.
Mbak, alm. papa kamu berkharisma sekali ya, seperti politisi atau negarawan :)
Unik dan mengesankan tradisi pernikahan ini. Tamu dan tuan rumah enggak terlihat kerepotan ya.
ReplyDeletePanjang namun ngalir begitu tulisannya. Alhamdulillah selesai dibaca semua haha. Nggak terasa. Enak ya Mbak pengantinnya nggak dipajang di pelaminan jadi bisa bebas gerak dan makan banyak kalau lapar. 😅
ReplyDeletesetiap negara punay kebiasaan sendiri , dalam suatu negara tiap daerahnya juga berbeda ya
ReplyDeleteLain ladang lain belalang, lain tempat lain tradisinya
ReplyDeleteTq infonya, saat baca serasa saya ikut brada di malaysia hehe
Acara pernikahan yang penuh keakraban, membaur antara yang punya hajat dan tamu. Semua menikmati suguhan makanan dan musik tradisional dengan bahagia ya.
ReplyDeleteUntuk beberapa hal tradisi di malaysia ini mirip dengan beberapa daerah di sumatera. Itu yang saya temukan. Mungkin karena masih serumpun, sesama melayu ya.
ReplyDeleteWah, enaknya ada makan bersama. Kalau di Indonesia makan ya tamu tinggal ambil prasmanan ya, malah kasian pengantinnya nggak bisa makan karena harus di pelaminan terus.
ReplyDeleteSouvenirnya juga unik sekali. Kalau di Minang juga ada yang ngasih makanan gitu, nasi kuning biasanya. Tapi juga sudah mulai ditinggalkan sih
Mengenal budaya dari berbagai belahan bumi, makin terasa jika Tuhan menciptakan perbedaan sebagai rakhmat agar kita saling mengenal.
ReplyDeleteMasya Alloh.
Pastinya penuh arti mendalam budaya lokal yang tercermin dalam resepsi pernikahan di sana ya mba
Sepupuku juga beberapa ada yang jadi warga negara Malaysia karena lahir di sana . Jadi beberapa kali ibu dan ayah ke sana saat mereka nikah.
ReplyDeleteMungkin karena Medan itu kota Melayu, jadi masih merasa hampir sama semuanya. Termasuk bolu ikan itu .
Oya, dari Aceh sampe Medan bolu bentuk ikan itu mudah sekali didapat
Lebih asyik gini ya
ReplyDeleteDulu sewaktu nikah konsepnya juga gini
Saya jalan jalan mendekati tamu dan ngobrol
Tapi karena banyak yang pingin salaman di pelaminan ya udah nurut
Waww baca ini prngetabuanku soal pernikahan ala melayu makin luas. Berasa imut disana karena tiap detilnya diceritakan dan visualnya cukup menarik. Aku sukka bacanya. Thank you kaka sharingnya
ReplyDeleteDi Sumatera rata-rata resepsinya begini, dari pagi sampai siang atau malahan pagi sampai jam 8 malam. Tamu yg datang ada jam-jamnya. Cume bedanya gak ada kotak buat amplop aja. Hehehe. Semoga sakinah mawadah warahmah ya mba.
ReplyDeleteloh terus kalau yg datang pagi, tamunya ketemu siapa donk? kan pengantinnya datang siang. hihi... unik yaaa. jadi makin tau acara nikah di negeri seberang
ReplyDeleteSeru juga ya bertandang ke negri tetangga. Melihat budaya lain itu selalu menarik. Aku salfok sama menu makanannya mbak, kurang penjelasannya hahaha selalu tertarik sama makanan kalo saya wkwk
ReplyDeleteJadi dapat gambaran bagaimana resepsi yang dilakukan di Malaysia. Pelaminannya nggak terlalu waw kayak di Indonesia tapi menarik sekali. Saya suka nih pelaminan yang kayak gitu. Senangnya lagi di gedung acara resepsi ini semua tamu dapat tempat duduk ya, beda sekali dengan resepsi di Indonesia yang mungkin dengan terpengaruh budaya luar jadi sengaja kali nggak disediakan banyak tempat duduk jadi banyak tamu yang terpaksa harus berdiri.
ReplyDeletePengantin perempuan terlihat santai ya, bisa ngobrol bareng tamu dan keluarga. Kalo di Indonesia kebanyakan memang model standing party, dan nggak nyaman. Tapi ada juga yang masih menggunakan model meja seperti ini, kayak warga Chinese, Solo, Kudus, dan Jogja. Semarang juga ada, biasanya permintaan keluarga yang ingin lebih dekat dengan tamu dan undangan juga dibatasi
ReplyDeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)