Makan Sore di Oemah Djowo - September 2019, saya berkunjung ke Jogja.
Setelah lebih dari 5 tahun tidak datang ke kota ini. Kunjungan saat itu
juga bukan untuk jalan-jalan. Tetapi, rapat dengan wedding organizer dan
keluarga besar dari pihak pengantin perempuan.
Adik saya menikahi seorang perempuan berdarah Jogja. Keluarga besarnya
banyak tinggal di kota gudeg ini. Makanya, pernikahan memang akan
berlangsung di Jogja.
Persiapan pernikahan lebih banyak dilakukan oleh adik saya bersama istri
dan ibu mertuanya bekerjasama dengan salah satu wedding organizer. Tetapi,
ada hari H 'kan gak mungkin adik saya atau istrinya yang terjun. Perlu
bantuan keluarga besar untuk membantu meskipun sudah ada WO.
Hanya saya dan adik yang datang mewakili keluarga besar dari pihak
pengantin pria. Sedangkan dari pihak perempuan, cukup banyak keluarga
besar yang datang. Terutama kakak-kakak dari ibunya.
Saya dan suami pernah beberapa kali diminta mengurus pernikahan. Malah
biasanya dimulai dari nol alias sejak awal kami yang mengurus. Makanya
saya pun dimintai tolong karena dianggap sudah paham tentang prosesi
pernikahan.
Canggung dan Sedih di Rapat Persiapan Pernikahan
Coba kemarin-kemarin maksa suami untuk ikut ...
Coba masih ada papah ...
Sore itu, saya merasa canggung dan baper. Saya memang punya pengalaman
mengurus pernikahan. Tetapi, biasanya berdua dengan suami.
Udah gitu, ibu mertua adik saya 'kan anak bungsu. Kebanyakan yang datang
udah pada sepuh. Saya semakin merasa gugup. Apalagi saya gak terbiasa
ngomong di depan orang banyak. Biasanya suami nih yang bagian ngomong.
Saya sesekali aja menimpali.
Mamah menolak ikut karena merasa belum kuat hati. Papah baru aja wafat.
Mamah khawatir bakal sedih banget kalau ikutan rapat.
Almarhum Papah juga sosok yang supel. Sudah terbiasa berbicara du depan
banyak orang. Meskipun sejak awal, orang tua sudah meminta saya dan suami
untuk bantuin pernikahan adik. Tetapi, setidaknya saya membayangkan kalau
aja papah saat itu ada, paling enggak bisa membantu saya lebih
luwes.
Belum juga hilang kegugupan saya, dapat kabar kalau adik tidak bisa
menemani rapat dari awal. Dia dan istrinya masih harus mengikuti kelas pra
nikah. Syarat wajib bagi semua calon pengantin.
Huaaaa ... Saya benar-benar sendirian. Rasanya saat itu saya beneran
pengen menangis ...
Atmosphere Kuno dan Koleksi Mobil Antik di Oemah Djowo
Kurang lebih 8 jam perjalanan Jakarta-Jogja menggunakan kereta api.
Terasa sangat melelahkan karena saya tidak bisa tidur
semalaman.
[Silakan baca:
Pengalaman Naik Kereta Taksaka Malam ke Jogja]
Sampai rumah bude adik ipar, saya langsung bebersih badan. Dilanjut dengan
sarapan kemudian tidur sampai menjelang makan siang hehehe.
Bangun tidur, saya kembali bebersih karena persiapan mau rapat. Setelah
itu lanjut makan siang. Disajikan brongkos daging yang rasanya enak.
Sampai saya nambah makannya.
Selesai makan siang, kami pun berangkat ke Oemah Djowo. Di dalam hati
merasa sangat gugup dan sedih. Tetapi, saya gak mau memperlihatkan. Paling
saya lebih banyak diam. Dan memang aslinya juga kalau ketemu banyak orang
lebih banyak diamnya. Beginilah kalau introvert hehehe.
Sesampainya di resto, baru kami yang datang. Sambil menunggu keluarga
lainnya, saya memilih untuk berkeliling. Memotret suasana resto.
Bangunan Oemah Djowo berbentuk joglo. Seperti rumah khas suku jawa.
Atmosfer kuno dan budaya terasa cukup kental di sini. Menurut info dari
situs Oemah Djowo, bangunannya termasuk dalam cagar budaya.
Private room Oemah Djowo
Tersedia 1 ruangan private ber-AC. Kapasitas sekitar 20 tamu. Cocok lah
bila ingin mengadakan pertemuan, tanpa gangguan pengunjung lain. Kami juga
menggunakan ruangan ini. Di sampingnya ada mushola.
Di area belakang, berderet koleksi mobil dan motor antik yang berusia
puluhan tahun. Oemah Djowo Classic Oto Resto, memang sesuai banget. Tidak
hanya bangunannya yang kuno. Deretan koleksi otomotif antiknya menambah
kesan masa lampau.
Ayam Ingkung Oemah Djowo
Tempe Mendoan, IDR12K
Kecemasan saya sepertinya agak berlebihan. Buat saya pribadi, memang
harus bertemu dengan orang-orang bikin nyaman dulu. Baru kegugupannya bisa
berkurang.
Keluarga besar adik ipar saya banyak yang ramah. Sejak saya tiba di rumah
budenya hingga pertemuan keluarga, kegugupan saya perlahan menghilang.
Apalagi salah seorang budenya memiliki hobi yang sama dengan saya.
Sama-sama suka memotret. Beliau duduk di sebelah saya dan langsung
mengakrabkan diri.
Oemah Djowo menawarkan banyak menu Indonesia. Terutama menu rumahan ala
Jawa. Ada juga menu Londo (Western), tetapi hanya 3 macam yaitu steak
daging, steak ayam, dan spaghetti saus daging. Sahabat KeNai bisa memilih
per menu atau paket. Kalau paketan ada 4 macam pilihan yaitu
- Piyambangan (Paket 1 orang)
- Sekawan Bebrangen (Paket 4 orang)
- Wolu Berbrangen (Paket 8 orang)
- Sedoso Bebrangen (Paket 10 orang)
Es Kelapa Muda Gelas, IDR10K
Tadinya saya pikir, hanya akan disajikan camilan. Apalagi waktunya kan
udah sore. Agak nanggung kalau mau makan berat. Tetapi, keluarga memilih
paket Piyambangan. Di paket ini ada 6 pilihan. Masing-masing terdiri
dari nasi putih, lauk, sambal, lalapan, dan teh manis/tawar. Lauknya
berbeda-beda dan 3 dari 6 paket ada sopnya.
Pilihan saya antara Paket Djawi 4 (ayam ingkung) atau 6 (bebek rempah).
Saya memang lebih suka daging bebek. Tetapi, saya penasaran dengan ayam
ingkung. Belum pernah mencoba menu ini. Bahkan saya baru tau
namanya.
Ayam Ingkung berasal dari kata "Ing/Ingsung" (Aku) dan "Manekung (berdo'a dengan penuh hikmat). Memiliki sejarah dan filosofi yang mendalam. Pada zaman dulu, menu ini dijadikan sesajian pada waktu yang sakral. Sebagai bentuk rasa syukur manusia kepada Tuhan atas segala kenikmatan yang diberikan di dunia.
Begitulah informasi yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Bude kakak
ipar saya menambahkan info, kalau ayam ingkung adalah menu ayam kampung
utuh yang diungkep menggunakan tungku kayu dalam waktu lama. Citarasa
daging ayamnya tidak hanya gurih. Tetapi, bumbunya juga sangat meresap.
Tentunya saya jadi sangat tertarik dengan ayam ingkung. Apalagi saya
belum pernah melihat ada yang menjual menu ini di Jakarta.
Paket Djawi 4 pilihan saya pun datang. Ayam Ingkung yang disajikan,
tentu saja tidak utuh 1 ekor. Ternyata penampilannya mirip ayam areh.
Rasanya juga kurang lebih sama. Setelah saya kembali googling pun
resepnya kurang lebih sama.
Gak salah pilih menu deh saya. Ayamnya terasa gurih dan bumbunya
meresap. Bikin saya lupa, kalau baru aja makan siang dengan Brongkos.
Puas banget saya seharian itu karena semua makanan baik di rumah bude
adik ipar saya maupun di Oemah Djowo tuh enak semua. Alhamdulillah.
Rapat selesai sekitar pukul 5 sore. Kami harus segera bergegas karena
akan kembali ke Jakarta malam itu juga. Di bangunan utama, terlihat
sedang ada persiapan. Mungkin ada rombongan tamu yang akan merayakan
sesuatu sambil makan malam.
[Silakan baca:
Cek Jadwal Big Bird Bandara Agar Tidak Ketinggalan Pesawat]
Tutup Permanen Karena Pandemi?
Harga makanan di Oemah Djowo menurut saya masih termasuk murah. Paket
Piyambangan kisarannya antara IDR30K s/d IDR35K. Menu-menu satuannya
juga gak mahal.
Saya memang membandingkan dengan harga menu di Jakarta. Selain murah,
rasanya juga enak, porsinya pas, dan suasananya nyaman. Saya bertekad
harus makan di Oemah Djowo lagi kalau kembali ke Jogja.
Dengan berbagai alasan, cerita tentang makan sore di Oemah Djowo baru
saya posting sekarang. Berarti udah 1,5 tahun yang lalu. Google Maps
memberi keterangan kalau resto ini sudah tutup permanen.
Tutup akibat
pandemi COVID-19, kah?
Entah lah. Saya lihat postingan terakhir di IGnya Maret 2020. Tetapi,
tidak ada keterangan apapun. Hanya tau-tau berhenti posting hingga
sekarang. Saya cek di website Oemah Djowo pun gak ada informasi.
Saya tuh suka dengan konsep resto seperti Oemah Djowo, terutama
menu-menunya. Bukan saya tidak menyukai menu kekinian. Tetapi, menu
rumahan atau khas suatu daerah masih yang paling menarik. Di Oemah Djowo
ini banyak menu ala Jawa yang klasik.
Kalau memang tutup permanen karena pandemi, sedih lah saya. Pandemi
segeralah berlalu!
Oemah Djowo Oto Classic Resto
Jl. Lowanu No.105, Sorosutan
Kec. Umbulharjo
Daerah Istimewa Yogyakarta 55162
Telp: +62274413535
http://oemahdjowo.co.id/
IG: @oemahdjowo
61 Comments
orangtuaku pasti seneng deh kalo diajak ke resto yang konsepnya khas yogya begini, desain interiornya dari kayu dan makanannya juga enak-enak
ReplyDeleteIya, biasanya orang tua lebih suka konsep begini daripada yang kekinian
DeleteKelas pra nikah apaan tu mbak?
ReplyDeleteZaman dulu keknya gak ada ya? hehe
Wah rumah makannya luas sekali dan seperti namanya kental suasana Jawa-nya. Hehe nama paketnya "lucu" kalau di telinga org Surabaya yg bisanya Jawa kasar xixixi
Harganya murah yaaa
Jd kepengen tinggal di Yogya tapi gaji Jakarta wkwkwkw
Semacam kelas persiapan menghadapi pernikahan. Sekarang calon pengantin wajib ikut,
DeleteYaahhh, padahal tempatnya baguuusss dan harganya juga affordable ya mbaa
ReplyDeletesayang banget kalo sampe tutup gegara pendemi hiksss hiks
memang aku pernah baca kalo di Jogja buanyaaakk ho(s)tel, resto yg closed sejak covid ini
Sedih ya kalau mengingat seperti itu
DeleteMba chiii aku juga suka konsep seperti inii.. ayam bebeknya penasaran. Kapan ya ke jogja lagi..
ReplyDeleteMudah2an nggak permanen tutup yaaa. Supaya aku bisa kapan2 kesituuu.. teduh asri banget tempatnya..
iya, mudah-mudahan masih tetap ada restonya
DeleteDi Jogja memang buanyaaakk destinasi kuliner yg bikin mupeng dan kangen maksimal.
ReplyDeleteSemogaaa covid segera hengkang, jadi kita bisa cuss ke Jogja lagiiii
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteBenar-benar kental suasana jawanya ya mbak. Mulai dari bangunan joglonya sampai pernak-pernik di dalamnya.
ReplyDeleteEh, kursi di privat room itu, di rumah saya Klaten masih ada lho. Bapak nggak mau di ruang tamunya pakai sofa, masih pakai kursi anyaman rotan kayak gitu
Iya, berasa banget nuansanya
DeleteWaah sayang banget kalau tutup ya. Kelihatannya tempatnya asyik tuh, jawa banget, harga makanan ama menunya juga masih terjangkau lah. Mungkin emang karena pandemi ya mbak
ReplyDeleteMudah-mudahan setelah pandemi kembali beroperasi
DeleteNyeni banget restorannya. Kelihatan mewah gini tapi harga menu paketnya terjangkau. Wah, iya ya kalau calon kedua mempelai masih sibuk dan ga da di tempat, rasanya gimanaaaa gitu hehehe. Btw itu penampilan ayamnya kelihatan ingin buru2 disantap. Ada barang2 jadoel juga...cakep.
ReplyDeleteSebetulnya gak apa-apa sih pengantinnya gak ikut rapat juga. Hanya aja di saat itu, saya merasa sendirian hahaha
DeleteApik ini suasananya, apalagi menu makanannya ada ayam ingkung yang bikin kangen ke Jogja, karena belum ke sana lagi semenjak SMA.
ReplyDeleteUdah berapa tahun ituuu?
DeleteAih suka banget suasananya. Sayang kalo sampai ditutup. Tapi mau bagaimana lagi, pandemi memang bikin banyak tempat usaha menarik yg terpaksa gulung tikar hik hik
ReplyDeleteSedih jadinya :'(
DeleteReview nya bikin penasaran pingin kesana Mbak Mira, Karena setiap tahun (sebelum pandemi) saya pasti ke Jogja nengok rumah alm. Ibunda
ReplyDeleteSemoga jalan jalan saya berikutnya bisa mampir ke Oemah Djowo 😀😀
Aamiin Allahumma aamiin. Semoga restonya juga masih ada
DeleteWah sudah tutup ya kak, semoga Karena pandemi saja ya, after pandemi kembali buka seperti sedia kala. Sayapun kalau ke jogja pengen makan disana
ReplyDeleteDi Google Maps keterangannnya seperti itu
DeleteMashaAllah. Tempatnya bagus banget Mbak. Bener-bener menampilkan wajah Jawa untuk dekorasi dalam ruangnya. Kalo saya di sana pasti dah narsis habis tuh hahahaha. Makanannya juga murah apalagi ngambil yang paket gitu.
ReplyDeleteBTW, saya juga WO untuk keluarga Mbak. Sudah menangani hampir semua acara pernikahan sepupu (saat dulu masih single) dan para keponakan. Tentu saja dengan bantuan beberapa orang anggota keluarga yang berkenan membantu. Pakai WO dari keluarga sendiri juga untuk menghindari bentrok dan mempermudah pemahaman keinginan. Saking asiknya jadi WO sampe gak nyadar kalau personal terakhir yang "naik panggung" itu adalah saya sendiri hahahaha.
Hihihi iya, Mbak. Sebetulnya asik juga meng-organize pernikahan
DeleteMemang menyenangkan berkunjung kesini mbak
ReplyDeletesebelum pandemi, aku sekeluarga liburan ke yogya dan mampir kesini
selain makanannya yang enak, aku suka suasananya
yogya banget!!
Saya pun langsung suka sejak kesan pertama
DeleteYogyakarta menyimpan banyak kenangan manis dan pahit untuk saya, Mbak. Biasanya saya akan melow dan selalu melibatkan emosi saat membaca maupun menulis tentang kota dengan sejuta rasa, eheem.
ReplyDeleteJangankan Mbak Myra ya, saya saja yang orang Jawa tulen, bapak dan ibu asli Jawa dan lama juga saya tinggal di Jawa. Selalu gugup dan risau juga, memikirkan duh, mau ngomong apa sama orang lebih tua, atau dramatisnya lagi, duh gak bisa bahasa Jawa untuk menimpali orang yang lebih tua. Biasanya aku berdoa, semoga ada yang mengawali pembicaraan menggunakan bahasa indoensia, supaya selamat
Tapi juga belum pernah juga sih, berbicara di depan orang banyak apalagi yang belum dikenal gitu.
Sayang juga ya, kalau misalnya tutup permanent. Konsepnya sudah njawani banget dan terasa di omah beneran deh. Semoga gak tutup permanent yaaa.
Sebetulnya kalau sama keluarga sendiri, saya santai aja. Malah benas ceplas-ceplos. Tetapi, kalau sama orang lain memang seperti itu
DeleteAh, Jogja. Saya juga sudah lama sekali tidak menyambangi ke sana. Rencana tahun 2020 mau main ke sana lagi tapi ada pandemi.
ReplyDeleteBerbicara di depan banyak orang sudah pasti canggung, terlebih dengan orang yang tidak kenal. Perlu penyesuaian diri agar nyaman.
Makanan di Jogja memang murah-murah.
Soal ayam ingkung, iya, biasanya kami menghadirkan ayam ingkung atas rasa syukur untuk sebuah anugerah atau apa mimpi yang terwujud.
Dan di adat di daerah saya, wajib menghadirkan ayam ingkung ketika sedang melangsungkan pernikahan.
Berarti sampai saat ini pun ayam ingkung masih dianggap sesuatu yang sakral ya, Mbak
DeleteOemah Djowo kelihatan nyaman dan homey banget ya. Trus deretan motor mobil antik banyak bangeeet! itu koleksi pribadi pemilik restonya apa gimana? ada yang masih bisa dipakai?
ReplyDeleteNah, saya gak tau tuh. Hanya tertarik aja lihat koleksinya. Cari infonya di Google pun belum dapat
DeleteIya pasti berat ya melakukan hal yang penting seperti mengurus pernikahan keluarga tanpa didampingi suami. Bahkan Papah juga waktu itu baru tiada, tentu Mamah Mba Chie pun berat untuk bepergian meski ngurus pernikahan anaknya. Ini pula ya yang jadi penyebab baru nulis cerita saat rapat di restoran Oemah Djowo?
ReplyDeleteTempatnya klasik, khas Jawa. Sayang kalo sampai tutup ya. Apalagi melihat sajian ayam Ingkung itu, nampak lezat
Iya, sempat males-malesan juga menulisnya
DeleteSedih deh Mbak, sekarang banyak rumah makan dan hotel yang tutup.. kemarin ke Semarang situasinya sama..sepi dan terancam banyak yang tutup..semoga Omah Jawa ini tetap bertahan..
ReplyDeleteSedih lah kalau ingat kondisi pariwisata saat ini
DeleteJadi mau coba ayam ingkung, Mba. Ayam penuh rasa syukur ya, Mba.. Memang denger sejarahnya jadi agak-agak gimanaa gitu.. makanan buat sesajen.. hahaha.. dasar penakut. Susah deh. Tapi penasaran sama rasanya. Secara itu warna pucet banget, tapi gurih kata Mba Myra.. hmm.. kapan ya ke jogja?
ReplyDeleteHahaha. Iya, Mbak. Filosofi ayam ingkung ini memang cukup dalam
DeleteSelamat berbahagia yaa, kak..
ReplyDeleteSemoga lancar-lancar acaranya. Pasti sibuk, tapi menyenangkan sekali bisa bertambah besar jumlah anggota keluarga. Jadi punya pengalaman juga makan di Oemah Djowo Jogja.
Ini asik bangettt...
Jogjaaa, kurindu.
Acaranya udah selesai dari 1,5 tahun yang lalu hehehe
DeleteWaahhh...baru aja bilang pengin nyobain ke sana, malah udah ada keterangan kalau restonya tutup. Sayang banget yaa... ambiancenya bagus banget, masakannya pun enak gitu.
ReplyDeleteiya, sayang banget
DeleteKalau tempat makan seperti ini, aku selalu fokus sama desain interiornya yang unik dan klasik sekali
ReplyDeleteMakanannya juga enak, Mbak
Deletewaa sedih ya baca pas Omah Djowo antara tutup dan tidak, ga jelas
ReplyDeletekatanya selain mamam, jujga ada fasilitas menginap, sambil belajar hidroponik Di Oemah Djowo ini?
Saya gak tau kalau tentang fasilitas menginap dan hidroponik. Sepertinya bukan Oemah Djowo yang ini. Setahu saya di Jogja juga ada yang lain lagi
DeleteSelalu suka sama resto yang modelnya klasik kayak Oemah Djowo gini mak. Selain nyaman, disini makanannya terlihat enak enaknya. Ingkungnya bikin ngiler
ReplyDeleteiya, sayang banget kalau sampai tutup
DeleteYa ampun aku baru tahu kalau mbak introvert kayaknya sampai banget ya mungkin karena bercampur rasa sedih juga. Alhamdulillah keluarga calon pada baik2 dan mengakrabkan diri ya. Omah jowo memang bagus tempatnya, makanan enak dan murah. Jadi kangen jogja
ReplyDeleteiya. Saya lebih suka sendiri hehehe
DeleteSemoga nggak tutup ya mbak. Saya belum pernah ke sini padahal beberapa kali ke yogya.
ReplyDeleteiya, semoga masih ada
Deletetempatnya juga nyaman sekali yah, duh bakalan menikmati banget ya makan disini.
ReplyDeleteHomey banget nuansanya, Mbak
Deleteberasa banget jawane kentellll ya mba
ReplyDeleteini lo kalau dipikir2 kita kan jadi ngajarin budaya juga tempatnya
bikin betah biasanya
sayang banget kalau nutup ya huhu
betul banget. Bikin betah dengan nuansa dan makanannya
DeleteMudah-mudahan saat ke sana masih ada restonya, ya. Gak beneran tutup
ReplyDeletesuka sama konsep tempat makan yang kayak begini,, homey banget
ReplyDeleteapalagi ada semacam galery nya gitu, lumayan bisa liat liat koleksi kuno
noted dulu ahh
iya, Mbak. Sayangnya kayaknya udah tutup
DeleteTerima kasih untuk kunjungannya. Saya akan usahakan melakukan kunjungan balik. DILARANG menaruh link hidup di kolom komentar. Apabila dilakukan, akan LANGSUNG saya delete. Terima kasih :)