"Pah, Maaf Ya Gak Jadi Jalan-Jalan ke Batu Caves" - Hari ke-4 kami di
Malaysia, dari pagi sampai siang hanya mager di flat sepupu saya.
Makanya, tadinya saya gak berencana menceritakannya di blog. Abis apa
pula yang mau diceritakan?
"Teh, selama di Malaysia rencananya mau ke mana aja?"
"Belum tau nih, Pah. Kalau Papah maunya ke mana?"
Sebuah pesan WA dari papah masuk ke hp saya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, rencana saya sekeluarga ke Melaka yang sudah tersusun rapi diputuskan untuk batal. Papah yang tadinya berencana langung pulang sehari setelah resepsi pernikahan, malah jadinya pengen nambah.
Papah jadi ingin ikut saya jalan-jalan. Karena itinerary di Melaka lumayan padat untuk orang tua, saya pun memutuskan batal. Kasihan kalau papah dan mamah kecapean. Mendingan jalan-jalan di sekitaran Kuala Lumpur dengan jadwal yang santai.
"Pastinya sih Papah maunya ke Twin Tower. Papah suka tuh suasana sore di Menara Kembar Petronas!"
"Ya udah, kita ke sana aja."
"Nanti kita nginepnya di mana, Teh?"
"Belum tau juga, Pah. Pastinya sih, hari pertama dan kedua nginepnya di homestay. Hari ketiga di flat Ghea. Nah sisanya belum tau di mana. Papah mau ikut menginap di homestay atau hotel?"
"Di homestay aja biar gabung sama yang lain. Tetapi, untuk penginapan lain setelah dari flat Ghea, Teteh juga yang atur, ya. Pokoknya Papah percayain semua ke Teteh."
"Siap!"
[Silakan baca: Siti Homestay Kelana Jaya, Penginapan Nyaman untuk Muslim]
Bukan hal baru kalau ada acara keluarga, saya dan papah selalu berdiskusi. Saya juga lebih suka ngobrol sama papah karena lebih bisa kompak 'tektokannya'.
Papah dan cucu-cucunya di flat dekat Batu Caves
Contents
Tetapi, gak menyangka juga kalau beberapa bulan kemudian, justru ini yang bikin saya sedih. Setiap kali ingat papah, rasanya timbul penyesalan. Kalau ada mesin waktu, kayaknya saya mau deh mengulang lagi perjalanan kami ke Malaysia. Terutama cerita di hari ke-4.
Sebelum Berangkat ke Malaysia
"Teh, selama di Malaysia rencananya mau ke mana aja?"
"Belum tau nih, Pah. Kalau Papah maunya ke mana?"
Sebuah pesan WA dari papah masuk ke hp saya. Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, rencana saya sekeluarga ke Melaka yang sudah tersusun rapi diputuskan untuk batal. Papah yang tadinya berencana langung pulang sehari setelah resepsi pernikahan, malah jadinya pengen nambah.
Papah jadi ingin ikut saya jalan-jalan. Karena itinerary di Melaka lumayan padat untuk orang tua, saya pun memutuskan batal. Kasihan kalau papah dan mamah kecapean. Mendingan jalan-jalan di sekitaran Kuala Lumpur dengan jadwal yang santai.
"Pastinya sih Papah maunya ke Twin Tower. Papah suka tuh suasana sore di Menara Kembar Petronas!"
"Ya udah, kita ke sana aja."
"Nanti kita nginepnya di mana, Teh?"
"Belum tau juga, Pah. Pastinya sih, hari pertama dan kedua nginepnya di homestay. Hari ketiga di flat Ghea. Nah sisanya belum tau di mana. Papah mau ikut menginap di homestay atau hotel?"
"Di homestay aja biar gabung sama yang lain. Tetapi, untuk penginapan lain setelah dari flat Ghea, Teteh juga yang atur, ya. Pokoknya Papah percayain semua ke Teteh."
"Siap!"
[Silakan baca: Siti Homestay Kelana Jaya, Penginapan Nyaman untuk Muslim]
Bukan hal baru kalau ada acara keluarga, saya dan papah selalu berdiskusi. Saya juga lebih suka ngobrol sama papah karena lebih bisa kompak 'tektokannya'.
Back to Content ⇧
Alasan Gak Tertarik ke Batu Caves
"Teh! Papah barusan lihat Google Maps. Ini flat Ghea deket sama Batu Caves, ya?"
"Katanya sih gitu."
"Ya udah kita ke sana! Papah belum pernah tuh ke Batu Caves."
"Iya, Pah."
Saya hanya menjawab singkat. Padahal dalam hati, saya gak tertarik sama sekali ke Batu Caves. Saya takut melihat patung berukuran raksasa.
Saya tidak takut dengan semua patung. Hanya yang berukuran raksasa. Gak sampai bikin saya jejeritan dan pingsan juga saat melihatnya. Paling hanya merinding dan agak gemetar.
Itulah kenapa saya gak menceritakan ketakutan ini ke siapa pun. Bukan hal yang sering juga melihat patung berukuran raksasa. Mending disimpan sendiri aja ketakutannya.
Itulah kenapa saya gak pernah tertarik ke Batu Caves. Meskipun banyak yang menganggap sebagai salah satu destinasi wajib bila traveling ke Kuala Lumpur, Malaysia. Mending cari tempat lain aja, daripada saya ketakutan.
Back to Content ⇧
Batal ke Batu Caves
Jalan-jalan di hari ketiga juga gak sesuai rencana. Karena papah dan mamah diajak silaturahmi sekalian pamit ke rumah besan om dan tante saya, makanya kami pisah seharian.
Papah seneng banget waktu saya kasih lihat foto-foto kami yang lagi jalan-jalan. Paling kepengen tuh ke KL Forest Eco Park. Sampai bilang, "Masih ada waktu gak ya buat ke sana lagi?"
[Silakan baca: KL Forest Eco Park, Hutan di Tengah Kota Kuala Lumpur]
Agak feeling gulty juga sih saya karena rencana di hari ketiga juga batal ajak papah dan mamah jalan-jalan seharian di Kuala Lumpur. Ya meskipun mereka juga jalan-jalan. Tetapi, saya juga agak lega karena kalau diajak jalan kaki dari Mydin ke KLCC Park juga mereka bisa kecapean.
Setelah seharian berpisah, kami berkumpul lagi di stasiun KL Sentral. Dari sini kami bersama-sama naik KTM Komuter Train menuju Batu Caves. Perjalanan memakan waktu sekitar 40 menit.
Suasana kereta terasa sepi. Apalagi yang turun di stasiun Batu Caves. Mungkin karena kereta yang kami naiki itu kereta terakhir dan turunnya pun di stasiun tujuan akhir. Kalau berangkatnya pagi atau sore mungkin akan lebih ramai karena banyak wisatawan yang menuju tempat wisata ini.
Naik kereta terakhir dan sampai Batu Caves pukul 10 malam
Stasiun akhir ini lokasinya sangat dekat dengan tempat wisata Batu
Caves. Bisa dibilang berdampingan. Kalau Sahabat KeNai ingin
berwisata ke Batu Caves, naik KTM Komuter Train bisa jadi salah satu
pilihan terbaik. Harga tiketnya juga gak mahal. Seingat saya gak
sampai RM3.
Motretnya dari dalam stasiun. Patung yang besar itu ketutup pohon
ini.
Ini juga motret dari stasiun. Patung itu sepertinya pintu masuk
menuju Batu Caves
Kami pun lanjut naik Grab menuju flat sepupu saya. Dari jalan terlihat patung yang terkenal itu. Buat saya udah cukup lah melihat dari kejauhan.
Keesokan harinya ...
"Teh, jadi gak kita ke Batu Caves? Yang lain katanya pada capek dan belum beberes. Papah pengen nih ke sana. "
"Sama, Pah. Chi juga belum beberes."
"Oh gitu. Ya udah kain kali aja, deh."
Papah tidak terlihat baper sama sekali. Tetapi, dalam hati, lagi-lagi saya merasa bersalah. Sebetulnya saya gak lagi beberes. Gak berasa capek juga setelah sehari sebelumnya jalan-jalan seharian di Kuala Lumpur. Tapi, memang enggan aja ke sana karena takut lihat patung.
[Silakan baca: Jalan-Jalan Seharian di Kuala Lumpur]
Karena gak ada yang mau ke Batu Caves, kami di flat aja sampai siang. Keke dan Nai terlihat lagi mager karena travel WiFi yang kami sewa sudah sangat lancar kembali. Rencananya siang itu, kami akan menuju Bukit Bintang dan menginap semalam di sana.
[Silakan baca: Pengalaman Menggunakan Travel WiFi Wi2Fly Selama di Malaysia]
Area sekitar Batu Caves termasuk ramai. Jalannya turun naik dan masih dikelilingi hutan. Jadi cuaca di sana lumayan sejuk. apalagi saat itu masuk musim hujan.
Saat itu, saya sempat bersyukur gak jadi ke Batu Caves. Menjelang siang, hujan turun sangat deras. Kebayang kalau kami sedang ada di sana mungkin akan kehujanan. Mendingan di flat aja, kan.
Back to Content ⇧
Penyesalan Itu ...
Saya tau kok kalau kematian adalah salah satu misteri terbesar Allah SWT. Semua makhluk hidup akan mati. Tetapi, tidak tau kapan waktunya.
Apalagi papah wafatnya sangat mendadak. Tidak ada tanda apapun dan sedang dalam keadaan sehat. Papah wafat begitu selesai sholat maghrib. Gak ada satupun yang menyangka papah sudah pergi. Malah disangkanya papah sedang sujud.
Saya memang masih suka bersedih kalau lagi kangen papah. Termasuk saat melihat foto-foto perjalanan kami selama di Malaysia. Ini jadi jalan-jalan bersama kami yang terakhir. Makanya baru sekarang saya mau menuliskan rangkaian perjalanan ini.
Tetapi, saat saya memutuskan untuk membuat tulisan ini juga bukan sekadar untuk terus bersedih. Saya berharap tulisan ini menjadi salah satu pengingat untuk terus membahagiakan orang-orang yang kita sayangi selama masih ada waktu. Gak pernah tau juga kan kapan waktu akan berakhir.
Insya Allah, Papah sudah tenang di sana. Tetapi, maaf ya, Pah. Chi gak jadi ajak Papah ke Batu Caves.
Back to Content ⇧
20 Comments
Jadi ikut merasakan kesedihan dan kehilangan. Keingetan sosok nenekku yang dulu pas kritis kondisinya, aku ga bisa ke sana. Dirawat di bandung yang saat itu belum ada tol kaya sekarang.jadi pada naik pesawat ke bandung. Karena kendala keuangan akhirnya bisa liat jenazahnya aja. Padahal sebelumnya nenek minta banget aku nemenin beliau di rumahnya. Tapi aku males, jauh dari sekolah soalnya. Hiks jadi keingetan
ReplyDeleteSemoga kita terus mendoakan orang yang tersayang.
Deleteini seperti janjiku sama alm kakak Naufal, pengen belikan dia buku dan ga jadi... yaa Allaaah rasa menyesal ini yang sulit untuk dibagi ke siapapun Chi
ReplyDeletesemoga papah tenang ya di sanaaa
Duh jadi sedih aku bacanya apalagi papah mendadak perginya ya & Myra lagi gak ada didekatnya. Papa pingin ke Batu Caves banget ya. Pengingat juga buat aku nih supay agak menyia2an waktu
ReplyDeleteInsya Allah papa udah tenang dan nggak nuntut sesuatu yang belum kesampaian. Tapi kenangan tetap membekas ya. Kaya dulu abang angkatku minta beliin gelas tupperware warna wortel. Gelasnya masih otw dia udah dipanggil
ReplyDeleteAl-Fatihah untuk Papa.
ReplyDeleteWalopun ga jadi ke Batu Caves, daku yakiiin, beliau pasti bangga dan bersyukur punya putri sebaik Chi.
Beugh, aku juga sempat lewat BatuCaves, tapi mager banget buat turun :))) Apalagi kudu naik ratusan tangga ntuh, duh makasiii dah :)
Jadi baper dan sedih Mba, insha papanya sudah tenang di alam sana, semoga Allah memberikan tempat terindah di sisiNya, lebih indah dari tempat manapun di dunia.
ReplyDeleteJadi pengen selalu membahagiakan orang-orang tersayang, karena ujung kehidupan adalah rahasia :(
Insya Allah papah tenang, mbak dan diberikan tempat yang indah di sisiNya
ReplyDeleteKata orang perpisahan itu menyedihkan mbak...tapi hal yang paling menyedihkan, dan membuat kita tidak bisa mencerna itu adalah kematian yang mendadak...itulah alasan mengapa kita harus menyayangi orang terdekat kita...karena hidup dan mati manusia itu rahasia Allah....semoga ini menjadi pengingat kita semua untuk mencintai ciptaan Allah tidak terlalu berlebihan.... Insyaallah papa mbak Chi tenang disana....waaah bisa ke Malaysia rasanya sungguh menyenangkan ya mbak apalagi bareng keluarga besar pasti memberikan kenangan yang berkesan...
ReplyDeleteSuka menyesal ya mba mengapa kok waktu itu ga bisa ke sana tapi ada hikmahnya batal krn ternyata hujan deras sekali, al-fatihah untuk papa ya mba
ReplyDeleteIn syaa Allah doa dan segala kebaikan kak Chi jadi ladang pahala Papa.
ReplyDeleteKak Chi sudah maksimal membahagiakan orangtua dan Papa bangga sama kak Chi.
Barakallahu fiik, kak.
Ternyata Mbak agak fobia dengan patung ya. Kalau baca pengalaman Mbak yang nggak sempat ajak jalan2 alm. papahnya ke Batu Caves ini saya jadi ingat dengan alm. Teman saya yang nggak nyangka dia sampai traveling ke kampung kelahiran saya di Papua. Sebelumnya saya ada niat mau ngajak dia main ke rumah tapi belum kesampaian eh dia keburu melancong lagi ke tempat lain dan setahun kemudian dapat kabar dia meninggal itu rasanya juga ada sedikit penyesalan.
ReplyDeleteTapi yah dia sekarang udah tenang di alam sana. Papahnya Mbak juga udah tenang di tempat peristirahatan terakhirnya. Setidaknya rasa penyesalan itu bisa dijadikan pelajaran ya Mbak.
Semoga papa tenang disisi Allah ya Mba, insyaAllah Papa jalan jalannya udah jauh, ke Jannah. Aamiin
ReplyDeleteTerima kasih ya Chi, membaca tulisan ini aku jadi merasa bersalah masih banyak kurang membahagiakan ibuku. Aiihh pengin peluk peluk beliau nih jadinya. Semoga aku masih diberi banyak kesempatan untuk membahagiakan beliau setelah ini.
ReplyDeleteinnalillahi,, turut berduka ya mbakkk,,,
ReplyDeletejangan merasa bersalah mabk, papahnya mba pasti org baik yang gak marah krna mbak belum ajak ke batu caves sesuai keinginan beliau
alfatihah
Baca ini jadi sedih. Bikin keinget banyak rencana yang pernah terucap ke alm. bapak. Kepengen pergi ke sana, ke sini, makan ini, makan ini. Dan akhirnya tak bisa terwujud karena bapak keburu pergi. Setuju, selagi bisa, selagi mampu, ayo kita bahagiakan orang-orang yang kita cintai. Sebab kita tak pernah bisa tahu apa yang akan terjadi besok, minggu depan, bulan, depan, tahun depan, dst. :'((((
ReplyDeleteJadi ikutan sedih bacanya mbak.. Tapi insya Allah papanya udah tenang disana. Udah berada di tempat terbaik di sisiNya. Al Fatihah untuk papanya..
ReplyDeleteHiks, ada hikmahnya juga ga jadi ke batu caves, sayang pas hujan.
ReplyDeleteSemoga papahnya tenang disana yaa chi.. Alfatihah..
Ikut sedih baca tulisan Kak Myra, trus ingat sama papa dan mamaku juga nih. Kami rencananya 12 Februari kemarin family trip ke KL. Ini pertama kalinya aku dan Pewe mau ngajak ortu ngetrip. Lah kok ada berita virus corona, dan kondisi aku yang lagi batuk dan flu parah juga tak memungkinkan untuk tetap berangkat. Jadilah akhirnya batal. Padahal udah disusun matang rencananya dari tahun lalu
ReplyDeleteAlfatihah utk alm. Papa mbk chi. Makasih sudah share soal ini mbk. Sebagai pengingat bagi aku utk 'jgn lupa usahain bikin ortu senang sebelum perpisahan yg paling menyedihkan yakni kematian datang'.
ReplyDeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)