Bubur ayam tuh menu sarapan atau untuk orang sakit. Awalnya, saya
berpikir seperti itu dan gak pernah kepengen makan di waktu lain. Tapi,
prinsip ini mulai berubah setelah mengenal bubur ayam cina bernama Ridho
Restu.
Apa bedanya bubur ayam China dengan bubur ayam Indonesia?
Bubur China atau Tionghoa tampilannya lebih sederhana. Buburnya polos,
tapi rasanya sudah cukup gurih. Tektur buburnya lebih lembut. Gak padat,
gak kecairan. Taburannya biasanya cakwe, ayam, dan daun bawang. Disediakan
juga topping lainnya untuk tambahan.
Sedangkan bubur Indonesia biasanya
tampilannya lebih ramai. Biasanya ada tambahan kuah dan toppingnya lebih banyak. Tapi, bubur Indonesia juga banyak ragamnya, lho. Yang saya tau ada bubur manado, bubur sukabumi, bubur cirebon, bubur bandung, bubur ase, dan mungkin masih banyak lagi.
Tuh, di Jawa Barat aja yang saya tau ada 3 macam bubur yaitu sukabumi, cirebon, dan bandung. Kalau bubur China ini agak mirip bubur bandung. Tapi, setahu saya beda di teksturnya buburnya. Kalau yang bandung lebih kental. Btw, tolong koreksi kalau saya salah, ya. Karena ini berdasarkan pengalaman saya aja.
[Silakan baca: Sarapan di Bubur Ayam Bejo Kosambi, Bandung]
Tuh, di Jawa Barat aja yang saya tau ada 3 macam bubur yaitu sukabumi, cirebon, dan bandung. Kalau bubur China ini agak mirip bubur bandung. Tapi, setahu saya beda di teksturnya buburnya. Kalau yang bandung lebih kental. Btw, tolong koreksi kalau saya salah, ya. Karena ini berdasarkan pengalaman saya aja.
[Silakan baca: Sarapan di Bubur Ayam Bejo Kosambi, Bandung]
Hampir Setiap Malam Makan Bubur Ayam Ridho Restu
"Wah! Ke mana aja, Mas? Ada ya 5 tahunan gak ketemu. Saya kadang
kepikiran lho mas nih ke mana aja, gak pernah makan di sini lagi."
Penjualnya langsung menyapa suami dengan antusias begitu kami datang.
Jadi lah mereka berdua ngobrol. Saya hanya menyimak, paling sesekali
nimpalin obrolan.
Dulu, ketika kami masih tinggal di Bekasi, hampir setiap malam suami
makan bubur ayam Ridho Restu. Lha, memangnya gak makan malam di rumah?
Tentu makan, dong. Nanti saya ngomel karena udah masak, tapi gak dimakan
wkwkwkw.
[Silakan baca: Sarapan di Bubur Ayam Bejo Kosambi, Bandung]
[Silakan baca: Sarapan di Bubur Ayam Bejo Kosambi, Bandung]
Cerita Inspiratif dari Tukang Bubur
Ini bukan cerita tentang sinetron tukang bubur naik haji, ya hihihi. Kami
sudah gak pernah makan di sini sejak pindah rumah. Udah gitu ketemu
pandemi sekitar 2 tahunan. Memang selama pandemi, kami jarang banget jajan
makanan/minuman apapun. Jadi, kurang lebih 5 tahunan lah gak ke bubur ayam
Ridho Restu.
Mengejutkan sekaligus menyenangkan karena penjualnya masih ingat dengan
suami. Kalau sama saya baru ketemu. Biasanya suami bawa pulang seporsi
bubur saat saya sakit. Jadilah sambil makan diajak ngobrol.
Obrolannya random, tapi cerita tentang pandemi terasa inspiratif bagi
saya. Penjualnya bercerita di tahun pertama berasa banget sepinya. Nyaris
gak ada kendaraan yang lewat. Benar-benar sepi!
Tahun kedua pandemi, mulai ramai lagi pembeli. Tapi, hanya menerima
pesanan untuk dibungkus. Ramai dari pelanggan yang kangen bubur ayamnya.
Juga ramai karena saat pandemi kan banyak yang sakit. Biasanya bubur jadi
pilihan makanan bagi yang sakit.
"Sekarang, pakai asisten, ya?"
Penjualnya cerita kalau sekarang punya 2 asisten. 1 orang membantunya,
satunya lagi berjualan di tempat lain. Padahal, ya, tadinya selalu jualan
sendirian selama bertahun-tahun. Gak punya cabang di manapun. Tetapi,
setelah pandemi malah semakin laris jualannya. MasyaAllah.
Menarik menyimak cerita tentang perjuangannya selama menjadi penjual bubur. Dapat tips memilih lokasi jualan hingga jungkir baliknya selama pandemi. Menurut saya, selain rasa buburnya yang enak, penjualnya memang ramah kepada semua pelanggan. Selalu disapa dan diajak ngobrol.
Menarik menyimak cerita tentang perjuangannya selama menjadi penjual bubur. Dapat tips memilih lokasi jualan hingga jungkir baliknya selama pandemi. Menurut saya, selain rasa buburnya yang enak, penjualnya memang ramah kepada semua pelanggan. Selalu disapa dan diajak ngobrol.
"Tumben sendirian, Mbak. Biasanya setiap pulang kantor selalu ajak
temannya makan di sini."
"Ini bubur buat istri ya, Pak Haji?"
Ya, saya pun menyimak ketika penjualnya menyapa para pembeli. Beberapa
terlihat memang sudah berlangganan lama. Bahkan, sama suami pun masih
ingat. Padahal udah 5 tahunan gak makan di sini.
Jadi, teringat dengan penjual mie yamin langganan saat saya masih SMA.
Sekian tahun gak pernah makan di sana, tetap aja mamangnya ingat. Padahal
sekian tahun, wajah dan badan mungkin udah mengalami perubahan, ya,
Hal-hal seperti itu terasa menyenangkan, lho.
Review Bubur Ayam Ridho Restu
Di tempat kami tinggal sekarang jarang banget yang jual bubur China. Cuma
ada 1 tukang bubur pake motor yang jualannya setiap pagi. Lebih mudah cari
yang jualan bubur ayam Sukabumi. Kami juga suka, tapi tetap lebih enak
bubur ayam China.
Suka sedih kalau lagi sakit. Karena dulu suka dibawain bubur ayam Ridho
Restu atau yang di Barito. Tapi, kantor suami udah pindah lokasi pula.
Sekarang jauh banget dari Barito 😅.
Makanya jadi suka bikin sendiri. Sejak itu, deh, makan bubur ayam gak
lagi hanya untuk sarapan atau sakit. Tapi, enak dinikmati kapan pun.
Hikmahnya di situ. Jadi bisa bikin bubur ayam hahaha.
"Gimana, Mas? Buburnya masih enak, gak?" tanya penjualnya.
"Masih sama rasanya kayak 5 tahun lalu," jawab suami.
Kalau masih sama, berarti masih enak, dong, Karena gak mungkin dulu suami
makan melulu di sana kalau rasanya gak enak.
Sepintas, seporsi bubur ayam Ridho Restu kayak sedikit. Padahal buat saya
dan suami, porsinya cukup mengenyangkan. Lagipula, saya memang kurang suka
sama sajian makanan atau minuman yang sampai melimpah dna tumpah-tumpah.
Mendingan mangkok atau gelasnya digedein, deh.
Teksturnya mirip kayak bubur china pada umumnya. Gak kekentalan, tapi
juga gak kecairan. Ya, memang kalau dibandingkan bubur Indonesia,
teksturnya lebih cair.
Ada 3 pilihan bubur di sini. Bubur ayam biasa, pakai ceker ayam, atau
telur ayam kampung setengah matang. Kami memilih dikasih ceker. Gak banyak
sih cekernya, kayaknya cuma 2
sepasang kaki kiri dan kanan 😂. Ukurannya juga kecil,
mungkin pakai ayam kampung.
Di atas bubur, dikasih taburan cakwe dengan potongan cukup besar, sedikit
potongan kecil ayam, dan cheese stick. Kemudian seplastik kerupuk. Bisa
juga minta ditambahkan daun bawang dan emping.
Biasanya saya minta pakai emping. Tapi, kali ini lagi gak pengen. Minta
tambahin daun bawang. Potongan daun bawangnya besar-besar. Gak difoto, ya.
Karena saya penggemar bubur ayam diaduk. Baru dikasih daun bawang setelah
buburnya diaduk 😄.
Ukuran cheese sticknya agak berubah, nih. Seingat saya, dulu agak
gede-gede. Sekarang lebih kecil dan kurus. Kata suami, enakan yang
sekarang karena bisa lebih menyatu ke bubur. Meskipun rasa kejunya memang
kurang berasa, tapi enak suka sih dengan 'kriuknya'.
Di meja juga disediakan sate-satean. Ada sate ati ampela ayam, sate telur
puyuh, dan sate usus. Ada juga telur rebus. Saya cukup nambah 1 tusuk sate
ati ampela ayam aja.
Saya kasih kecap asin sedikit saja karena buburnya udah cukup gurih.
Disediakan juga kecap ikan dan kecap manis, tapi saya skip keduanya.
Sambalnya cair banget. Tapi, pelan-pelan nuangin ke mangkoknya. Karena
dikasih sedikit aja udah berasa pedasnya.
2 porsi bubur ayam ceker, 2 tusuk sate ati ampela ayam, dan 2 gelas VIT
totalnya Rp38.000,00. Menurut kami harganya masih sangat bersahabat
banget. Gak sampai 50 ribu, kami berdua udah kenyang. Senang pula bisa
saling bertukar cerita.
Patokannya Hotel Ibis Styles Bekasi Jatibening
Bubur Ayam Ridho Restu masih berjualan di lokasi yang sama. Lokasinya ada
di parkiran ruko. Seingat saya, ruko di sana gak rame. Tetapi, sekarang
udah ada Mixue. Beneran spesialis penghuni ruko kosong, ya hahaha.
Kalau di parkirannya memang dari dulu juga jadi tempat para pedagang kaki lima. Tapi, saat kami ke sana sudah berganti pedagang. Hanya bubur ayam ini yang masih bertahan. Alhamdulillah.
Lokasi sekitarnya juga semakin ramai. Sekarang tepat di seberangnya ada Indomaret yang lumayan besar. Ada point coffee juga di dalamnya. Di samping ada hotel Ibis Styles dan apartemen. Nah, katanya bubur ayamnya semakin ramai pembeli sejak ada hotel. Kalau malam hari, banyak tamu hotel yang makan di sini.
Kalau di parkirannya memang dari dulu juga jadi tempat para pedagang kaki lima. Tapi, saat kami ke sana sudah berganti pedagang. Hanya bubur ayam ini yang masih bertahan. Alhamdulillah.
Lokasi sekitarnya juga semakin ramai. Sekarang tepat di seberangnya ada Indomaret yang lumayan besar. Ada point coffee juga di dalamnya. Di samping ada hotel Ibis Styles dan apartemen. Nah, katanya bubur ayamnya semakin ramai pembeli sejak ada hotel. Kalau malam hari, banyak tamu hotel yang makan di sini.
[Silakan baca: 5 Hari Lebaran di Hotel Ibis Styles Braga, Bandung]
Sebetulnya dari dulu lokasinya mudah ditemukan. Dari jalan Kalimalang ke
arah Bekasi, masuk jembatan Caman. Gak jauh dari jembatan deh lokasinya.
Posisinya di sebelah kiri. Tapi, sejak ada hotel Ibis Styles memang
semakin mudah dijadikan patokan.
Kalau LRT udah beroperasi, di dekat sana ada stasiunnya. Kalau gak salah namanya, stasiun LRT Cikunir 1. Tinggal lanjut naik ojol karena gak ada angkot.
Deket banget kok jaraknya. Kalau lihat di maps sih cuma 500 meteran. Tapi, kalau males jalan kaki ya naik ojo aja.
[Silakan Baca: Begini Caranya Naik LRT Jakarta]
Kalau LRT udah beroperasi, di dekat sana ada stasiunnya. Kalau gak salah namanya, stasiun LRT Cikunir 1. Tinggal lanjut naik ojol karena gak ada angkot.
Deket banget kok jaraknya. Kalau lihat di maps sih cuma 500 meteran. Tapi, kalau males jalan kaki ya naik ojo aja.
[Silakan Baca: Begini Caranya Naik LRT Jakarta]
Kapan-kapan makan di sini lagi, deh, Murah, kenyang, dan menyenangkan!
Bubur Ayam Ridho Restu
Jl. Caman Raya, Jatibening
Bekasi - Jawa Barat
(Patokannya - Hotel Ibis Styles Bekasi Jatibening)
68 Comments
Noted kalo ke Bekasi mampir, patokannya Ibis Style Jatibening. Tar kalo main2 ke rumah Bibi di Bekasi mau nyemil bubur Ridho Restu.
ReplyDeleteKbayang itu kalo bibirnya gurih meski polosan, aku pecinta bubur banget soale, suka diburruu dan diaduuk eeeh ..
Toss kita timbubur diaduk hahaha. Ayolah ke Bekasi. Apalagi sekarang udah ada LRT. Pakai MRT juga bisa, ding
DeleteTemenku ada yang jualan bubur ayam , jadi pas main ke rumahnya ya disajikan bubur terus dia bilang, ini makan malam yang enak dan aman meski malam hari. Tapi sayang di Bengkulu gak ada yang jual bubur malam hari, hehehe
ReplyDeleteDi Bengkulu pada gak terbiasa makan bubur malam hari ya, Mbak
DeleteSuka banget sama bubur ayam sukabumi gurih dan toppingnya meskipun rame tapi enak aih hehehe...kalo di semarang kebanyakan bubur ayam yg berkuah manis aku ga begitu suka sih
ReplyDeleteWah, ternyata di Semarang beda lagi. Saya penasaran, sih. Meskipun kurang suka juga makanan manis
DeleteSetelah 5 tahun, akhirnya mengobati rindu dengan bubur ayam Ridho Restu ya Mbak Myr. Yang namanya bubur ayam yang sudah jadi langgangan, rasanya pasti sudah akrab banget ya. Aku juga suka gitu, suka kangen sate padang di tempat tinggal yang lama. Sayangnya aku tak seberuntung dirimu Mbak Myr, tukang sate padang langganan ku dulu sudah gak jualan lagi. Entah kemana dia sekarang, semoga sih baik2 saja ya. Amin
ReplyDeleteNah, saya masih penasaran sama bubutr ayam Cikini, Mbak. Enak juga itu rasanya. Tapi, sampai sekarang gak tau pindahnya ke mana
DeleteBuburnya ini jenis bersih ya, maksudnya ga banyak toping sebagai bumbu untuk bubur tradisional seperti bubur Cianjur atau bubur Sukabumi. Apa ini lebih ke gaya Chinese Porridge kali ya
ReplyDeleteTapi yang pasti emang enak tuh kalau pakai cakue. Jadi inget kebiasaan makan bubur di rumah majikan dulu
Iya, Teh. Bubur China biasanya gak banyak topping
DeleteIni tempat si tukang jual bubur ayam, kalau pagi ada nasi kuning kesukaanku juga loh mak. Aku malah baru ngeh ini ada bubur ayam kalau malam ya. Mau ah nanti kalau pas ke rumah mamahku sekalian nyobain juga. Biasanya suka nyari jajanan kalau pas kesana.
ReplyDeleteNah iya kalau pagi suka beda lagi para penjualnya, ua. Tapi, saya belum pernah jajan pagi hari di sana. Padahal selalu rame juga, tuh
DeleteBubur kesukaan keluarga kami sama sama bekasi nih lokasinya tapi jauhh, next gada salahnya mau saya ajak keluarga cobain buburr ridho restu
ReplyDeleteBekasi lumayan luas juga sih ya hehehe
Deleteyummyyyy tahu nggak di daerahku sekarang ga ada loh bubur ayam kayak di jabodetabekk gini mba serius. pas aku nyari buryam kok rada2 anaeh gitu kok gini yaaaa wkwkkw.
ReplyDeleteRada aneh gimana, Cha? Saya jadi penasaran hahaha
DeleteWah bubur ayanm enak ada di Bekasi, kirain lagi cerita bubur di Rawamangun:)
ReplyDeleteAku lihat tekstur buburnya seperti yang aku suka nih. Jarang2 makan bubur malam aku nih ternyataa da juga yang jual. Asyik kl mau cobain gampang nih dari stasiun LRT Jatimulya turun di stasiun LRT CIkunir :)
Di Rawamangun yang jual bubur China adanya pagi. Belum ketemu yang jual malam. Tapi, kalau bubur lain sih banyak
DeleteDuh baca postingan ini jadi pengen makan bubur ayam malam ini. Kayanya enak deh. Saya juga punya langganan bubur ayam di deket rumah. Seneng ya makan di sini, penjualnya juga ramah. Masih inget aja kalau udah lama Mba Myra ama Suami nggak makan di Ridho Restu.
ReplyDeleteIya, terkesan dengan keramahannya. selain buburnya juga enak
DeleteAku suka bubur ayam China begini, lebih lembut teksturnya, jadi tinggal ditelan saja..pas sakit cocok banget ini. Pasti deh kalau bubur ayamnya enak balik lagi dan lagi, apalagi kalau penjualnya seramah Mas-mas yang di punya Ridho Restu
ReplyDeleteSetuju, Mbak. Bubur China memang lebih lembut dan rasanya udah gurih. Cocok juga buat kalau lagi sakit. Kan, biasanya kalau sakit suka susah menelan
Deletewah mantap banget itu tekstur buburnya, sebagai pecinta bubur ayam garis keras dengan tekstur yang kental dan legit, kayaknya harus icip deh bubur ayam enak ini
ReplyDeleteYuk main-main ke Bekasi :)
Deletekalau di tempatku yg sering dijual bubur ayam Cirebon hehe. Baru denger bubur ayam Cina, mungkin karena ada cakweya itu ya mbak?
ReplyDeleteHarganya cukup terjangkau yaa. Apalagi penjualnhya juga ramah jadi pelanggannya pada betah.
Salah satu ciri khasnya memang ada cakwenya. Bubur Bandung juga agak mirip dengan bubur China
Deletepas anak-anak sakit aku sering beli bubur ayam dekat rumah, terbantu banget kalau masih buka saat udah malam, jadi enggak perlu bikin bubur sendiri. Apalagi pakai usus, anakku suka banget.
ReplyDeleteIya saya juga suka dibawain bubur saat lagi sakit
DeleteTim bubur ga diaduk hadir! Hehehe, lucu banget mbak ternyata masnya inget banget ya. And the photo looks super yummy! Jadi pengen cobain jugaaa.
ReplyDeleteIya, padahal udah 5 tahun gak ke sana :D
DeleteInspiratif kisah si tukang bubur yah Mak. Menyapa pelanggan dengan ramah, ini salah satu tips menarik pelanggan untuk datang dan datang lagi, karena pelanggan merasa ada ikatan batin apalagi ditambah dengan bubur yg enak main jatuh hatilah.
ReplyDeleteBetul banget, Mbak. Pelanggan senang ya diramahin begini.
DeletePenampakan bubur ayamnya gak kalah sama Tawan ya. Kelihatan enak buburnya. Harganya lebih mahal daripada bubur ayam abang2 lainnya yang seporsi 10 ribu.
ReplyDeleteBahkan ada netizen yang bilang kalau ini bubur Tawan KW. Karena memang cukup mirip hehehe
Deletebtw kalau disana bubur ayamnya engga pakai kuah kaldu gitu ya mba? atau beda-beda lagi? di tempatku (Aceh) bubur ayamnya pakai kuah kaldu lagi, terus kerupuknya pakai kerupuk warna warni gitu
ReplyDeleteDi Jakarta ada banyak jenis bubur, Mbak. Ada yang pakai kuah dan enggak. Nah, kalau bubur China gak pakai kuah
DeleteHoo, jadi yang tanpa kuah itu bubur Cina ya. Kayanya bubur Cirebon juga gitu ya mak? Tanpa kuah, jadi rasa buburnya emang udah gurih, andalannya ditambah sambal kacang deh. Deuh enak banget kayanya, ahaha
ReplyDeleteIya mirip bubur Cirebon. Tapi, setahu saya kalau bubur Cirebon masih pakai kuah kaldu berwarna gelap. Nah, pakai sambal kacang juga kalau bubur Cirebon
DeleteAku suka bubur ayam yang pake cakwe kayak gini
ReplyDeleteRasanya jadi lebih kaya di lidah. Juga gak terlalu berbumbu kental yang bikin rasa buburnya tertutupi
Seandainya Bekasi dekat, mau juga nih nyobain
rasanya buburnya aja udah enak ya, Mbak
DeleteKok sama sih mbak, aku juga dulu berpikirnya gitu deh, bubur kan buat yang sakit hihi tapi makin ke sini makin ngeh dengan kuliner satunini, enak aja di makan kapan aja yaa. Apalagi kalau tempat makannya juga nyaman, makin menikmati banget
ReplyDeleteSejak suka bikin bubur sendiri. Saya jadi suka makan bubur kapan pun hihihi
DeleteWah aku baru tahu bedanya bubur cina dan bubur indo begini, hehe. Selama ini seringnya makan bubur ayam bandung aja, karena udah ada dimana2 kan, nemunya gampang. Bahkan ada satu langganan bubur ayam di Surabaya yang aku suka banget, udah jadi langganan, karena kalo harus kuliah pagi2 cuma bubur ayam ini yang buka, haha.
ReplyDeleteJujur, aku lebih suka tipe bubur ayam yang ada kuahnya, entah kenapa. Pas baca artikel ini jadi penasaran, nggak ada kuahnya tapi kok gurih? Jadi pengen nyobain juga, apalagi ada sate2an begitu hehe...
Bubur ayam bandung termasuk mirip sama bubur ayam cina. Cuma biasanya teksturnya lebih padat
DeletePenjual seperti ini yang bikin makin betah beli di sana. Walau 5 tahun enggak ketemu masih ingat sama pembelinya. Berkah pandemi juga yaa malah makin rame jualannya walau awal-awal terasa sulit.
ReplyDeleteKalau pengalaman ibuku, beliau angganan mie ayam bahkan sejak aku belum lahir. Udah belasan tahun mungkin yah ga beli d sana. Sekalinya beli eh penjualnya masih hafal, ngajak ngobrol panjang lebar. Wow salut banget!
Nah, kan. Penjual yang seperti itu memang bikin senang pelanggan. Makanya suka banyak yang setia pelanggannya
DeleteMakan bubur malem2 kalau rasanya enak, auto dicari ya mbak. Apalagi pas laper
ReplyDeleteKalau seringnya kan bubur jadi sarapan ya, ini jadi unk makan malem 😁
Daku pernah pulang kerja malah makannya bubur ayam, hehe. Apalagi kalau pas badan lagi gak enak, dibawa makan bubur jadinya lebih segeran
DeleteSekilas itu mirip Bubur Cinajur.. Kalau di Malang di sebutnya Bubur Jakarta, , jadi pengen makan Bubur habis baca ini hiksss
ReplyDeleteSebagai sesama penggemar bubur ayam baik dalam kondisi sehat dan sakit, auto tergugah lihat postingan ini, Kak. Semoga suatu waktu bisa menikmati kuliner ini juga. Apalagi ini bubur ayam China, ya. Sepertinya saya belum pernah makan ini.
ReplyDeleteAku suka segala tipe bubur, tapi memang yang paling aku suka itu bubur china kayak gitu mba.. Buburnya aja udah gurih ya, terus kesannya clean gitu, pake cakwe sama ayam jadi makin kaya teksturnya. Boleh nih dicoba kalau nanti kapan-kapan aku main ke Bekasi... :D
ReplyDeleteAkhirnya jumpa lagi setelah 5 tahun berlalu dan ternyata rasa bubur ayamnya gak berubah ya? Keren banget sih ini, menjaga kualitas dan cita rasa yang patut buat dicicipi langsung
ReplyDeleteYuummiii bangeett..
ReplyDeleteAku baru tau bedanya bubur ayam China sama bubur ayam Indonesia.
Kek berasa makan bubur di China kalo makan di Ridho Restu. Hihih...yaaa, gak gitu juga sii..
Aku juga seneng sama bubur yang sederhana, gak terllau ramai sama printilan. Karena aku tim bubur ga diaduk.
Penasaran sama bubur ayam ini, biasanya favorit aku tuh bubur ayam cirebon. Pasti citarasanya beda. Dulu tuh aku mikirnya orang makan bubur ayam cuma pagi buat sarapan aja, ternyata malam-malam banyak juga ya nyari buryam.
ReplyDeleteMemang ya bubur identik dengan makanan buat orang sakit tapi kalau tampilannya menggoda kayak bubur Ridho gini jadi pengin nyobain deh apalagi ada tambahan sate-satean yang makin menggugah selera.
ReplyDeleteTapi identik juga dengan sarapan kalau di Jabodetabek sih hehe
DeleteWah area Barito aku sering lewatin tuh tiap Minggu kalau pas mau ke Ampera hehe, mau nitip?
DeleteBTW sku gak suka bubur mbak,tapi suami dan anak2ku sukaaa haha. Jd kalau mereka makan bubur aku hanya menepi, minimal makan sate2annya atau gorengan kalau ada :D
catet dulu kulinerannya, kali kapan2 wisata naik LRT bisa ajakin keluarga mampir sana.
bubur ayam china itu kayak yang di tawan gitu ya, mbak? kalau bubur ayam banjarmasin juga setahuku yang nggak banyak campurannya jadi bubur aja nggak pakai bumbu kuning. aku pribadi sukanya bubur ayam bandung dan ada juga langganan yang selalu ke situ kalau mau makan bubur
ReplyDeleteAku jugaaa lebih suka bubur China gini Mbaaa. Krn buburnya tanpa Diksh apapun udh enaaak. Mamaku dulu sering bikin. Makanya aku LBH terbiasa Ama bubur China drpd yg lain.
ReplyDeleteIni sayang jauh juga yaaa si ridho 🤣. Kalo Deket aku datangin deh.
skr palingan kalo kangen bubur aku ke cempaka putih. TK buburnya bukan Chinese style sih.
Yg bubur di landmark BNI 46, juga enak. Tp cuma jualan hari kerja, dan cepet abis 😅. Jadinya pilihan lain, ke bubur Kwang tung di Pecenongan. Itu juga fav ku
Bubur Ayam Cina memang sudah kuat dirasa buburnya polosnya aja. Di deket rumah ku juga ada yang jual. Laris banget karena selalu tersedia. Sering pas lagi sakit, saya makan bubur ini. Karena cukup dengan bubur plus telor rebus dan kecap manis aja udah enak. Secara ya kalau lagi sakit kan susah untuk ngunyah dan nelan.
ReplyDeleteYang paling saya suka dari bubur Cina ini adalah topping cakwe nya itu. Dipotong tipis-tipis terus dicampur ke bubur. Duuhhh gurihnya lengkap banget terasa di lidah. Aahhh mendadak pengen telpon si abang penjual bubur Cina dekat rumah.
Bubur Cina tapi penjualnya bukan Cina ya?
ReplyDeleteMenarik nih, karena di Sukabumi yang jualan bubur Cina ya etnis Cina (mualaf)
Banyak bubur Sukabumi lain yang terkenal hingga luar Sukabumi
Biasanya yang jual /pembuatnya urang Sunda ^^
Padahal aku habis makan siang, tapi baca tulisan ini tetap aja ngiler. Bayangin makan semangkuk bubur ridho restu lengkap dengan sate ati ampela ayam, sate telur puyuh, dan sate usus.
ReplyDeleteGambar buburnya sangat menggoda, apalagi ada sate-sate nya... Sebagai penggemar bubur ayam, terpaksa nih aku catat nama dan alamat Ridho Restu. Siapa tahu saat ke Bekasi, bisa mampir...
ReplyDeleteBaru tahu ada bubur ayam Cina, Mbak. MasyaAllah masih tetpa laris. Toping buburnya nggak seberapa banyak ya.
ReplyDeleteBiasanya kalau di Surabaya ada kacang gorengnya, telur dadar iris tipis, daun bawang, suwiran ayamnya. Rame isinya, diaduk-aduk lebih berasa, kalau saya., hehe
Noted kalau nanti ke Bekasi lagi ^^ Jadi penasaran karena terlihat sederhana tapi terlihat enak. Yummy! Saya pun baru tahu kalau ada bubur China dan topingnya simpel, kebayang enak..
ReplyDeleteAku juga tim bubur diaduk mbak hehe. Ditambah telur puyuh makin endulita. Menurutku bubur ayam nggak hanya buat orang sakit kok. Enak buat sarapan. Eh iya juga ya, kalo kita diingat sama penjual tuh rasanya seneng banget. Apalagi udah lama dan dia tetep nyapa, mashaAllah. Semoga setelah pandemi ini, tukang buburnya makin lancar rezeki dan laris manis.
ReplyDeleteYang jualnya humble banget ya..
ReplyDeleteAku juga suka makan di tempat yang jualannya humble. Suka canda dan gak cringe.. Hihihi..
Soalnya di Surabaya, aku punya tempat makan yang jualnya suka sapa-sapa dan asal aku pulkam, selalu kangen sama si bapak.
Memang menunya enak dan penjualnya ramah tuh jadi nilai plus plus seperti bubur ayam Ridho Restu di Bekasi ini.
seneng baca kisah penjual yang makin laris setelah Pandemi, mashaAllah. Makin seneng lagi kalau penjual bisa inget pembeli meski udah lama nggak ketemu. Semoga makin laris manis Bubur Ayam Ridho Restu. Bubur ayam adalah makanan yang nggak bisa ditolak pagi-pagi hehe
ReplyDeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)